5. Berbaikan

1.3K 131 15
                                    

Hari pertama KKN-PLP membuat kami bisa pulang lebih awal. Hanya untuk hari ini saja karena besok kami akan menyesuaikan dengan jadwal di sekolah. Dari senin sampai kamis, pembelajaran berakhir di pukul 15.25 dan dilanjut salat asar berjemaah di musala.

Kami pulang dan pamit pada pihak sekolah setelah berdiskusi terkait proker KKN. Aku sudah mengirim pesan ke bang Hadi, kalau aku pulang dan dia belum membaca pesanku itu. Aku tak mungkin menunggu, untuk pulang bersama sebab sudah hafal bang Hadi tiba di rumah saat sore.

Koridor ramai oleh siswa yang menuju kelas masing-masing usai salat zuhur berjemaah di musala. Aku duduk mengenakan sepatu sambil menatap layar ponselku, memesan ojek online.

"Pulang duluan ya guys!" Sahut Virgi yang melambaikan tangan menuju parkiran.

"Iya hati-hati." Balas Tiara. Aku mendongak, tersenyum tipis melihat beberapa temanku sudah lebih dulu bergegas dengan kendaraan masing-masing.

"Fir bawa motor?" Tanya Tiara padaku.

"Gak." Kataku yang selesai mengikat sepatu.

"Bareng yok, motorku semalam udah aku ambil di bengkel."

"Oh, aku udah pesan gojek kok. Makasih ya."

"Oke, duluan ya."

"Iya, hati-hati ya..."

Langit menggelap disertai gemuruh suara guntur. Angin semakin kencang hingga bagian belakang jilbabku tersibak sampai bahu. Tak lama lagi hujan lebat akan turun, aku menggosok sepanjang lenganku yang kedinginan. Aku harap hujannya turun, saat aku sudah aman di dalam rumah.

Ojek online yang aku tunggu, akhirnya tiba. Aku segera naik ke motor usai mengenakan helm.

Motor yang membawaku terasa semakin laju seolah mengejar sesuatu. Mas ojek online ini sepertinya mau aku cepat sampai supaya tidak kehujanan. Sayangnya, rintik hujan kini berjatuhan.

Awalnya masih gerimis tipis yang lama kelamaan menjadi deras dan lebat. Kami tidak berteduh karena kurang semenit lagi sampai.

Tiba di depan pagar, lantas aku melompat turun. Pagar aku kunci cepat dan berjalan ke teras. Saking terburu-buru, aku tak memperhatikan lantai carport yang licin sehingga aku terpeleset. Tubuhku tumbang ke depan, refleks dua tanganku menahan bobotku yang jatuh tengkurap. Beruntung bukan wajahku duluan yang mendarat di lantai carport yang basah karena tepercik air hujan.

Aku mengaduh kesakitan dan meringis ketika melihat lengan bawah kemejaku kotor. Kentara sekali karena aku mengenakan kemeja putih. Di tengah riuhnya suara hujan lebat, aku bergerak pelan untuk duduk.

Aku melihat permukaan tanganku yang tergores mulai mengeluarkan darah. Rasanya perih. Semoga tidak ada tetangga yang melihat diriku terjatuh tadi, itu memalukan.

Aku menggulung lengan kemejaku hingga siku, lalu melangkah hati-hati masuk ke rumah. Penampilanku sangat berantakan, dari ujung rambut sampai kaki aku basah kuyup. Segera aku mandi air hangat dan berganti baju. Sesekali aku meringis sakit, ketika telapak tanganku menyentuh air atau tak sengaja tergesek kasar.

Aku menggosok rambutku di depan tv, sambil berpikir akan masak apa untuk bang Hadi. Kira-kira masak apa ya, yang bisa membuat hati abang luluh?

Abang suka camilan yang terbuat dari pisang seperti keripik, bolu, kolak dan banana rolls. Kalau dari luar atau pulang malam, dia akan bawa pulang camilan kesukaannya itu.

Aku mengembuskan napas kasar, di luar sedang hujan deras. Mau beli camilan buat bang Hadi tidak bisa, enaknya berdiam di rumah saat cuaca dingin begini.

Bumbu CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang