Chapter 7: Betting in Auctions

1.1K 180 35
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Vegas merasa gerah saat melihat jas yang dibawa oleh Pol. Padahal Vegas hanya ingin memakai kemeja loreng-lorengnya. Celana hitam. Serta kalung besi putih yang sering Vegas pakai.

Style-nya Vegas begitu ...

Namun Pol dengan segenap ketulusan hatinya yang selalu berdedikasi pada pekerjaan, dia bahkan menyiapkan kemeja putih dan bawahannya. Disertai dengan jas yang berwarna putih juga.

Vegas feels like a fairy.

Vegas suka pakaian hitam dan sederhana. Kalau di kantornya Vegas lebih suka memakai kaos lengan pendek dengan celana hitam. Akan tetapi, Pol tidak membujuk Vegas untuk tidak datang di acara formal dengan pakaian tema kebun binatang.

Itu benar ...

Jika tidak ada Pol di dunia ini, mungkin Vegas hanya seonggok detektif hebat yang bahkan jarang mandi. Sering bergadang. Tidak makan dengan baik. Juga dengan pakaian kotor yang menumpuk. Untung tampan, jadi tertutupi semua keburukannya itu.

Apalagi jika Vegas sedang dalam kasus yang besar, Vegas bahkan hanya minum kopi dan sandwich di 7eleven atau rice box yang syukurnya mulai tersedia di 7eleven. Kadang juga Vegas sering membeli daging panggang dan nasi ketan yang dijual bibi-bibi pinggir jalan.

Soalnya Vegas juga bukan tipe yang suka makan mie instan, cenderung Vegas sangat sangat jarang memakannya. Sehingga tipe makhluk seperti Vegas, tidak juga terlalu sehat pola hidupnya, tetapi makanannya cukup memenuhi nutrisi.

Mungkin organ tubuh Vegas itu juga dilema, mau dibikin sakit atau sehat ini manusia.

"Apa yang salah dengan pakaianku?" tanya Vegas yang masih mengenakan kemeja loreng-loreng warna cokelatnya, serta celana hitam yang agak lebar di bagian bawahnya.

Vegas bisa menendang Pol lebih leluasa jika sebal nanti kalau celananya longgar.

Ini nyaman. That is enough, right?

Pol menghela napasnya. Belum menikah saja dia sudah merasa mengurus anak bandel. Sudah boss-nya ini belum menggaji dia bulan ini, susah diurus lagi.

"Kalau di pelelangan, penginapannya berubah. Mereka tak menerima jika tidak dengan setelan seperti ini."

Vegas berdecak. "Merepotkan."

"Lagipula Boss tidak malu jika bertemu dengan pengusaha di Chumphon ini."

Vegas sebenarnya tak perduli pandangan Rachana dan adik-adiknya.

"Ku dengar pengusaha besar lainnya ialah pemilik pabrik roti yang bekerja sama dengan Saengtham. Siapa namanya ... Khun Blue Kitaawat. Dia juga teman sekolahnya Khun Pete."

"Kenapa kau bicara begitu?" Vegas tak mengerti kenapa Pol akhir-akhir ini membicarakan masalah Pete ini itu padanya.

Pol tampak berpikir. "Karena boss terlihat tertarik dengan Khun Pete."

The Murder [VegasPete Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang