Part 04 : Ilussion

301 34 37
                                    

Jalan gelap tempat kita terjerumus, bagiku ... sangat menyedihkan dan menakutkan.
Rasa sakit datang, setiap kali aku menghela napas. Rasa lelah menyerang, dari jalan hati yang kulewati setiap hari.
Kau melesat seperti angin, aku seperti serpihan debu.
Tak mampu meraih sepenggal ingatan, setiap kenangan kini lepas dari genggaman.

=====

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=====

Gua batu hitam, jauh di sisi utara perbukitan, adalah kawasan yang jarang sekali tersentuh tangan manusia biasa. Beberapa orang menyebarkan rumor bahwa di sekitar tempat itu seringkali terdapat kabut tipis beracun yang menyelimuti siang dan malam. Siapa pun yang masuk ke dalam gulungan kabut akan mati keracunan, bahkan burung kecil yang melayang di atasnya bisa terjatuh dan mati seketika. Maka dari itu, sisi utara senantiasa terlihat angker dan sunyi.

Sosok bayangan hitam melintas di daerah utara, tidak terganggu dengan kabut. Dia menuju gundukan pohon dan semak belukar yang tumbuh merambat, menemukan jalur tersembunyi di baliknya lantas masuk ke sebuah gua berbatu hitam. Jalur masuknya panjang berkelok dan tidak rata, beberapa obor tertancap di sisi-sisinya. Tak lama kemudian, sosok pria tinggi hitam itu tiba di satu ruangan lebih luas berdinding dan berlantai batu, di salah satu sudutnya ada kolam dengan air dingin beraroma herbal yang kuat dan di sisi lain terdapat sebuah altar. Di sana duduk seorang pria mengenakan jubah merah anggur, bersila dengan tenang dalam posisi meditasi. Keheningan begitu berat bahkan helaan napas manusia pun nyaris tak terdengar. Hanya suara tetesan air di kolam menciptakan ritme yang konstan, praktis mengurangi suasana mencekam dalam ruangan.

"Kawan datang tidak diundang, musuh datang tidak sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kawan datang tidak diundang, musuh datang tidak sendirian. Yang Mulia, sesuai dugaanmu, pria itu kembali ke paviliun Angin di Musim Gugur."

Pria yang baru datang menjura hormat pada pria lain yang duduk membelakanginya. Jilatan cahaya obor menari di helaian rambut gelap panjang yang jatuh di punggungnya. Tidak ada reaksi untuk beberapa waktu, kemudian pria yang dipanggil Yang Mulia akhirnya mengeluarkan suara.

𝐁𝐥𝐚𝐜𝐤 𝐎𝐫𝐜𝐡𝐢𝐝 (𝐅𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang