Chapter 11: Other Threads

1.2K 179 17
                                    

Hari pemakaman Evelyn dilaksanakan keesokan harinya. Sehingga Penginapan Saengtham ditutup untuk umum, meski begitu Vegas tetap datang di hari yang sama. Ia datang dengan bunga buket bunga aster berwarna putih, beserta jas hitam, dan juga tas tangan hitamnya.

Setelan untuk melayat yang biasa untuk digunakan. Bedanya Vegas akan kembali tinggal beberapa saat di pulau itu. Walau nyatanya mereka tidak menerima tamu yang datang.

Vegas kini dihadapkan pada wanita pelayan keluarga Saengtham, Bibi Nam. Wanita itu cukup tua dan berpengalaman di sini. Dia tahu keluarga ini cukup banyak, bahkan tahu jika Vegas mungkin kurang disukai oleh majikannya. Sehingga saat vegas datang ke penginapan wanita itu juga terlihat tak senang.

"Maaf khun vegas, tapi memang penginapan tidak dibuka," balasnya dengan mata penuh permohonan.

Enggan ada keributan di hari pemakaman Nyonya mudanya. Orang-orang masih memberikan penghormatan di kediaman utama, tetapi yang lebih menarik dari segalanya Saengtham bersaudara ini sudah mengirim Bibi Nam seolah tahu jika akan ada tamu yang datang. Mereka perlu seseorang yang bisa mengusir tamu mereka, dalam artian mereka tak perlu turun tangan sendiri.

Vegas tersenyum sambil menunjukkan bunga aster putih di tangannya. "Saya datang melayat ke sini, Bibi Nam."

Pol mengikuti di belakang Vegas dengan tas kecilnya juga. Tentu saja Vegas sudah menyuruh Pol menyiapkan beberapa lembar pakaian yang sekiranya cukup untuk menginap beberapa hari. Cadangan jika mereka bisa menginap di sini lagi.

Bibi Nam terlihat tak setuju. Seolah tahu maksud kedatangan Vegas yang jelas tak murni sebagai pelayat. "Tapi Khun Vegas ..."

"Apa Khun Racahana tidak mengizinkan saya datang untuk melayat juga?" tanya Vegas yang menunjukkan rasa tersinggungnya akibat perlakuan Bibi Nam.

Membuat Bibi Nam merasa serba salah lagi, sehingga dia hanya bisa mempersilahkan Vegas untuk menuju rumah utama. Sebelumnya Vegas menyadari jika ada memar di sekitar lengan Bibi Nam. Agak samar karena wanita tua ini berkulit agak kecokelatan, khas orang desa yang banyak terkena sinar matahari.

"Apa Bibi Nam terjatuh?" tanya Vegas yang mengikuti wanita tua itu dari belakang bersama Pol.

Pol tak banyak bicara soalnya baru digaji oleh Vegas.

Bibi Nam tertawa canggung. "Iya, Khun Vegas. Kurang berhati-hati."

Vegas menganggukkan kepalanya sebelum lanjut berbicara. "Tapi itu terlihat seperti cengkeraman tangan dibandingkan terjatuh."

Jika bisa menjadi memar bisa dibayangkan betapa kerasnya cengkeraman itu diberikan.

Wanita itu tampak terkejut dan menyembunyikan lengannya ke bagian depan. Enggan membiarkan Vegas mengamati lengannya lagi. Meski begitu Vegas bisa menyimpulkan garis besarnya, ditambah lagi ia juga sudah menyelidiki setiap orang di pulau ini, bahkan sampai ke pelayannya.

Pulau kecil ini cukup kecil dan nyaris satu kampung mereka saling mengenal. Termasuk orang-orang di sekitar kediaman Saengtham tahu jika suami Bibi Nam adalah seorang pemabuk. Di perkampungan seperti ini, seseorang seperti itu akan dibiarkan saja selama dia tak mengganggu hidup orang-orang di sampingnya.

"Khun Vegas, pertengkaran antara suami istri itu seringkali terjadi," jawab Bibi Nam apa adanya.

Mereka kali ini hanya berjalan untuk menuju kediaman utama Saengtham. Ada beberapa orang yang mereka sapa, termasuk para pekerja yang masih harus bekerja di sekitar kediaman Saengtham. Bibi Nam tampak menyapa mereka, dan Vegas tanpa sadar memperhatikan setiap langkahnya.

Agak lebih detail dari pertama kali ia datang ke Pulau ini.

Sekarang pukul sepuluh pagi, tapi aktivitas di Pulau jelas dimulai lebih pagi lagi. Kembali lagi pada kasus kematian Ibu dan Ayah Pete, mereka ditemukan sekitar pukul 9 pagi. Berdasarkan catatan kematiannya, kondisi tubuhnya masih segar dengan darah yang berceceran. Kemungkinan kematian tak cukup lama sebab darahnya belum sempat mengering sempurna akibat terpapar udara.

The Murder [VegasPete Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang