14. Siapa peneliti?

29 1 0
                                    

Jalan yang kami tempu sangatlah panjang. Sudah kesekian kalinya kami mengeluh lelah dan memilih melipir untuk beristirahat sejenak kemudian lanjut kembali untuk berjalan selalu seperti itu hingga kami hampir sampai pada tujuan.

Kami melewati terowongan lagi namun kali ini berbeda bukan akses jalan kereta lebih seperti goa terbengkalai. Aku sedikit tak yakin akan keputusan Bhadrika untuk memilih akses ini. Mungkin di dalam sana tak ada apapun dan mungkin saja terowongan ini tak berujung. Dan mungkin saja di dalam sana terdapat gerombolan Mahiji.

Lagi dan lagi pemimpin dari Divisi X1 itu memberiku seulas tatapan keyakinan, menyuruhku agar mempercayai dirinya sebagai pemimpin dan membuktikan bahwa ia akan menemukan sesuatu petunjuk yang dicari. Dan lagi- lagi juga aku hanya mengikuti perintahnya, diam dan tidak bisa berkutik.

Aku mengitari langit-langit terowongan dengan penglihatan jernihku setelah mengedipkan beberapa kali mataku yang sedikit kabur. Waspada jika mendapatkan serangan mendadak dari atas namun sesekali melirik pada sang pemimpin. Masih penasaran pada sesosok ke-tiga lelaki dari Divisi X1.

"Sepertinya kau sudah menemukan pujaan hatimu."

Miko berbisik ketika aku ketahuan mencuri pandang pada sang pemimpin, dia memberiku tatapan menggoda membuatku hampir ingin menebas lehernya detik itu juga.

"Tidak yang seperti kau pikirkan!" Aku berjalan mendahuluinya, mengabaikan kedua telingaku panas karena ulahnya.

"Jika ucapanku tidak benar, mengapa kau tersipu seperti itu." Miko melingkarkan lengan padaku namun detik itu aku menangis memelintir lengannya ke belakang dan hampir mematahkan tulangnya.

"Baiklah... Baiklah, aku tidak akan berkata lagi." Miko meringis kesakitan, menjaga jarak denganku.

"Jika ingin saling menggoda, ini bukan waktu yang tepat yah. Karena ketiga pria ini jomblo," Pramana berkata dengan ekspresi wajah memelas.

Aku berdecak, beralih menatap sang pemimpin yang tak memberikan reaksi apapun lebih tepatnya tetap fokus memandang ke depan.

"Kita jomblo? Lo aja kali gua mah punya!" Gradapati tak terima atas apa yang dikatakan oleh Premana tentang dirinya yang berstatus jomblo, padahal satu Minggu yang lalu ia baru saja berpacaran dengan gadis impiannya.

"Siapa?" Bhadrika bertanya kali ini sang pemimpin sedikit ingin menimbrung dalam topik yang seharusnya bukan hal yang penting untuk dibahas.

"Jangan bilang Karina?" Pramana menutup mulutnya ketika Gradapati menimpalinya dengan senyuman.

"Bukankah itu dilarang?" ujar Bhadrika.

"Kita juga butuh kesenangan bos bukan hanya sibuk mengurus permalasahan negara saja. Yang penting Pimpinan tak tahu, semuanya aman."

Bhadrika menggeleng melihat kedua temannya, sempat melirik Gandes yang ternyata juga menatapnya.

"Sebenarnya apa tujuan para peneliti itu?" Gradapati memecahkan keheningan.

"Kapasitas otak peneliti itu rata-rata melebihi batas. Mereka mencoba melakukan apapun yang terlintas di kepalanya, mereka berlomba-lomba memamerkan kecerdasan melalui penelitian-penelitian aneh dan bahkan mereka bisa menciptakan sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin. Mereka adalah robot pengubah dunia." Gandes berkata dengan berjalan terus memandang lurus.

"Apakah mungkin mereka ingin menciptatakan kekebalan untuk semua manusia?" Kali ini Miko yang bertanya.

Semuanya kembali berpikir dan masih terus menyusuri terowongan.

"Penelitian itu tergantung apa yang mereka ciptakan, jika mereka menciptakan sesuatu yang mengorbankan jiwa manusia berarti dia adalah peneliti egois hanya karena ambisi dia rela membunuh jiwa sesama."

"Tapi bukan berarti semua peneliti seperti itu, ada juga dari mereka tidak tega jika manusia menjadi korban penelitiannya."

Bhadrika terus memberi penjelasan mengenai siapa dibalik sesosok peneliti.

"Lalu bagaimana dengan kasus virus Mahiji ini? Apa yang mereka akan buat?" Gandes bertanya masih sangat ingin tahu penjelasan dari sang kapten.

"Mungkin dan itu bisa saja. Mereka ingin menciptakan kekuatan pada diri manusia. Kekuatan di sini bukan berupa kekuatan pada umumnya, lebih seperti sesuatu kekuatan yang sangat mustahil dilakukan seorang manusia biasa."

"Seperti Spiderman yang mempunyai jaring?" Miko bertanya dengan polosnya.

"HAHAHAHA" Pramana dan Gradapati tentu saja tertawa melihat dan mendengar lontaran kata dari lelaki itu.

"Ehmm... Ya, bisa jadi seperti itu."  Bhadrika mengiyakan apa yang Miko ucap sebagai contoh.

Gandes hanya menggeleng, dia tahu betul kalau Miko sangat menyukai film Spiderman. Jadi jika bersangkutan dengan kekuatan pasti Miko langsung tertuju pada film favoritnya itu.

Underground Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang