EPISODE 29 | rooftop

7.2K 685 10
                                    

Cakra tersenyum masam begitu damar mengguncang tubuhnya cepat, setidaknya saat ini wajah bahagia damar menutupi kekhawatiran nya untuk di ganggu oleh para preman di jalan.

Masalah baru selesai satu, dia masih belum bisa membuat Chandra kembarannya untuk percaya. Memang susah sih, manusia normal mana yang mengakui perpindahan jiwa?

"lo memang bisa di percaya si bro, " Damar merangkul pundak cakra menuju kelas, diikuti oleh iman yang hanya menggeleng melihat tingkah kedua temannya.

"Tapi kenapa kemaren lu langsung kabur? Lu malu punya temen preman? Atau... Takut? " Damar yang menatap cakra serius membuat cakra meneguk ludahnya kasar. Kalau dia bilang 'iya' untuk opsi kedua ngga bahaya tah?

Iman mulai prihatin dengan kondisi cakra yang ngeri dengan damar. Ia menghela nafas pelan, salahnya yang mengancam cakra kemaren. Padahal dia hanya bercanda tapi anak itu menanggapi nya serius.

"Ya takutlah, dia di cegat temen lu kan? " Iman mendorong bahu damar agar menuju tempat duduk. Sempat sempatnya ia Mengerlingkan mata pada cakra yang sudah menatapnya penuh terimakasih.

"Dia cuma bercanda kok, lagian si cakra beli kartu banyak bener. Lu beneran takut cak? " Damar berbalik menatap cakra, tak bergeser sedikitpun dengan dorongan iman. Yah body mereka beda jauh, sekali lihat juga pasti tau siapa yang memiliki tenaga lebih besar.

"Gua-"

"Di suruh bapak ke kolam indoor! Di tunggu 10 menit! " Teriakan dari pintu membuat ketiga teman itu menoleh cepat.

"Bahas nanti dah! Nanti kena pengurangan poin, " Iman menarik tas damar dan cakra lalu menarik keduanya keluar.

Lagi lagi cakra di selamatkan oleh iman.

*****

"Kenapa tidak ganti pakaian? " Pertanyaan yang di todongkan pada cakra hanya di balas cengiran halus.

"Lagi ngga bisa ikut berenang pak, lagi ngga enak badan, " Jawaban cakra membuat damar menepuk dahi. Padahal sarannya jauh lebih baik, cakra lebih bagus bolos dari pada memberikan alasan tak berbobot pada guru olahraga mereka ini.

Dan di mana mana, guru olahraga itu mengambil dari praktek! Bukan tes tertulis!

"Ngga enak badan ya? " Melihat anggukan mengerti dari sang guru cakra mengangkat kedua alisnya bangga pada damar. Tapi aneh, kenapa damar malah menutup wajahnya begitu? Iman juga nampak membuang muka?

"KALAU TIDAK ENAK BADAN KENAPA SEKOLAH?! KENAPA KAU TIDAK IZIN KE RUMAH SAKIT? KELUARGAMU TIDAK BANGKRUT TIBA TIBA KAN?! ATAU ADA ALASAN LAIN? MALAS BERENANG, MISALNYA? GAMPANG NAMA KAMU TINGGAL BAPAK CORET, " Teriakan yang cukup menganggu di pagi hari ya?

Apa lagi suara tawa yang mulai terdengar memenuhi kolam indoor ini. Jujur cakra kesel sih, seharusnya ia mendengar kan saran damar untuk bolos saja tadi.

"Bukannya gitu pak, masalahnya tadi pagi alya ngasi saya susu. Katanya biar saya semangat. Saya sebagai anak baik yang ngga bisa menyakiti hati perempuan kan ngga enak kalau menolak pak. Mungkin hadiah sambutan anak baru kali ya? Atau itu tradisi di sini? Ngasi susu basi? " Sangkalan cakra, membuat alya yang tertawa paling keras terdiam, kenapa malah bawa bawa nama dia?

Dan juga, dari mana anak itu tradisi yang di lakukannya setiap ada anak baru?

Mukanya panik begitu sang guru menatapnya tajam, karena tradisi itu biasa alya lakukan makanya sang guru tak mempertimbangkan bahwa cakra berbohong.

"Alya? "

"Engga! Engga pak, suer! Bahkan saya aja lupa sama tradisi itu! "

Damar dan iman saling lirik, kapan alya memberi cakra susu basi?

PULANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang