07. Mengapa Kisahku Berbeda?

1.1K 69 6
                                    

"Dokter sempat menyatakan anak saya meninggal, tapi Allah menunjukkan mukjizatnya. Jantung anak saya kembali berdetak," ucap ibu dari pemuda yang tadi bersama tiga anak Adiwijaya.

"Masya Allah ... terus sekarang gimana keadaannya, Bu?" tanya Mama yang merasa Masya Allah dengan kejadian ini.

"Sekarang tinggal nunggu sadar, Bu," jawab ibu itu.

Si pemuda bernama lengkap Naizen Mintragna Rawisrengga, putra sulung dari keluarga sederhana yang alhamdulilah bisa mendapatkan ruangan VIP untuk si bungsu yang beberapa hari lalu mengalami kecelakaan.

Naomi Indraswari, putri bungsu dari pasangan Gayatri dan Himawan. Saat ini tengah di rawat di rumah sakit Sehat Sejati.

Entah takdir sedang mempermainkannya atau apa, tapi Naomi tak mau menyalahkan takdir, tiba-tiba saja jiwanya di pindahkan ke raga seorang bayi yang bisa dibilang usianya sangat jauh berbeda dengan diri aslinya.

"Bu, Nao sadar!"

Gayatri yang sedang mengobrol dengan teman barunya itu langsung menghampiri brankar putrinya. Ia senang dengan apa yang yang diucapkan anaknya. Ya, secara Naomi itu udah beberapa hari gak bangun-bangun.

"Alhamdulillah Nao ...."

Zen langsung memanggil dokter lewat tombol yang ada di atas brankar. Ia mengucapkan banyak-banyak rasa syukur karena adiknya telah bangun dari tidur panjangnya.

"Bu."

"Iya, Nao? Ada yang sakit?"

Naomi menggeleng. Kepalanya masih berdenyut. Membuat pandangannya buram, dan ia kembali tak sadarkan diri.

***

NAO POV

Aku kembali?

Ya, aku benar-benar kembali ke tubuhku yang lama.

Aku sudah tak lagi berada di tubuh Yaya. Senang? Tentu.

Bingung? Pasti.

Setelah bangun dari tidur panjang, aku bertemu dengan orang-orang yang selalu bersamaku selama beberapa hari ini. Siapa lagi kalau bukan keluarga Adiwijaya.

Setahuku, kalau cerita perpindahan jiwa itu, seharusnya ragaku sudah tidak ada. Dalam artian, aku sudah di nyatakan meninggal. Tapi, mengapa kisahku ini lain?

Aku masih hidup, bahkan ragaku masih ada. Keluargaku juga bertemu dengan keluarga Adiwijaya.

Dan sekarang, aku sedang menggendong Yaya. Bayi yang raganya pernah aku tempati.

"Dek Yaya anteng ya, digendong Kak Nao," ucap Al yang berdiri di dekat brankarku.

"Iya, kaya udah sering ketemu," jawab El yang merasa heran juga.

"Kak Nao jangan lama-lama gendong adik Cia, Cia juga mau gendong Dek Yaya," ucap Cia memasang wajah sebal.

Bang Zen mencubit gemas pipi Cia, "Anak kecil gak boleh gendong bayi."

Kenapa keluargaku dengan keluarga Adiwijaya jadi sedekat ini? Apa mereka sebelumnya saling kenal?

Setelah aku makan tadi, tiba-tiba Yaya nangis. Udah digendong Al, El, Mamanya, bahkan Ibuku dan Bang Zen pun ikut menggendong, tapi tangis Yaya tak kunjung reda.

Karena kasian, aku meminta izin pada Ibu untuk menggendong Yaya. Ibu memperbolehkannya. Yaya kugendong, walau aku gendong Yaya sambil duduk di atas brankar, tapi tangis Yaya langsung reda setelah aku elus-elus kepalanya.

Aneh? Banget. Kebanyakan anak kecil seusia Yaya akan takut dengan orang baru, tapi Yaya?

Aneh.

- selesai -

Terima kasih sudah membaca, dan apakah ada yang ingin diutarakan?

Naomi Jadi Bayi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang