Part 07 : Old Friend

322 43 19
                                    

Berjalan kembali ke masa lalu, di tepian pantai timur, di hutan bambu, di kaki gunung. Hari-hari di masa muda nan jauh.

Seiring waktu berlalu, impian memudar, dan semuanya terlihat seperti ilusi yang suram.

Berharap aku bisa mengatakan sesuatu pada kawan lama, seseorang yang kurindukan.

Aku bertanya pada langit dengan gelisah, tanpa menyadari bahwa tahun demi tahun tertinggal di belakang.

Tak ada ucapan selamat tinggal di antara kau dan aku. Seharusnya tak ada perpisahan itu.

=====

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=====

"Luar biasa, Li Xiangyi. Arak ini memang ajaib, aku tak akan melupakan rasa dan aromanya seumur hidup."

"Hai, kembali!"

Suara-suara familiar, deru angin kencang, gemerisik dedaunan, memudar dalam ketiadaan. Sunyi menelan semua gema, bayangan kian samar dan hilang. Kabut kelabu turun dari angkasa, menghalangi pandangan. Di akhir mimpinya, Lian Hua terbangun dan musim gugur pun berakhir. Selarik sinar kekuningan menembus kisi-kisi jendela, berkerlip seperti kunang-kunang di matanya. Langit di luar sana pasti sangat cerah. Pemandangan indah bisa digantikan dengan mudah oleh keindahan lainnya. Namun mimpi tentang kawan lama adalah sesuatu yang langka. Entah mengapa, meskipun Lian Hua terjaga dalam kondisi lumayan segar, kesedihan dalam mimpi terbawa hingga ke dunia nyata.

"Di Feisheng ... " bisikannya menggema di ruangan sunyi, ditanggapi oleh satu gerakan pintu yang terbuka.

"Kau sudah bangun?" tiba-tiba dia merasakan tatapan intens di wajahnya, dan tuan muda Balai Tianji lagi-lagi hadir di hadapannya.

"Lian Hua, apa yang kau lakukan? Meninggalkan kamar yang nyaman di penginapan Mian dan memilih tempat menyeramkan ini. Sia-sia saja aku mengeluarkan uang untukmu."

Dia memprotes seraya mendekati Lian Hua.

Astaga, bangun tidur disuguhi wajah merengut bocah tengik ini, Lian Hua merasakan denyutan keras di pelipisnya.

"Bagaimana kau tahu aku berada di sini?" Lian Hua menegakkan punggung, duduk di tepi tempat tidur kayu dan memijit-mijit bahunya.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan," nada suara Fang Duobing terdengar yakin.
"Kau tidak akan menyerah begitu saja dengan kasus anggrek hitam."

Lian Hua melirik malas. "Kupikir kau mencari jasad yang dimutilasi. Apa sudah menyerah?"

"Heh, tidak ada kata menyerah. Aku baru akan menyelidikinya, tapi sebelum itu aku ingin membicarakan langkah pertama denganmu." Fang Duobing melebarkan mata, lantas duduk di kursi, meletakkan sekantong makanan di atas meja.

"Lihat, aku membawakan ini untukmu karena aku yakin selain kau tidur sendirian di sini, kau juga pasti kelaparan."

Lian Hua lagi-lagi melirik singkat pada makanan di meja, menghela napas dalam-dalam, memijat pelipisnya ringan. "Terima kasih sudah mencemaskanku. Aku terharu," katanya, memaksakan seulas senyum.

𝐁𝐥𝐚𝐜𝐤 𝐎𝐫𝐜𝐡𝐢𝐝 (𝐅𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang