Darrell tampak menggeret sebuah tangga kayu setinggi dua meter. Dia menuju belakang asrama perempuan, lalu berdiri memperhatikan beberapa jendela terbuka di sana.
"Satu, dua, mm, berarti yang itu," gumamnya, mencari kamar Cara.
Darrell pun membawa tangganya hingga sejajar beberapa meter dari kamar Cara yang sangat tinggi itu. Dia lalu memegang tangga sambil mulai terbata-bata membaca mantra.
Tring!
Tangga itu pun bertambah tinggi dan tinggi, melewati satu jendela tertutup di bawah kamar Cara, lalu berhenti tepat di bawah jendela Cara.
"Oke, kita mulai. Fhuh!"
Darrell mulai berpegangan pada tangga, lalu menaikinya perlahan, satu demi satu. Dia sama sekali tak takut ketinggian. Ini seharusnya mudah saja bagi pria itu.
Akan tetapi, di tengah tangga, sekitar sembilan meter dari tanah, tangganya mulai bergoyang, membuatnya mulai khawatir dan sedikit berpikir buruk.
"Whoa, jangan. Tenanglah, oke?"
Darrell kembali mengangkat satu kakinya untuk naik. Sekali, dua kali, beberapa kali. Dia sudah melakukan dengan perlahan, tetapi tangga itu kembali tremor.
"Tidak. Jangan. Kumohon. Tid– AAAAA!"
Bruk!
Suara itu membuat Cara yang sibuk tidur terbangun. Butuh waktu sekitar semenit untuknya benar-benar sadar, lalu terduduk dan turun dari ranjang. Dia melihat dua temannya yang tidak terganggu, lalu berjalan mendekati jendela.
Tring!
"Hei," panggil seseorang dari belakang.
"Oh, Euric?"
"Kau belum siap?"
"Apa sudah waktunya?* Cara melihat langit yang hampir jingga. "Maaf, aku baru bangun. Aku akan bersiap-siap dengan cepat. Ah, ya. Karena di sini ada mereka, lebih baik, kau pergi dulu dan kembali 10 menit lagi."
Euric melihat dua gadis yang tertidur dengan penutup mata, Amanda dan Gwen. "Baiklah."
Pria itu sedikit menggerakkan tangan di depan dada, kemudian menghilang. Cara pun segera mengambil handuk dan alat mandi. Dia keluar, menuju kamar mandi asrama.
Di sisi lain, Darrell masih berada di belakang bangunan asrama. Pria itu masih terduduk, syok, dan kesakitan sambil memegangi pinggangnya.
"Akh, sial sekali."
Belum juga berdiri, Darrell melihat ada beberapa siswi yang melihatinya dari jendela-jendela mereka. Dia pun meletakkan jari telunjuk di bibirnya, meminta agar mereka merahasiakan kejadian ini.
Pelan-pelan, dia mulai berdiri meski dengan susah payah, karena kakinya juga sakit. Dia melangkah satu demi satu jangkah.
"Hei, Darrell. Mana tangganya?" tanya Geez yang berpapasan di koridor.
"Nanti kukembalikan. Atau ambil sendiri saja di belakang asrama, huh?"
Mengabaikan Geez, Darrell tetap melangkah meski pincang, kemudian memasuki ruang kesehatan. Seorang wanita muda yang duduk di balik meja pun menghampirinya.
"Kau kenapa?" tanyanya, Thasa.
"Ah, sakit."
Thasa membantu Darrell berbaring telungkup di salah satu ranjang yang tak empuk di sana. "Pelan-pelan. Apa yang terjadi padamu?"
"Jatuh dari tangga. Bisa bantu aku?" Darrell melihat Thasa yang berdiri di sampingnya.
Thasa mulai menyentuh punggung dan pinggang Darrell, lalu beralih ke pergelangan kaki pria itu. Dia juga sedikit menekan-nekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stupid Witches
FantasyCaroline, alias Cara, sudah cukup muak dengan kehadiran Darrell Dolphin yang selalu mengganggu hari-harinya. Lantas Aiden tiba-tiba datang, mengabarkan kalau dirinya akan segera menikah, dan membuat Cara menjadi kacau. [Fantasy & Romance] [Winner of...