6. Mau Tidur Sendiri?

1.4K 124 23
                                    

"Awalnya saling curhat, akhirnya saling muncrat!" Celetuk Cindy yang melempar botol minuman kosong ke arah Virgi dan Samsul. Dua lelaki itu, entah berbicara apa tampak serius sekali.

"Kamu pikir aku cowok apaan anjing!" Balas Virgi kesal. Dia paham arti celetukan kotor itu. Cindy hanya tertawa keras karena berhasil mengganggu mereka.

Aku melirik kedua laki-laki itu, Virgi dan Samsul tampaknya sama-sama bingung menyusun PPT (Power Point). Sedari tadi mereka berdua duduk merapat dan Virgi menunjuk-nunjuk layar laptop Samsul.

Mereka kedengaran berbisik-bisik, tak bising. Mungkin terbawa suasana pagi ini yang tenang. Keadaan sekolah juga masih agak sepi dan yang sudah berkumpul di ruangan sepagi ini yaitu aku, Cindy, Virgi dan Samsul.

"Cin, kamu gak ngajarkah hari ini?" Tanya Virgi dengan kening mengerut. Dia kayaknya bingung melihat Cindy berbaring santai, kelihatan tanpa beban.

"RPP-ku belom selesai, aku minta waktu sehari lagi buat selesaikan. Aku udah bilang ke guru pamongku semalam di WA." Jawab Cindy yang tak berhenti menatap layar ponselnya.

Cuma dia di sini yang santai, baring di karpet sambil nonton reels Instagram. Kalau aku masih memangku laptop, menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Ya, RPP-ku pun belum rampung. Namun, untungnya hari ini aku tak ada jadwal ajar.

Ketika pukul tujuh lewat tiga puluh menit, terdengar para siswa berbondong-bondong menuju musala. Mereka akan melaksanakan salat dhuha, sebelum KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas dimulai. Kami keluar dari ruangan, ikut melaksanakan salat dhuha.

Aku berjalan sejajar dengan Caca dan sempat berpapasan dengan abang. Bang Hadi tersenyum ramah padaku, ah tidak, tetapi pada semua anggota kelompokku.

"Pak!" Aku menengok ke belakang.

"Yok, Fir. Paling mau konsul dia tuh." Caca menarik lenganku.

Kami lanjut melangkah. Aku beberapa kali menengok ke belakang, memandang penasaran pada Eka dan bang Hadi. Ya, suara yang terdengar memanggil tadi adalah suara Eka.

Eka kelihatan antusias berbicara dengan bang Hadi. Lihat matanya, dia berbinar senang dan senyum yang dia umbar terkesan malu-malu. Apa bang Hadi menggodanya? karena pipi perempuan itu sekarang memerah.

"Ngapain sih dilihatin terus? Kamu naksir pak Hadi juga? Gelut tuh sama Cindy, dia juga naksir." Kelakar Caca yang menyadari arah pandanganku.

Maaf! Ini bukan sekadar naksir. Aku tak perlu merasakan itu, karena laki-laki yang ada di depan Eka adalah suamiku. Milikku dan lebih tepatnya aku merasa cemburu. Aku juga tak suka cara Eka memandang bang Hadi, dia terang-terangan tertarik. Tertarik pada suami orang? Ah, semoga saja ini cuma bisikan setan di kepalaku.

***

"Ini gimana sih? Gak ngerti ah!" Aku mengeluh dan melempar RPP itu ke ujung ranjang. Itu adalah contoh RPP yang diberikan oleh bu Yunita, guru pamongku. Aku sudah konsultasi, tetapi masih bingung dengan tabel langkah-langkah pembelajaran.

Aku memandang lelah layar laptopku. Jam dinding kini menunjukkan pukul 23.45. Aku mengantuk, tetapi besok aku harus menunjukkan RPP ini pada bu Yunita.

Dari poin kompetensi inti sampai poin sumber belajar, aku bisa menyusun dengan lancar. Nah, masuk di langkah-langkah pembelajaran, aku bingung cara menjabarkannya.

Di kampus, jika ada tugas membuat RPP, biasanya kami mencontoh atau mempelajari RPP yang dibuat oleh sekolah negeri. Berbeda dengan sekolah ini, sekolah tempatku KKN-PLP. Sekolah ini swasta, saat pertama kali aku melihat susunan RPPnya, aku seketika bingung dan merasa aneh.

Bumbu CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang