02 .

1.1K 73 9
                                    

️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️

Surat undangan yang sengaja ditinggalkan untuknya hari itu, setiap kalimat dibacanya berulang kali, setiap kata di ejanya dengan hati-hati, lantas di tatapnya dengan teliti sekali lagi pada setiap sudut yang menghiasinya, tanpa bosan, walaupun netra dan hatinya terasa semakin perih, namun ia tidak boleh menangis lagi hari ini.

Dengan nuansa putih yang melambangkan kesucian, dengan design simpel yang masih berkesan elegan, tak ada yang berubah, undangan itu bahkan nyaris mirip dengan undangan impiannya, jika ia menikah nanti, namun kini tidak akan lagi.

Foto dua mempelainya masih tetap sama, masih mereka berdua, dua orang yang jelas sangat di kenalinya dengan baik.

Nama dua mempelai beserta segala informasinya bahkan tercetak oleh mesin, kecuali namanya sebagai sosok yang berpredikat sebagai tamu undangan tentunya, namanya hanya ditulis menggunakan tinta bolpoin yang bisa pudar lebih cepat dari tulisan lainnya, sama seperti intensitas keberadaannya di masa yang akan datang.

Usai menguatkan dirinya entah sudah yang keberapa kalinya dalam sebulan ini, ia langsung menunjukkan kartu identitas tamu undangannya agar bisa segera meremat undangan itu sampai benar-benar hancur seperti kondisinya saat ini.

“Kau bisa Lee Heeseung” Monolognya.

Dibalut tuxedo berwarna hitam sepekat langit malam yang senada dengan celana bahan yang dikenakannya, seorang pemuda berwajah manis yang baru berusia 19 tahun itu kini tengah berusaha berdiri dengan tekad yang kuat, perasaannya mungkin terlalu sulit untuk dijabarkan namun begitu jelas didominasi oleh rasa sakit yang sangat menyiksa jiwa serta raganya.

Sejak terbangun dari tidurnya, netranya yang begitu bulat ayu tiada henti meneteskan air mata sampai merona dan garis air mata di bawah matanya pun membengkak, bahkan saat ia sudah bersiap berdandan rapi dan merias dirinya air matanya masih enggan mengering juga.

Namun saat ini dengan susah payah ia harus menahannya agar tidak mengacaukan acara penting yang harus dihadirinya itu.
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️

Tepatnya di dalam sebuah gedung resepsi yang sangat megah dan mewah berhiaskan gemerlap pernak-pernik pesta yang sungguh meriah,

Sebuah pesta pernikahan tentunya.

Para tamu undangan sudah hampir sepenuhnya datang, mengisi setiap sudut ruangan, saling bersuka cita dan rapalkan doa - doa kebaikan untuk dua mempelai yang akan segera di sah kan.

Tak lama berselang, usai mempelai pihak penerima naik dan berdiri dengan gugup di atas Altar, akhirnya mempelai lainnya pun masuk kedalam ruangan tersebut, dengan langkahnya yang besar pria itu terus berjalan maju dengan pasti, lantas segera naik ke atas Altar untuk menghampiri dan berdiri tegap di hadapan calon pengantinnya.

BILLS | HOONSEUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang