"Karin." panggil Diana.
Di hari kedua, perjalanan yang Karin dan Diana tempuh, sudah cukup jauh. Mereka sudah mendapat beberapa makanan, minuman dan senjata. Bahkan persiapan mereka sudah sangat matang, Diana menyuruh Karin melilitkan kain di tangan dan kaki Karin agar sewaktu-waktu bila Karin tergigit zombie, tak akan ada reaksi apapun karena zombie itu hanya mengigit si kain, bukan tangan Karin.
"apaan?" tanya Karin.
Diana dan Karin yang sedang berjalan terpaksa berhenti karena Diana tiba-tiba terdiam dan berhenti berjalan.
"Lo kenapa anj-
"berisik goblok, liat zombienya!" tekan Diana dengan bisikan.
Karin yang mulutnya tiba-tiba dibekap oleh Diana pun kesal.
"apaan sih?!" bisik Karin.
"liat tuh, ada zombie."
"terus?"
"ck," Diana mengambil batu berukuran sangat kecil yang ada di sekitar mereka lalu melemparnya ke arah kanan Karin.
Zombie tersebut langsung menyadari adanya suara. Zombie itu mulai berlari tak karuan mencari sumber suara baru kecil tersebut.
"udah ngerti?" bisik Diana.
"zombie itu... Peka banget sama suara kan?" tanya Karin memastikan.
"iya, tapi bukan cuma itu. Selain zombie itu peka banget sama suara, zombie itu juga buta, jadi kayaknya dia bakal mengandalkan telinganya yang tajam buat nangkap manusia." jelas Diana.
"itu artinya... Bakal ada beberapa level zombie yang harus kita hadapi?" tanya Karin.
"iya, kita harus cari tau level zombie lainnya, kayaknya masih ada beberapa zombie yang ngalamin kelainan." yakin Diana.
Karin mengangguk, lalu setelah Diana menarik tangan Karin untuk pergi dari tempat itu.
"ayo pergi, sebelum mati di terkam zombie."
★
★
★
Setelah kejadian mata Zela yang berubah dan Renja yang berubah menjadi zombie, mereka memutuskan untuk pergi dari apartemen jewaipapi dan mencari tempat aman. Pikir mereka, hanya merekalah yang tersisa di kota ini, karena kota sudah terlihat kosong, banyak bangunan yang hancur atau tak terurus akibat datangnya wabah zombie.
"ayok, gue udah siap." seru Raya.
Mereka menyiapkan beberapa makanan, minuman dan persenjataan untuk mereka bertahan hidup di tengah wabah zombie ini.
"Ayok, kita juga udah siap!" seru Zela yang sudah kembali tersenyum walaupun dalam hatinya masih menyimpan rasa kehilangan yang sangat mendalam.
"Zel, gue tau Lo sebenernya masih sedih kan." tebak Harvi.
"udah lah Vi, gue yakin, kalaupun gue terus-terusan murung, Renja pasti bakal sedih..." lirih Zela.
"weh weh, gue udah nemu nih!!" seru Felix.
Felix sedari tadi mengotak-atik handphone milik Milea yang untungnya masih menyala. Handphone itu berperan sangat penting untuk mereka saat ini, awalnya mereka berniat untuk menelfon pihak militer agar menjemput mereka, tapi mereka tak tau nomor militer berapa, maka dari itu, mereka memutuskan untuk mencari-cari tempat aman selain apartemen jewaipapi, karena itu Felix yang mengambil alih handphone untuk mencari-cari informasi dimana keberadaan tempat aman. Satu lagi, dan juga apa sebab warna mata Zela yang berubah menjadi warna hitam pekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Zombie
Science FictionVirus Zombie menyerang. Semua umat manusia panik bukan kepalang. Adanya Virus mematikan yang datang tanpa bilang, membuat para siswa siswi terpaksa bertahan hidup di tengah lapang. Nyatanya, orang-orang di antara mereka adalah dalang. _______ "gue g...