"Omaigaaatt inilah dunia hiburan yang selama ini gua cariii, " Cakra melompat melompat girang begitu baru saja turun dari mobil.
"Hati hati dek! " Seruan dari ketiga orang di sekelilingnya membuat cakra memberengut. Padahal dia koma gegara jatoh dari tangga btw, bukan jatoh dari lompat lompat.
Kemaren dia cuma kena sial aja makanya jatoh tangga melayang jiwa. Biasanya dia lompat dari balkon lantai dua gegara kabur dari Chandra yang menghakimi tugas bernilai merah dia tetap baik baik saja kok.
"Nah itu tiketnya udah ada, " Caksana memang menyuruh bawahannya untuk mengantri terlebih dahulu agar ia tidak perlu mengantri lagi.
Pelajaran tahun lalu. karena anak bungsunya bosan menunggu, ia merampas tiket bocah modal lato lato yang memang di bawanya dari rumah.
Setelahnya dia sendiri yang ngambek ga mau pulang karena lato latonya ga balik.
Caksana memang hanya bisa menggeleng kan kepalanya prihatin dengan sikap anak bungsunya itu. Mau bagaimana lagi? Kalau di buang, hancur martabatnya.
"Ayo dra! " Cakra merampas dua tiket dari tangan ayahnya dan berlari sembari menarik kembaran nya yang sigap mengikuti langkah cepat cakra.
"Pelan pelan elah, ra! " Chandra berlari mengikuti. Mengimbangi langkah cakra yang bisa di bilang cukup cepat.
"Itu anak ga bisa di tinggal berdua mas! Kejar! " Zenneth yang melihat anaknya menghilang dengan cepat, ikut menarik tangan suaminya dan berlari cepat.
Caksana menggeleng pelan, selain ia malu jika membuang cakra. Alasan caksana terus mempertahankan dan memanjakan cakra adalah di karenakan wajah dan sifatnya sangat mirip dengan zenneth. Pasangan ibu anak yang terus membuat rumah ribut.
Bagaimana bisa dia membenci sosok yang sangat mirip dengan pilihannya?
Walau kadang kesal karena korban dari pasangan ibu anak itu adalah dirinya dan anak sulungnya, Chandra.
"Pelan pelan mi! " Caksana menahan tangan zenneth yang hendak terjatuh, dapat dilihat dengan ekor matanya. Tak jauh dari posisi tempatnya berada saat ini, Chandra tengah menahan kerah belakang cakra dengan kondisi mengomel. Sepertinya anak bungsunya itu hampir terjatuh juga.
"Aduh yahh! Itu kan! Lama sih, itu anak bungsumu keliatan nya mau kesandung itu! " Zenneth melepas pegangan caksana dengan kasar dan berlari panik ke arah kedua anaknya.
Caksana menghela nafas pelan dan mengikuti langkah istrinya pasrah.
"Nah! Kan makanya hati hati! Mau jatoh lagi?!" Sampai di TKP bisa bisanya zenneth menambahkan omelan cinta.
"Dih mami, bukannya nolong aku! Ini si chan-ekkk! " Cakra memegang lehernya yang terasa tercekik. Tega sekali kembarannya itu menarik kerah dengan kuat.
"Apa? Gua kenapa? " Aish! Chandra kalau sudah marah mirip dengan ayahnya, mengerikan!
"Udah udah, nanti keburu siang. Alesannya panas, " Caksana merangkul ke kedua anaknya. Memisahkan keduanya secara langsung. Kalau ada keributan disini dan diliput berita kan, yang malu dia, anak sama istrinya mah mana peduli.
"Oke! Ayo naik rollercoaster! " Cakra menunjuk wahana yang diinginkan nya dengan semangat.
"Ga usah ngide deh ra, " Chandra membuang nafas malas. "Kenapa bang? Cakra ga punya riwayat jantung kok? " Caksana menoleh bingung, anaknya yang satu ini kenapa tambah protek dengan adiknya? Biasanya adiknya di hajar terus dengan buku tebal.
"Riwayat dia lebih ngeri yah, penderita pindah jiwa! " Celetukan Chandra dihadiahi tatapan tajam oleh caksana dan cakra. Tentunya arti tatapan mereka berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG (END)
أدب المراهقينHATI HATI! ISINYA ORANG SAKIT JIWA SEMUA cakra si anak manja, anak kesayangan, dan anak emas tiba tiba pindah ke raga anak yang memiliki kelainan jiwa? ya culture shock dong! "CAKRA MAU PULANG MAMI!!! " "gilanya bertambah, padahal bunda tidak perna...