Part 09 : Shadow

237 36 5
                                    

Angin musim gugur berembus ke dalam kamar, membelai tubuh Lian Hua yang berdiri di jendela lantai dua penginapan Mian. Menyaksikan pendar lampion di sepanjang jalan, di mana rumah dan kedai makan berbaris-baris. Dia telah meninggalkan Fang Duobing bersama dua seniornya di Balai Baichuan. Meskipun berada di penginapan yang sama, setidaknya kamar mereka terpisah untuk sementara. Namun Lian Hua memiliki keyakinan bahwa anak muda itu akan kembali mencarinya. Ada banyak misteri yang belum terpecahkan.

Untuk sesaat Lian Hua terpesona oleh ketenangan desa, embusan angin sejuknya dan beberapa aroma yang bercampur-baur memenuhi udara. Aroma manis makanan, asap wangi, dan bunga-bunga dan dedaunan. Dia mendongak ke atas, menyaksikan gumpalan awan berlayar dan rembulan menghilang. Beberapa helai kelopak sakura tertiup angin meluncur ke arah jendela kamarnya, berputar dan jatuh di bahunya. Tiba-tiba Lian Hua terbayang akan tanaman anggrek hitam dan kenangan samar-samar yang mengikutinya. Mimpi, keinginan, dan harapan.

Dadanya terasa sesak dan kepalanya berdenyut sakit sewaktu ia terlalu memfokuskan ingatan pada hal-hal itu. Akhirnya Lian Hua mundur dari jendela, tanpa menutupnya dia lalu duduk di atas dipan untuk bermeditasi.

Tak lama berselang, ia mendengar suara lemah yang berasal dari luar jendela kamarnya. Mungkin di atap, atau di pohon seberang jalan. Suara itu sepertinya terbawa angin, hampir serupa gumaman.

"Li Xiang Yi .... "

Lian Hua membuka matanya. Lebar dan waspada. Dia terkesan sangat terkejut, tapi juga terlihat antusias. Ada kerlip samar di matanya yang menghilang dalam sekejap. Seakan menemukan kebahagiaan di tengah keputusasaan.

Dia memperhatikan jendela. Daun jendela yang terbuat dari kayu bergerak-gerak dihembus angin. Demikian pula dahan dan ranting pohon di kejauhan. Sepertinya ia tidak melihat apa-apa, apalagi sosok manusia. Lian Hua memiringkan kepala, menajamkan indra pendengaran, kalau-kalau bisikan itu bergema lagi.

Tak ada suara apa pun. Lian Hua berjalan menuju jendela. Sayup-sayup ia mendengar gumaman orang melintas di jalan di bawahnya. Tepat ketika Lian Hua mundur dan hendak menutup jendela, ia merasakan angin dingin menyapu wajah dan tubuhnya. Dia menggigil seolah-olah musim dingin telah kembali. Lantas dalam sekejap mata, bayangan hitam melesat di atasnya.

"Hei!" Lian Hua terkesiap, melompat mundur lalu menghentakkan kaki ke lantai untuk mendorong tubuhnya sendiri hingga melesat keluar jendela.

Melakukan beberapa kali lompatan, dia mendaratkan kaki dengan lembut di puncak bangunan, memutar pandang untuk mencari bayangan hitam mencurigakan barusan. Seseorang pasti memata-matainya. Di ketinggian, embusan angin semakin dingin, menggeletarkan jubah dan ujung rambutnya. Tatapan matanya setajam kucing, waspada, tidak melewatkan gerakan kecil walaupun hanya gesekan daun di ranting.

"Li Xiang Yi ... "

Suara itu bergema lagi disusul bayangan hitam muncul dari balik pepohonan.

"Siapa kau?"

Lian Hua menyipitkan mata, dengan sigap melompati atap, mengerahkan peringan tubuhnya untuk berlari di udara, menjejak pucuk pepohonan dan mengejar ke arah mana bayangan hitam itu menghilang.

Gumpalan awan bergerak, menyingkap celah di mana rembulan melesatkan cahaya lemahnya ke kegelapan malam. Sosok putih mencelat-celat di udara, menuju sisi lain pedesaan, mengarah ke utara, ke sungai yang berkilau keperakan. Tiba di tepi hutan, bayangan hitam itu tidak bergerak lagi. Seakan dia memang ingin membawa Lian Hua ke tempat sepi.

Banyak peristiwa tak terduga yang terjadi akhir-akhir ini, membuat ketajaman siapa pun akan meningkat. Demikian pula Lian Hua. Meskipun dia tidak diserang oleh sosok hitam, tapi nalurinya membisikkan bahwa sosok misterius itu tengah mengintainya.

𝐁𝐥𝐚𝐜𝐤 𝐎𝐫𝐜𝐡𝐢𝐝 (𝐅𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang