Suara deru motor terdengar ribut di pagi hari. Siapa lagi pelakunya kalau bukan cakra. Bocah songong yang baru mendapatkan motor kemaren sore.
"Serius pengen naik motor dek? Emang bisa?" Mandala nampak khawatir. Selama 18 tahun adiknya hidup, ia tak pernah melihatnya mengendarai motor.
"Biarin aja, sekali jatoh langsung daddy tarik motornya," Belum sempat cakra menjawab, Jaya yang baru keluar dengan jas rapi nya menyahut.
"Hahaha berdoa aja biar ngga jatoh di gerbang rumah," Gerhana tertawa nista. Masih kesal dengan Cakra yang benar benar tak mau membaginya mangga sejak kemarin.
"Wahhh pada ngga percaya lu pada, liat aja kemampuan rossi gua," Cakra tersenyum songong. Sangat pede dengan kemampuan nya.
Menutup helm nya dengan cepat, dan wush! Cakra langsung mengegas motornya dengan cepat ke gerbang, lupa kalau gerbang masih tertutup.
"EH?!" Cakra berteriak panik, kecepatannya sangat tinggi saat ini.
"CAKRA!" Mandala melotot kaget, bersama Jaya.
"Nah kan, apa gua bilang," Gerhana menggeleng pelan, memang tidak yakin dengan kemampuan cakra sejak awal. Anak itu pasti keracunan drama anak geng motor.
*****
Kata siapa cakra tidak jadi membawa motor? Dia berhasil menahan motor dengan kaki sehingga tak terjatuh ketika ngerem mendadak.
Dia juga langsung gas keluar dari gerbang begitu melihat Jaya mendekat, takut di ambil motornya. Untung, satpam yang memang melihat kejadian dengan cepat membuka gerbang takut cakra nabrak.
Senyuman dari wajah cakra pagi ini menunjukkan bahwa moodnya benar benar bagus.
"Yakin ngga sih bimantara? adeknya aja anggun gitu. Berbanding balik sama dia yang manjat pohon," Suara yang terdengar begitu cakra baru sampai di pintu kelas melunturkan kurva sempurna di wajahnya.
"Eh, kalian pernah denger kalau bimantara punya anak pungut?!" Alya tiba tiba menyeletuk. Sungguh menyebalkan, gadis itu sengaja mengeraskan suaranya sembari melirik keberadaan cakra di pintu.
"Anak pungut? Jangan jangan... " Sahutan yang terdengar membuat cakra semakin mengedutkan bibirnya kesal.
"Iya, orangnya masih sama kayak yang kita bahas! Gua pernah dateng ke rumah bimantara sebagai kolega. Eh tiba tiba bundanya ngamuk bilang kalau si cakra itu bukan anaknya. Ngamuk banget gegara bimantara tersemat di nama dia bukan miya," Alya melirik wajah kesal cakra dengan senyuman sinisnya.
Jujur cakra tidak tau kejadian itu, tapi kesel aja ngeliat senyuman ngeledek si Alya. Jadi sebel.
"Padahal sekali liat juga keliatan mana bimantara yang asli," Alya menutup mulutnya main main, lain dengan matanya yang melirik cakra rendah.
"Sumpah, lu kayak tau aja masalah gua. Sok tau banget padahal modal nguping, mana nguping gosip ibuk ibuk lagi. Kalau mau dapet informasi beli woe beli, ga usah lagak kaya tapi cuma gaya, keliatan banget perempuan murahannya!" Cakra berjalan mendekat pada gerombolan Alya yang memang ada di meja depan dekat pintu. Tangannya juga sempat menggebrak meja dengan keras.
"Astaghfirullah, pagi gua udah bernoda aja," Iman yang memang baru masuk pintu, Langsung mengusap dadanya begitu kalimat kotor sudah masuk ke pendengaran nya.
Masih pagi lho ini.
"Terserah lu pengen bilang gua anak pungut kek, anak haram, anak nyasar-eh? emang sih. terserah! tapi inget satu hal, gua masih bimantara," Cakra menatap mata Alya yang sudah bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG (END)
JugendliteraturHATI HATI! ISINYA ORANG SAKIT JIWA SEMUA cakra si anak manja, anak kesayangan, dan anak emas tiba tiba pindah ke raga anak yang memiliki kelainan jiwa? ya culture shock dong! "CAKRA MAU PULANG MAMI!!! " "gilanya bertambah, padahal bunda tidak perna...