Bab 11 | Karena Damar

403 38 11
                                    

Pria dengan tubuh tegap serta kekar itu tengah bersandar ke belakang kursi, menghela nafas kasar berkali-kali. Alis tebalnya sedari tadi bertemu sekaan menyambung menjadi satu.

Walaupun sudah berkepala 4, ketampanannya masih tetap utuh, seakan tidak luntur oleh faktor usia.

Damar tampak berpikir keras. Akhir-akhir ini masalah kian datang melanda. Awalnya hanya masalah kecil yang terjadi. Setelah selesai ditangani, masalah lain yang lebih besar muncul.

Sebenarnya sudah biasa hal ini terjadi. Sebagai seorang pemimpin perusahaan yang sudah berpengalaman harusnya mudah mengatasi hal tersebut. Namun,pada waktu tertentu Damar mengalami depresi hebat karena suatu alasan. Seperti sekarang ini.

Dirinya harus kuat. Untunglah di ruang kantor pribadinya tidak ada siapa-siapa. Mengatur nafas agar teratur, kemudian memejamkan mata. Setelah rileks, Damar akhirnya bisa merasa tenang kembali.

Melirik ke samping meja, berkas-berkas dokumen tertumpuk. Tidak terlalu banyak,tapi harus segera diselesaikan. Tidak perlu terburu-buru menyelesaikannya. Hanya perlu diselesaikan sesuai tanggal permintaan yang telah dijanjikan.

Melihat kalender.

bulan desember. Salah satu bulan dari 12 bulan yang ia benci dan favoritnya sekaligus. Ya, alasannya simpel. Satu,karena bulan kelahiran putra kesayangannya dan yang lainnya karena bulan yang selalu membuatnya depresi berat setiap tahun.

Ingin rasanya menghilang sebentar agar terhindar dari rasa sakit yang tidak berujung ini.

Tok tok tok

Pintu diketuk pelan.

"Masuklah" Damar berkata.

"Maaf mengganggu,aku hanya ingin menyampaikan permintaan dari perusahaan XX ingin sege-" Laki-laki dengan setelan jas rapi itu berhenti bicara.

"Kau,apa kau baik-baik saja?" Ia menatap
Damar. Sudah hafal dengan rekan kerjanya itu.

"Ya, aku baik-baik Thomas" Damar menjawab.

Thomas, laki-laki yang telah bersama Damar lebih dari 40 tahun itu menatap Damar khawatir. Tidak jadi bicara,lebih baik dirinya memilih diam terlebih dahulu melihat teman sekaligus bosnya itu.

"Pulanglah lebih awal hari ini. Tidak apa-apa" Thomas memberi saran.

Seperti sudah hafal keadaan Damar,ia menyuruh Damar untuk pulang lebih awal.

"Tidak apa-apa aku akan mengurus sisanya. Jika kau tidak baik-baik saja harusnya tidak usah berangkat bekerja" lanjutnya.

Mengapa posisinya malah seperti terbalik? Siapa bos siapa bawahan.

"Hm,ya kau benar Thomas" Damar akhirnya menyutujuinya. Daripada tidak fokus dan malah membuat semuanya semakin berantakan, lebih baik ia pulang. Mungkin dengan melihat Zayyan pasti dirinya akan langsung membaik.

"Ya,cepat pulang pergi sana" Thomas mengusir.

"Jaga ucapan mu,aku atasanmu disini. Setidaknya hormatilah aku" Damar berkata dengan suara beratnya, namun tidak ada rasa marah dalam kalimatnya.

"Ya ya ya,baik saya mengerti teman kecilku" Thomas menggoda sembari memainkan tangan.

Thomas merupakan tangan kanan kepercayaan Damar. Damar dan Thomas sudah menjalin hubungan sejak mereka masih bocah. Ya begitulah cerita singkatnya.

Damar tersenyum licik menanggapi. Mengambil kunci mobil dan meninggalkan Thomas di ruang kerjanya. Sebenarnya pikirannya sejak tadi pagi melayang-layang entah kemana. Sekarang lebih baik menjernihkan kepala dahulu dan pulang untuk bertemu Zayyan.

ZAYYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang