Angin berhembus dengan lembut, membelai tempat yang dia lewati dengan tenang. Saat melewati UKS, dia menerbangkan gorden dari jendela yang terbuka.
Di ruangan UKS yang sepi, sunyi dan tenang, Veon akhirnya bangun.
Dia begadang untuk bermain game semalam. Karena UKS dingin dan sepi, Veon tidak sengaja tertidur saat menemani Irene. Dia awalnya berpikir untuk pergi sebelum Irene bangun, siapa tau dia tidak sengaja tertidur. Hal pertama yang Veon amati setelah bangun adalah tempat tidur di bawahnya. Benar saja, tidak ada siapapun disana. Meski memiliki perasaan sedikit menyesal, Veon tidak bisa melakukan apa-apa tentang ini. Dia menghela nafas panjang dan berdiri. Dia harus kembali ke kelas untuk mengambil tas.
Belum sempat berjalan, Veon tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh di lehernya. Dia merasa kepalanya juga menjadi lebih hangat. Veon menyentuh lehernya dan tidak merasakan kerah bajunya sama sekali. Hanya sentuhan lembut dan halus yang terasa. Veon dengan tegas mencoba melepaskan sesuatu di lehernya. Ketika benda itu sudah dilepas, dia terkejut menemukan itu adalah syal. Veon dengan cepat melepas sesuatu di kepalanya. Topi rajut dan syal rajut.
Veon masih ingat dua benda ini. Dia bahkan memiliki foto bersamanya saat kecil. Dia pikir bahwa dia tidak akan pernah melihat benda ini lagi. Setelah mereka rusak dan dia tinggalkan di taman bermain saat itu, dia kembali keesokan hari untuk mengambilnya. Tapi dia tidak menemukan benda ini dimana pun.
Kemudian, dia melihat Irene membawa tas yang berisi syal dan topi ke sekolah. Dia awalnya berharap bahwa itu adalah benda miliknya. Namun setelah melihat ke dalam tas itu, dia kecewa karena apa yang didalamnya bukan syal dan topinya. Dia tidak berpikir syal dan topi itu untuknya. Jadi Veon melupakannya sekarang.
Dia tidak menyangka bahwa Irene masih menyimpan syal dan topi ini. Apalagi mereka sudah diperbaiki, tidak, benda-benda ini bahkan menjadi lebih baik. Bahkan jika bukan Irene yang memperbaikinya, Veon masih sangat senang.
Suasana hati Veon yang rendah karena Irene tiba-tiba menghilang menjadi lebih baik. Veon tidak peduli dengan cuaca panas, dia kembali melilitkan syal ke lehernya. Wajah tampan Veon memiliki senyum yang membuatnya menjadi lebih tampan. Beberapa siswa dan siswi yang mengikuti ekskul terpana ketika melihat Veon lewat dengan senyum.
Diantara orang yang terpana, seorang gadis terlihat menyipitkan matanya penuh kebencian.
Dia dan 6 orang temannya sedang berkumpul di halaman depan. Mereka berencana untuk berkumpul di kafe sebelum pulang. Karena itu, mereka kebetulan melihat Veon berjalan memakai syal dengan senyum diwajahnya.
"Nif, itu Veon?" Kata salah satu dari mereka.
"Pakai syal? Emang nggak gerah ya."
Hanifa hanya diam. Dia berdiri dan pergi meninggalkan teman-temannya. Mereka saling melihat dengan bingung sebelum mengikuti Hanifa.
"Cari tau sama siapa dia hari ini. Gue nggak percaya Ajeng bakal ngasih benda semacam itu. Kalau ada orang lain, hmp, Berani banget deketin orang yang Gue incer." Mendengar kata-kata Hanifa, mereka langsung mengeluarkan senyum.
Seorang gadis menepuk tangannya, wajahnya terlihat gembira. "Udah Gue duga, mana mungkin Hanifa diem aja. Serahin ke Gue buat nyari tau, Gue punya banyak kenalan di sekitar UKS."
"Udah beres. Biarin si Nafi yang gerak."
"Tapi aneh nggak sih, Tan. Kok Veon nerima barang cewek lain. Seneng banget lagi wajahnya."
Hanifa tiba-tiba mendengus dingin. "Mungkin karena kasihan. Siapa yang tahu apa yang dipikirin Veon."
Irene tidak tau bahwa seseorang menyelidikinya. Bahkan mungkin memiliki niat jahat padanya. Saat ini dia ada di dalam mobil Ryan. Setelah beberapa bulan, Ryan akhirnya kembali menjemputnya. Irene sedikit takut kalau Ryan mengetahui apa yang terjadi hari ini. Untung saja Irene tidak menanyakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save My Love [Pending]
Romance> Menanti memang melelahkan. Terkadang juga menyakitkan. Namun menanti dapat menjadi sebuah motivasi untuk terus hidup..... Irene selalu memiliki keinginan untuk bunuh diri setelah mengetahui kakak dan orang tuanya pergi dalam kecelakaan. Dalam kepu...