○○●¥●○●
Taeyong tidak pernah menduga kalau pertemuannya dengan Youngho akan membuahkan curiga pada kekasihnya. Seandainya kecurigaan itu diutarakan alih-alih dipendam, lantas jadi penyakit tanpa obat, mungkin hubungan mereka tidak akan berakhir seperti ini. Meski Jaehyun sesekali berucap kasar ketika emosi, ia masih bisa menoleransi.
Taeyong pikir, komunikasi mereka selama ini sudah cukup. Taeyong pikir, ia sudah cukup memahami pria itu.
Taeyong pikir, perubahan sikap Jaehyun hanya karena tuntutan kerja yang semakin tinggi.
Taeyong pikir... selama ini mereka baik-baik saja.
Beberapa bulan lalu Taeyong dimintai bantuan menggantikan salah seorang rekannya yang sakit pada pertemuan penting dengan seorang pebisnis asal Chicago. Permintaan yang mendadak, membuat Taeyong tak sempat untuk sekadar mencari informasi mengenai perusahaan tersebut. Bermodalkan proposal dan file presentasi, Taeyong mengabaikan rasa lelahnya setelah melakukan rapat dengan client yang lain. Ia menemui client itu di sebuah hotel bintang lima.
Ketika Taeyong menyadari siapa client yang ditangani, kepercayaan diri yang dimilikinya luntur seketika. Taeyong tak tahu, jika mantan pacarnya sudah kembali ke negara ibunya, karena pria itu memutuskan menetap di benua lain, usai memberi memar di sekujur tubuh dan wajah, serta luka robek di pelipis Taeyong hanya karena rasa cemburu.
Beberapa tahun yang lalu, dengan bantuan Ten, Taeyong memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan kenalan Axel itu melalui ancaman. Ia berdalih memiliki rekaman cctv yang dapat dijadikan bukti untuk membuat Youngho mendekam di balik jeruji besi dengan pasal penganiayaan.
Taeyong trauma? Tentu saja. Meskipun sejak kecil tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh kedua orang tuanya, bagaimana mungkin lelaki yang telah memacarinya enam bulan itu merasa punya hak memukul setiap kali lelaki berwajah boneka itu hangout dengan teman-temannya. Meskipun Taeyong seringkali meyakinkan, jika ia takkan macam-macam, Youngho tak pernah mau tahu. Lelaki satu tahun lebih tua dari Taeyong itu akan membenturkan kepalanya ke dinding jika kalimatnya dipotong atau dibalas. Taeyong pikir, Youngho memang suka memukulinya. Lebih terlihat seperti obsesi, alih-alih ingin dimengerti.
Namun seburuk apapun perlakuan Youngho terhadapnya, Taeyong tidak pernah mengatakan hal itu pada Axel. Taeyong tak mau Axel merasa bersalah. Lagipula menerima Youngho menjadi kekasih adalah murni keputusannya.
Pertemuan yang saat itu dijadwalkan selesai tak lebih dari dua jam, ternyata memakan waktu lebih lama. Entah ini hanya perasaannya saja atau Youngho tampaknya sengaja mengulur waktu, sehingga beberapa partner kerja yang lain memilih berpamitan lebih dahulu dan berakhir meninggalkan sepasang mantan kekasih itu–hanya berdua.
Bahkan sejak awal meeting, Taeyong sudah dibuat tidak nyaman dengan tatapan mengintimidasi mantannya. Taeyong juga sempat menghubungi Jaehyun, menanyakan keberadaan direktur muda itu. Sebenarnya, dia hendak meminta Jaehyun menyusul, namun urung dilakukan karena pria Jung itu mengatakan sedang meeting.
Ketakutannya terbukti. Saat Taeyong bergegas pulang, Youngho tiba-tiba menariknya masuk ke sebuah kamar, tidak jauh dari ruangan yang mereka gunakan untuk meeting tadi. Youngho nyaris melecehkan mantannya karena tak terima diputuskan sepihak.
Beruntung, Taeyong sempat mengirim pesan pada Ten. Ia terpaksa mengulur waktu saat Youngho hendak mencium bibirnya secara paksa, hingga mereka berakhir berdebat tentang masa lalu, sampai Ten datang ke ruangan itu dan mengancam Youngho dengan cctv yang sama. Ten juga yang meminta Taeyong mengulur waktu daripada ribut besar dan membuat Youngho gelap mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude [bxb] [M-Preg] ✅️
FanfictionTaeyong hanya dijadikan bahan obsesi. Tak ubahnya piala bergilir yang membanggakan jika dimiliki. ⚠️ Buku ini mengandung unsur hubungan antara laki-laki dan laki-laki