EPISODE 5 | Bimantara

17.4K 1.4K 38
                                    

Cakra meringis, tangannya di cengkram begitu kuat oleh orang yang menyapanya di pinggir jalan tadi. Bahkan saat di mobil pun orang tersebut terus menggenggam tangan cakra dengan erat, takut kabur katanya.

"Sakit woi! Lepas elah," Keluhan cakra tak di respon, hingga akhirnya mereka sampai di rumah besar yang dari gerbang hingga ke depan rumahnya saja masih harus menggunakan mobil.

"Ayo," Tarikan dari pria tersebut membuat cakra pasrah, dahlah capek dia ni. Pengen ngelawan tapi belum makan, jadi lemes lah!

Tapi dalam sekejab matanya membelalak kaget saat sadar dengan rumah mewah di hadapannya. Ladang uang woi! Dia bisa mengembangkan ilmu ngepet nya disini!

"Buka," Cukup Satu perintah dari orang yang menarik nya, langsung membuat pintu terbuka.

Bukan karena ada kekuatan gaib atau pintunya yang menggunakan energi listrik, tapi karena memang ada orang yang sudah sigap membuka pintu dari dalam.

Mata cakra menatap sekeliling rumah dengan mata yang bersinar. Ini semua uang!

Menggeleng dengan cepat, cakra menampar wajahnya kesal. Kenapa ia menjadi makhluk matre sejak datang ke dunia ini? Tidak, maksudnya sejak ia berpindah ke raga ini.

Padahal dulu dengan santainya ia menjadikan uang dolar untuk membuang kotoran si belang, soalnya saat itu ia tidak menemukan kertas di dekatnya.

Tapi karena dia cukup merasakan hidup orang tanpa uang beberapa hari ini, ia menjadi sangat menghargai uang. Lebih tepatnya terobsesi dengan uang.

"Kau dari mana? Lama sek- elliot? " Seorang wanita yang bisa cakra akui sebagai nenek nenek cantik itu melotot kaget melihat keberadaan nya di rumah ini.

"Astaga! Bagaimana kau bisa menghilang selama setengah tahun? Kau dari mana saja?" Wanita itu berjalan mendekat. menyentuh wajah cakra, memastikan tak ada yang berubah di wajah itu.

"Ah, ayo masuk! Kau pasti lapar, oma baru saja menyiapkan makan malam!" Nenek itu menarik tangan cakra menuju ruang makan yang memang sudah terisi banyak orang.

Hanya dua orang yang cakra kenali, kedua orang yang mengaku sebagai saudaranya kemarin.

"Lihat! Siapa yang oma bawa!" Nenek tersebut menunjukkan keberadaan cakra seakan akan baru saja menemukan berlian.

Namun respon yang berbeda di meja makan membuat cakra merasakan aura tidak sedap. Terutama, dari wanita yang sejak tadi menatapnya dengan pandangan aneh.

"Kak elliot kabur oma! Terakhir kali dia nyerempet miya, mangkanya dia takut pulang!" Teriakan cempreng dari gadis yang ada di samping wanita yang sejak tadi menjadi atensi cakra bersuara.

Nenek di sampinya yang tersenyum membuat cakra menjauh sedikit, entah kenapa sejak ia masuk ke ruangan ini aura aura syaitan nya kental sekali.

"Kenapa kau malah kembali elliot?" Lirihan tanpa suara itu tentunya tak bisa di dengar oleh seorang pun.

*****

Makan malam sudah selesai, tidak berjalan begitu mulus tetapi setidaknya cakra dapat mengganjal perutnya dengan makanan enak.

Steak dan pastanya enak, dia juga sempat mencoba ayam manis dan balado. Bahkan makanan penutupnya juga!

Ia ingin sekali tidur, makanya ia berniat langsung kabur dan menyewa hotel untuk semalam.

Dapet duit dari mana untuk menyewa hotel?

Nenek tadi meletakkan tasnya sembarangan sih, mana isinya barang mewah semua. Ni hoodie cakra udah penuh btw.

Tapi sayangnya ia ikut di seret ke ruang yang ber-titlekan sebagai ruang keluarga. Tapi menurut cakra sendiri, ruangan ini sudah seperti tempat pelatihan yang sangat luas.

Mereka semua uang ada di meja makan tadi dikumpulkan di ruangan ini, kecuali gadis yang tadi berteriak bahwa ia sempat menyerempet nya.

"Oma dengar terakhir kali kau masih gila? Kau melakukan pengobatan di mana? Apa kau di keluar kan tanpa ada yang menghubungi?" Nenek nenek hedon yang sejak tadi mengakui dirinya sebagai oma membuka pembicaraan.

Padahal dapat cakra lihat, makanan berupa snack dan teh baru mulai di antar. Itu bukan tata krama yang di pelajari olehnya sejak kecil.

"Hhh apa kau kabur lagi? Kau harus menjalani pengobatan Elliot. davina! Kau yang bertanggung jawab dengan pengobatan elliot kan?!" Pria yang memiliki aura tegas itu melirik wanita yang tampak takut di sampingnya.

"Dad! Bunda ketakutan!" Mandala, pria yang sempat menjenguk nya saat di rumah sakit kemarin menyela.

Namun pria ber-aura tegas yang di panggil dad itu hanya melengos tak peduli.

"Kau juga, kembali lah ke sana kalau kau masih terus ingin membuat malu keluarga ini!" Orang yang mungkin di panggil daddy itu menatap Cakra tajam.

"Kenapa kau menyalahkan cucuku nak, kau juga salah karena memberikan tanggung jawab pada wanita itu," Oma melirik sinis pada Davina yang tambah menundukkan kepalanya.

"Oma," Kini gerhana yang menyela.

Wanita tua itu hanya menatap gerhana sebentar sebelum akhirnya menumpahkan teh. Tanda bahwa ia sudah selesai di ruangan ini, tehnya sudah habis.

Meninggalkan sepasang orang tua dan ketiga putranya.

"Kenapa kau ada disini Elliot?! Kau sedang menjalani pengobatan, kau bisa pulang saat kau sembuh. Bahkan saat itu kau sendiri yang ingin pergi ke sana,"

Pria yang berstatus sebagai kepala keluarga itu menatap cakra yang sudah dalam kondisi sangat mengantuk.

"Mas! Maaf, ini salah aku. Nanti aku hubungin pihak rumah sakit, aku bakal cari rumah sakit yang lebih baik lagi," Davina yang sepertinya merupakan ibu dari elliot itu menahan tangan suaminya.

Membuat sang kepala keluarga itu mendengus lelah, "sudahlah, besok kau balik ke sana Elliot. Kau akan di antar oleh bunda mu, mengerti davina?"

Davina mengangguk patah, menyetujui.

"Dad! Kenapa jadi bunda lagi sih? Lagi lagi daddy selalu dengerin provokasi oma," Gerhana membanting cangkir tehnya.

"Teh mu sudah habis gerhana, naiklah. Pembicaraan kita selesai, " Sang kepala keluarga menatap datar tumpahan teh.

"Ck! Ini salah lo yang kabur dari rumah sakit! Apa susahnya diem di sana dulu sih," Gerhana menatap nyalang cakra yang masih menyender santai di kursi.

Mandala dengan sigap menahan gerhana yang sudah gereget ingin mengajar wajah menyebalkan cakra.

"Bentar nih, bentar ya? " Cakra bangkit dari duduknya. Berdiri sembari meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"Lo pada siapa si? Sumpah, yang diseret kesini tu gua, kenapa malah pada marah ke gua? Marah ke orang yang nyeret gua dong!" Cakra menunjukkan pergelangan tangannya yang sedikit memerah.

"Lagian dari tadi pada bilang gua gila, gua yang salah karena kabur. Bullshit woi! Gua anak kesayang mami zenneth yang soalnya kesasar disini,"

Mandala menepuk dahinya kasar. Ia lupa! Adiknya kan mempunyai penyakit baru! Depersonalisasi, beruntunglah dirinya yang sempat menjenguk adiknya itu beberapa hari lalu.

"Jadi, tolong banget nih ya! Anterin gua ke Jakarta, rumah gua di sana, "

Jalan pintas cakra untuk pulang sudah di temukan.

Positif otw pulang kalau gini mah!

Salam malam minggu! Kalian Tim yg Berharap besok cakra bisa pulang atau engga? 🤣

Ah andai hidup bisa semudah keinginan, ya cak? Masalahnya lo punya title anak gila (To cakra)

PULANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang