Bab 15

973 140 4
                                    

Hampir sebulan Niki tinggal kembali di rumah besar itu dan mulai terbiasa dengan keadaan yang dulu pernah dirasakannya. Tiap pagi selalu ada sarapan hangat, tidak perlu lagi sibuk membersihkan rumah karena ada pelayan yang melakukannya. Pakaiannya pun sudah tercuci dan terlipat rapi setiap hari. Kebutuhan dasarnya tercukupi dan selain itu, ada uang saku dari Neil untuknya yang jumlahnya cukup fantastis. Niki meminta ijin untuk membeli motor dan Neil mengernyit bingung.

"Motor? Buat apaan?"

"Buat dipakai ke kampus dan mondar-mandir, Om."

"Ada mobil buat dipakai."

"Aku'kan nggak bisa naik mobil."

"Belajar kalau gitu, nanti aku cariin guru."

Keputusan Neil tidak dapat diganggu gugat, padahal yang ia inginkan hanya sepeda motor yang lucu tapi justru mendapatkan mobil. Tidak masalah sebenarnya yang terpenting ia punya alat traportasi untuk ke kampus dan bekerja. Soal bekerja ini Niki sempat mengalami masalah dengan Neil yang tidak mengijinkannya bekerja dan fokus belajar saja. Namun Niki menolak dan mengatakan kalau tidak ingin menjadi anak manja.

Erica memberi nasehat agar dirinya memanfaatkan sebaik-baiknya privelege yang diberikan Neil. Tidak perlu merasa terbebani atau terkekang, meskipun Neil bersikap tegas tapi hidup setidaknya lebuh mudah dijalani dan Niki setuju dengan sahabatnya.

Tidak ada lagi bentakan marah, makian kasar, ataupun juga caci maki didengar setiap hari. Tidak ada pula yang akan merampas makanan atau barang-barang yang dibelinya. Rumah besar cenderung tenang dan sepi karena penghuninya tidak suka saling mengganggu. Niki bertemu Neil hanya saat sarapan atau pun makan malam karena laki-laki itu hampir setiap hari bekerja bahkan di akhir Minggu. Smpai-sampai Niki berpikir kalau kekasih Neil adalah perempuan yang hebat, jarang bertemu, jarang diajak berkencan tapi mampu bertahan. Biasanya perempuan suka rewel kalau tidak bertemu kekasihnya. Niki membandingkan dirinya sendiri dengan Almaira dan tersenyum geli. Tentu saja berbeda jauh seperti langit dan bumi karena ia tidak seanggun dan setenang Almaira.

Sering kali pikiran buruk berkelebat dalam pikiran Niki. Tentang bagaimana nasibnya kelak kalau Neil dan Almaira menikah. Tentu saja ia tidak bisa tinggal di rumah Neil lagi. Suatu haru saat pikiran isengnya timbul dengan memberanikan diri bertanya pada Neil.

"Om, kalau nikah nanti tinggal di sini, dong?"

"Siapa yang nikah?" jawan Neil bingung.

"Om sama Kak Almaira yang nikah, emangnya kalian mau pacara terus?"

Neil mendengkus. "Kenapa kamu mikirin hal yang belum tentu terjadi. Fokus aja kuliah, nggak usah mikir macam-macam."

"Padahal aku serius."

Jawaban Neil selanjutnya membuat Niki menjerit. Laki-laki itu menjitak kepalanya dan bersungut-sungut. "Masih kecil dah mikirin kawin!"

"Wew, bukan aku. Tapi, Om!"

Setelah itu ia tidak lagi bertanya-tanya tentang pernikahan karena Neil memberi isyarat halus untuk tidak lagi mengungkit-ungkit masalah pernikahan dan Niki pun cukup tahu diri. Ia berujar dalam hati, semakin lambat Neil menikah akan semakin bagus untuknya. Dengan begitu bisa tinggal di rumah ini lebih lama. Pemikirannya mendapat acunagn jempol dari Erica.

"Gue suka gaya lo. Pokoknya porotin dulu om lo yang cakep dan kaya itu sebelum dia nikah. Kalau dia nikah, lo bakalan kehilangan semuanya!"

"Ajaran sesat!"

"Yoi, dan kita berdua tersesat di jalan yang sama, gue nggak apa-apa. Rela aja, asalkan bisa ketularan kaya!"

Keduanya tertawa bersamaan, gembira karena tidak ada lagi tekanan. Erica sering datang ke rumah saat ada waktu luang. Tinggal bersama mama tiri dan dua adiknya membuat Erica tidak terlalu nyaman. Mereka tidak seburuk Mirah, tetap saja beban bagi Erica karena dipaksa untuk bekerja demi kebutuhan keluarga yang terus menerus kurang. Berbeda dengan Niki, sahabatnya itu tidak kuliah. Selain menjadi model juga menjadi pelayan part time, sesekali ikut pameran ataupun menjadi pagar ayu untuk acara di gedung. Jadwal Erica untuk bekerja nyaris penuh untuk satu pekan terutama di hari libur. Niki salut dengan sahabatnya yang pekerja keras dan tidak suka mengeluh.

My DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang