⚠️WARNING⚠️
DEATH CHARACTER, SUICIDE○○●¥●○○
Tangisnya pecah saat menyingkap kain putih yang menutupi tubuh sahabatnya dalam ruang jenazah. Jantungnya bak dihujam pisau, melihat jasad membiru yang terbujur kaku di atas ranjang rata berbahan besi. Sungguh sakit hatinya melihat rupa sempurna yang memucat dengan gurat kecewa pada hidup yang tak pernah mudah.
“Maafkan aku,” lelaki itu terisak kalut. Tubuhnya merosot sambil memegangi tangan sahabatnya yang dingin. “Maaf karena aku terlambat–”
Setelah puluhan kali gagal melakukan percobaan bunuh diri, laki-laki itu pun berhasil mengambil nyawanya sendiri. Tidak ada yang dapat menyelamatkan nyawanya kali ini, meski sudah dibawa ke unit gawat darurat bahkan ditangani dengan seluruh upaya oleh dokter yang berjaga dan mengawasi.
“Ten...”
Tubuh itu dipeluk erat sekali. Air mata tak henti jatuh sembari meratapi nasib pesakitan yang hidupnya hampir tidak pernah bahagia.
“Ini salahku,” isaknya menyalahkan diri. “Kalau saja aku tak terlambat...”
“Tidak, Taeyong.” Ten menenangkan. “Bukan salahmu. Ini pilihannya. Dia yang mengambil nyawanya sendiri.”
Taeyong menggeleng dengan rasa sesal. “Seharusnya aku segera mendatanginya setelah membaca pesan itu.”
“Axel tidak minta kau selamatkan,” ujar Ten berusaha tabah agar sahabatnya tak makin terpuruk. Dia usap pipi Taeyong yang basah oleh air mata. “Sudah ya...” Ten membantu lelaki hamil itu bangkit dari lantai ruang jenazah yang dingin. “Kasihan kandunganmu,” peringatnya sembari menggiring keluar dari ruang yang dijaga dua pria berseragam putih.
Taeyong didudukkan di kursi berbahan besi di depan ruang jenazah. Tak henti sesenggukan meskipun Ten berkali-kali memintanya berhenti karena khawatir dengan kandungan Taeyong yang agak lemah, akibat insiden lima bulan yang lalu. Usai sosok yang sedang hamil itu sengaja menggores lengannya sampai kehilangan banyak darah.
Ya, Taeyong tidak mati.
Tidak. Dia belum diijinkan mati.
Mungkin masih ada kesialan yang belum Taeyong rasakan, makanya masih diberi hidup sampai hari ini.
Sungjin berhasil membawanya ke unit gawat darurat sebelum sang staff event kehabisan darah. Taeyong mendapat perawatan intensif selama empat hari sebab kandungannya sempat melemah. Untungnya, Taeyong serta janin dalam kandungannya bisa diselamatkan. Ini mungkin kesialan lain yang dimaksud Taeyong. Atau–awal bahagianya?
Entahlah, Taeyong enggan berekspektasi.
Delapan hari sejak kematian Axel, Taeyong mulai menerima bahwa dirinya bukanlah penyebab Axel mengambil nyawanya sendiri. Ini akumulasi dari kejadian yang Axel alami sejak pernikahannya batal.
Beberapa saat sebelum mengambil nyawanya, Axel mengirimkan chat panjang untuk Taeyong. Pesan yang Taeyong pikir hanya sebagai bentuk penyesalan atas perbuatannya dulu. Pesan yang saat ia baca lagi beberapa jam kemudian ternyata adalah pesan kematian, hingga Taeyong terlambat mendatangi unit apartemen Axel dan menemukan lelaki itu sudah sekarat.
Taeyong menjalani harinya seperti biasa setelahnya. Meskipun sesekali masih menyesali tindakan Axel dan perbuatannya di masa lalu.
Lusa adalah jadwal konsultasi Taeyong dengan seorang psikiater rekomendasi ibu mertuanya. Suaminya juga berjanji akan menemani setelah menyelesaikan laga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude [bxb] [M-Preg] ✅️
FanfictionTaeyong hanya dijadikan bahan obsesi. Tak ubahnya piala bergilir yang membanggakan jika dimiliki. ⚠️ Buku ini mengandung unsur hubungan antara laki-laki dan laki-laki