Chapter 3: A Plan

1.4K 198 12
                                    

Jangankan orang lain, Pol juga ikut menatap Vegas.

"All I can say is that I was in my room and sleeping." Vegas tak bisa mengatakan apa-apa tentang itu.

Dia bahkan tak mengharapkan ada yang percaya padanya. Vegas tak perduli itu sebenarnya, sebab ia tak perduli pada pandangan orang lain terhadapnya. Namun Vegas tak punya pilihan lain selain memiliki penjelasan yang baik. Mereka sedang terjebak dalam teka-teki yang sebenarnya tidak rumit, tapi menjebak.

Semua orang tahu seseorang berusaha menutupi fakta tentang kejadian lima belas tahun yang lalu. Tapi tak semua orang tahu siapa musuh di antara mereka. Entah mereka harus menyebutnya musuh atau hanya sekedar kebetulan.

Huh ... Apa Ken bisa kebetulan pergi ke kandang sapi hanya untuk dicekik? Itu lebih tak masuk akal lagi.

"Tapi untuk apa Vegas membunuh Ken?" Kinn berbicara tentang motif penbunuhan. Seperti yang biasa ia lakukan di kesehariannya untuk menganalsis kasus.

Big menunjuk Vegas dengan cara yang menyebalkan. "Tentu saja karena persaingan kita!"

Tapi Vegas merasa tak ingin dan mau bersaing dengan mereka.

Kinn menghela napasnya. "Terlalu tergesa-gesa jika menuduh seseorang tanpa bukti yang jelas."

"Yang bisa aku katakan ialah aku di kamar, tapi ... sekitar pukul satu malam aku sempat terbangun untuk mengambil air di ruang makan," jelas Vegas yang menatap Big lekat.

"Siapa yang tahu kau berkata dusta atau tidak," sulut Big lagi.

"Kau bisa bertanya padanya ..."

Vegas menunjuk pada Tawan, yang mendadak langsung salah tingkah saat Vegas menunjuknya. Seolah takut dengan apa yang Vegas katakan.

Semua pandangan tertuju pada Tawan, sehingga Tawan semakin tak nyaman. Ia merasa sebal dengan Vegas yang menempatkannya dalam situasi ini. Namun yang diperlukan Vegas adalah konfirmasi jika Tawan memang bertemu Vegas tadi malam.

Lebih tepatnya Tawan yang datang ke kamarnya sekitar pukul satu malam.

"Yah, aku memang datang ke kamar Khun Vegas."

"Apa maksudmu datang ke kamar Khun Vegas?" Introgasi Kimhan yang memperhatikan ekspresi Tawan lekat.

Vegas tampak tak perduli dan Tawan yang kesal. Apalagi ... Pukul satu malam bukanlah waktu yang tepat untuk bertamu atau berdiskusi tentang kasus. Ditambah lagi detektif seperti Vegas agak bertentangan dengan wartawan.

Jika detektif mencari kebenaran di balik setiap hiasan problema dan kejadian, maka wartawan ialah yang menghias masalah itu agar menarik dikonsumsi publik.

Tawan membuang wajahnya, tampak sangat kesal. "It's not your bussiness. Tapi seperti yang Khun Vegas katakan, aku bertemu dengannya tadi malam."

Vegas pun tak ingin membahasnya, apalagi ia tak berniat memiliki 'something' dengan Tawan. Seperti yang ditawarkan Tawan padanya tadi malam

Big mendengus dan menunjuk pada Tawan, seolah ingat apa yang terjadi. "Jangan saling menyelamatkan, aku tahu Ken bertengkar denganmu saat makan malam."

Kalau tentang bertengkar ini Vegas tidak tahu. Dia berada di kamarnya sepanjang malam.

Tawan menatap tajam pada Big. "Meski rekan kerjamu itu brengsek, aku tak akan segila itu membunuhnya."

"Apa yang kalian pertengkarkan?" tanya Kinn yang mengamati setiap pergerakan masing-masing dari mereka. Mengamati situasi.

Semua pandangan beralih pada Tawan, mungkin kali ini tuduhan berpindah padanya.

"Apakah itu penting?" Tawan seolah menolak bekerja sama.

The Murder [VegasPete Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang