Bab 1.1 "seperti pisau"

61 19 22
                                    

Kamis, Sore hari di ruang guru sekolah SMA, Olivia sedang berkonsultasi dengan guru nya, ia menanyakan beasiswa dari sekolah nya.

"bagaimana liv? apakah kamu akan melanjutkan studi mu ke luar negri?".Ucap ibu guru.

"hmm bagaimana ya bu, aku ragu buat ngambil beasiswa ini, karna kan aku anak tunggal, akulah satu satunya yang ngehidupin keluarga aku, jika aku kuliah di luar negri, siapa yang akan menjaga kedua orang tuaku, ayahku pun sudah ingin pensiun dari pekerjaan nya sebagai supir pribadi".

"ia ibu paham kondisi ekonomi keluarga kamu liv, tapi ibu juga ingin sekali kamu sukses, karna kamu adalah siswi yang pintar dan berprestasi, sangat sayang sekali jika kesempatan ini dibuang". ucap guru itu.

"aku bimbang banget bu, lagipula beasiswa ini masih ada waktu 2 minggu lagi kan? aku mau berpikir dan konsultasi sama kedua orang tua ku dulu".

"ia liv, ibu ngerti, dateng kembali ke sekolah kalo kamu udah punya jawaban ya liv".

sebelum olivia pergi, ibu guru itu menanyakan lagi ke olivia.

"tapi apakah kamu serius ingin mengambil jurusan kedokteran?".

"sangat sangat serius bu,itu impian aku dari kecil,itulah kenapa aku sangat bekerja keras untuk belajar".

"yasudah kalo begitu,ibu akan bantu semaksimal mungkin untuk kamu".

" terima kasih ya bu, aku pamit, selamat sore"

olivia pun keluar dari ruang guru, didepan ruangan sudah ada Gama yaitu pacarnya yang sudah menunggu.

"Bagaimana syg? apa yang bu guru sama kamu bicarakan?". ucap gama.

" kita ngomongin soal beasiswa aku keluar negri gam". dengan raut cemberut oliv membalas.

"terus gimana?kamu mau? aku selalu support kamu kok, meskipun kita nanti ldr, aku janji aku bakal selalu nungguin kamu di sini".

"bukan masalah itu gam,kamu kan tau ibu aku udah sakit sakit an, sedangkan ayah sedikit lagi sudah ingin pensiun, bagaimana nasib ekonomi kami setelah itu, biaya Kehidupan diluar negeri juga sangat besar, aku juga gamau jauh jauh dari kamu".

"iya aku ngerti si, kita cari makan dulu yu".ajak gama

"gama, kamu hari ini ga kerja?". tanya oliv

" hari ini aku izin kok".

mereka melanjutkan obrolnya saat di tempat makan.

"kamu pilih saja universitas yang ingin kamu mau, aku akan bantu kamu, kaya nya dengan gaji sama tabungan aku, kurasa cukup dan aku sanggup sampai kamu selesai kuliah!". kata gama.

" GAK..GAK..ENGGAK".jawaban spontan dari Olivia.

"aku gamau nyusahin kamu,pokoknya gamau, lagian kamu gatau ya kalo biaya kuliah kedokteran itu seperti awan awan dilangit"

"maaf ya aku egois sayangku gama, tapi cuma kedokteran yang aku mau, aku mau ngejar mimpi aku". dengan sedih oliv mengucapkan.

"aku usaha in ya sebisa mungkin aku bakal bantu kamu sayang". jawab gama sambil mengusap rambut oliv.

"kamu jangan gitu sayang, aku bingung bales kamu, dari dulu kita pacaran, aku selalu aja ngerepotin kamu, aku selalu aja egois mikirin diri aku sendiri". dengan sedak tak sadar oliv menjatuhkan air matanya saat mengucapkan kalimat barusan.

" ya itulah kenapa aku ada, itulah fungsi pacar mu,itulah fungsi dari gama yang payah ini untuk kamu,aku bahagia kok bisa berguna untuk pacar aku yang pinter ini hehe". ucap gama sambil memeluk oliv yang nangis.

mereka menghabiskan makanannya, terlintas raut wajah oliv yang kosong memikirkan beban di kepalanya, dan awan mendungpun sudah menghiasi langit.

"sudah malem,kita pulang yuk...

Sesampainya dirumah,olivia bertemu ibu dan ayah nya, mereka menanyakan pertemuan olivia hari ini dengan guru, olivia pun menjelaskan semuanya ke orang tua nya

disaat olivia sedang menjelaskan, olivia melihat kedua orang tua nya yang terlihat sedang gelisah yang saling menatap satu sama lain.

"ayah,bunda, kenapa ayah sama bunda kelihatan gelisah seperti itu, oliv gapapa kok"

"ada yang mau ayah bilang ke oliv, tapi ayah ragu buat ngomongnya nak"

"gapapa ayah, kita kan keluarga, aku yakin ayah mau bilang sesuatu penting, jadi ngomong aja yah" dengan penasaran oliv berkata.

"kamu tau kan nak, ayah sudah bekerja menjadi supir di keluarga bapak Zein sudah hampir 15 tahun, ayah Menceritakan semua tentang kamu sama pak zein saat ayah sedang menyetirinya"

"pak zein sangat bangga sekali dengan kamu nak...

olivia pun memotong pembicaraan ayahnya

"pak zein ingin menolong aku? aku bisa kuliah kedokteran yah?".tanya olivia dengan menggebu.

"hmmm iya kamu bener nak pak zein ingin ngebantu kamu, tapi pak zein meminta ayah untuk menjodohkan kamu dengan anak ke 4 mereka yaitu si Maha, dia tidak terpaut jauh umurnya dengan kamu, dia berumur 22 sedangkan kamu 18 tahun".dengan senyuman penuh harapan ayahnya berkata.

"tapi yah...aku udah punya gama". dengan senyuman tipis yang pahit oliv menjawab.

"iya ayah tau, ayah tidak mau memaksa anak ayah, kamu satu satunya anak ayah...

"ayah mau kamu hidup bahagia dengan pilihan kamu nak. ayah sama bunda selalu dukung pilihan oliv" jawab ayah oliv.

"Terima kasih ya ayah sama bunda, oliv sayang kalian berdua..

Setelah selesai makan oliv langsung pergi ke kamarnya, Oliv tak tahan membendung kesedihan nya melihat kedua orang tua nya berbicara penuh dengan harapan kepada anaknya.

sedangkan harapan itu adalah seperti pisau tajam yang menusuknya.

air mata tidak dapat terbendung lagi dari matanya, telfon dari gama dengan sengaja di hiraukannya.

tak terbalas pesan "selamat malam" dari gama, Olivia menangis hingga tertidur lelah.

Olivia : Seandainya Aku Dapat Membelah DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang