7. Rela dan tak rela

60 17 0
                                    

Ezar, Reno, Chakra, Shaka, Amora, Yera, Michelle dan kairi, berlari ke arah ruangan toilet tempat terdengarnya suara bom.

"kalau sampe di Lintang kenapa-napa, awas aja lo militer sialan." gumam Ezar yang masih bisa di dengar oleh yang lain.

Semua yang mendengar gumaman Ezar mengerti apa yang terjadi. Apalagi Reno, Reno yang menyaksikan Lintang membantu Ezar menyebrang bangunan. Sepertinya Ezar mulai nyaman berada bersama Lintang.

Sesampainya mereka di depan toilet yang sudah terlihat gosong dan hancur, mereka tak melihat satupun orang di dalam sana.

"bomnya di sini kan?" tanya Reno.

"iya, liat aja ruangannya udah gosong ama hancur begini." jawab Michelle.

Kairi yang merasa curiga pun mendekati lokasi bilik paling ujung.

Tak lama, mereka melihat mata Kairi yang melotot kaget.

"kai, ada apa?" tanya Ezar.

"gue... gue gak bisa bilang ini... Ezar, Lo harus liat ini sendiri dengan mata kepala Lo sendiri." lirih Kairi.

Pikiran Ezar mulai terbang kemana-mana, rasa khawatir dan takut akan apa yang terjadi dan apa yang di lihat oleh Kairi menjadi ketakutannya saat ini.

Mau bagaimanapun juga, dirinya harus tetap melihat apa yang di lihat oleh Kairi. Ezar menghampiri Kairi yang melihatnya dengan tatapan sendu.

Meski takut, Ezar tetap melihat ke arah bilik toilet.

"Li... Lintang...?" lirihnya sambil menutup mulutnya.

Rasa sakit dan perih kini datang pada dada Ezar. Padahal, pertemuan mereka sebentar, sehari saja belum, tapi Lintang sudah meninggalkan mereka. Ezar menangis dalam diam, rasanya ia ingin teriak sekencang-kencangnya, tetapi ia mengingat sesuatu. Lelaki tak boleh menangis.

Ezar terduduk lemas sambil menutup mulutnya dan mengeluarkan air mata yang sangat deras.

Yang lain ikut penasaran dengan apa yang Ezar dan Kairi lihat. Mereka ikut menghampiri bilik toilet.

"itu...." lirih Yera.

"mayat Lintang yang udah gosong." lanjut Kairi dengan nada yang menyesal.

Mereka pun ikut terkejut dan menangisi kepergian teman mereka.

"Gue minta maaf, gue telat ngasih tau kalian. Gue kira bayangan itu cuma bayangan biasa, ternyata buka." sesal Kairi.

Terlihat Ezar yang mengepalkan tangannya. "militer anjing!"

"Zela, makan dulu, Lo belum makan dari malem tadi."

Sekarang sudah menjelang pagi dan Zela masih tak nafsu makan, bahkan untuk membuka mulut dan berbicara saja rasanya lidah Zela kelu dan matanya seakan ingin mengeluarkan air terus-menerus.

Sedari malam, Zela di gusur paksa oleh teman-temannya yang lain. Zela sudah berteriak dan memerintahkan mereka untuk berhenti menariknya, tetapi tak ada satupun yang peduli ataupun menggubris perkataan Zela.

Mereka sudah membicarakan tentang apa yang terjadi dengan kondisi Zela. Sangat aneh, mata Zela tiba-tiba saja berubah warna menjadi warna hitam pekat.

Milea menyimpulkan bahwa Zela memang tidak terinfeksi virus Zombie, tetapi ada suatu perubahan yang terjadi pada Zela karena suatu emosi yang ia rasakan. Kemungkinan, emosi tersebut yang mengubah beberapa kondisi fisik Zela.

Perubahan itu membuat Zela jadi kebal akan zombie, bahkan tak ada satu zombie pun yang berani mendekatinya. Zela juga sepertinya akan menjadi semakin kuat bila dirinya menerima asupan makanan. Zela menjadi zombie abadi yang terkendali.

A Thousand Zombie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang