Chapter 14 : Destiny

24 16 3
                                    

Satu tahun telah berlalu, melewati musim dingin, musim semi, musim panas, hingga kembali musim gugur lagi. Peperangan masih berlangsung, tetapi rakyat juga tetap beraktivitas. Mereka tetap bersekolah, berjualan, dan melanjutkan hidup.

Di sebuah kedai, Amanda tampak menghampiri sebuah meja di mana Gwen, Jade, dan Peter berada..

"Hai!" sapa gadis itu sambil duduk di kursi yang tersisa. "Aku sudah melihat aulanya. Dekorasinya sangat cantik."

"Oh, ya?" tanya Gwen.

"Aula kota adalah tempat termahal untuk pesta. Pasti sayang jika tidak didekorasi dengan baik," sahut Jade sebelum meneguk sejenis fruit punch miliknya.

"Kau benar. Harga sewa aula sangat mahal tapi Darrell mendapatkannya tanpa membayar karena Euric. Dia sangat beruntung, padahal kakak iparnya kaya raya," imbuh Peter.

Jade meletakkan gelas. "Kalau begini, hanya Euric yang belum menikah."

"Dia tidak akan kesulitan mencari gadis. Perkiraanku ... dia juga akan menikah tahun ini menyusul Aiden, Cara, dan Darrell," celetuk Peter.

Gwen mengerutkan dahi. "Kalian berbicara seolah mereka berempat berteman saja."

"Mereka memang berteman."

"Ha?" Amanda melongo.

"Kalian tidak tahu?" tanya Jade.

"Cara hampir tidak pernah bercerita. Ah, bisa ceritakan pada kami?" sahut Amanda.

Peter tampak berpikir. "Seharusnya tidak masalah. Darrell tidak bilang semua ceritanya adalah rahasia."

Jade menuang minuman ke gelasnya, lalu meneguknya habis. "Baiklah, tapi kalian harus membeli satu botol lagi."

"Tidak masalah," kata Gwen.

Jade pun mulai bercerita.

"Dulu, Darrell, Cara, Euric, dan Aiden bersekolah di dekat perbatasan. Cara dan Darrell selalu meminta bantuan Aiden dan Euric untuk setiap tugas, dan karena Aiden dan Euric tidak pandai berteman, mereka hanya berteman berempat saja.

"Darrell dan Cara sempat tidak lulus dua kali secara bergantian. Setelah itu mereka lulus dan masuk ke akademi," jelas Jade.

"Lalu Euric?" tanya Amanda.

Peter memperbaiki posisi duduk. "Setelah lulus dari sekolah itu, Euric langsung mengikuti pendidikan dari istana. Dia belajar tata kelola istana, pemerintahan, logika perang, ilmu pedang dan sihir. Lalu Aiden? Dia juga belajar di istana, tapi harus merusuh dulu."

"Maksudmu?" Gwen heran.

"Aiden merusuh di mana-mana hingga Raja Oraderata memanggilnya ke istana, tapi raja itu malah terkesan dan memberinya kesempatan belajar. Dia mempertaruhkan semuanya. Itu keren," terang Peter.

"Tapi kenapa harus seperti itu?"

Jade meneguk minuman lagi. "Itulah yang tidak diceritakan Darrell. Entah kenapa Aiden bisa sangat nekat. Dia juga berkata Cara dan Aiden saling mencintai tapi tidak bisa bersatu karena sesuatu. Entahlah."

"Saling mencintai? Whoa, ternyata. Lalu, Euric? Apa tidak ada lagi cerita tentangnya?" tanya Amanda, antusias.

Jade mengingat-ingat. "Euric ... sangat mencintai Cara."

"Huh?"

][

Esok pun tiba.

Cara bercermin, menatap pantulan dirinya yang baru dia temui hari ini. Dia mengenakan gaun putih gading yang mewah menjuntai, perhiasan, dan riasan. Rambutnya yang mulai panjang juga ditata dengan cantik.

The Stupid WitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang