ZAYYAN [HIATUS]

Bab 21 | Kursi

"pa, mau ini di lepas" mintanya, tubuhnya masih terbalut 3 lapis selimut.

"Ya nanti akan dilepas,bukankah malah bagus jika seperti ini?"

"Apanya yang bagus?"-Batin Zayyan

"Dan juga,papa"

"Ya?"

"Kapan Zayyan bisa keluar dan berjalan-jalan seperti biasa"

"Kamu tidak perlu berjalan"

"..." Mangsud??

"Ingin seperti dulu paa"

"Kamu seharusnya sudah mengerti"

Zayyan diam,takut berbicara. Tepatnya takut bila kata-katanya bisa menyerang balik dirinya.

"Papa pasti melakukan sesuatu dengan alasan dibaliknya"

"Ya,Zayyan tahu pa" Suaranya sangat kecil,mungkin hanya Damar sendiri yang bisa mendengarnya.

Alasan apakah yang sebenarnya dibalik semua ini?

Ia selalu bertanya-tanya dalam hati sejak lama. Bingung.

Apakah ia telah melakukan suatu kesalahan besar hingga membuatnya terkurung dalam sini.

Jika karena tadi malam ia tahu dengan jelas. Maksudnya sebelum kejadian tadi malam,papanya melarang Zayyan keluar, meskipun sekedar jalan-jalan dalam mansion.

Bahkan hingga kini ia masih terkurung dalam ranjang,diberi pagar pembatas.

"Kamu tidak perlu tahu" Damar berkata,seakan tahu isi pikiran putranya saat ini.

"Cukup dengarkan dan lakukan apapun yang papa katakan"

Zayyan tertunduk lesu. Kalimat ini, benar-benar kalimat penurun mood.

"Ya ampun,kenapa suasananya jadi tidak enak begini" Yuliana yang duduk di kursi berkata.

"Zayyan" Panggil Damar, suara beratnya terdengar halus.

"Bukankah papa tadi sudah bilang akan memberi kamu sebuah kelonggaran, terlepas kejadian tadi malam"

Fokus Zayyan langsung teralih,membuka telinga lebar-lebar mendengar ucapan Damar dengan mata polos.

"Tapi kamu malah berbicara seperti tadi,selalu saja tidak mau menurut"

"Apa tidak jadi saja" raut wajah Damar tampak dibuat-buat kecewa.

"Tidak,tidak pa" Ucapnya cepat.

"Zayyan akan menjadi anak penurut. Zayyan akan mendengarkan perkataan papa"

"Kamu selalu hanya bicara saja son,dan akhirnya akan mengulangi kesalahan yang sama"

"Tidak pa,kali ini Zayyan akan mematuhi apa saja yang papa katakan"

"Yakin?"

"Yakin!" Jawabnya mantap.

"Janji?"