Chapter 8 : Prank

20 16 0
                                    

Rumor tentang Cara belum surut. Selain karena Cara tidak melakukan apa pun, Viola dan para penggosip itu terus membicarakannya. Guru tidak ada yang ikut campur. Jika tidak ada laporan, mereka tidak akan turun tangan.

"Hei, Caroline..," sapa seorang pria dengan nada menggoda.

"Aku salut kau bisa membuat seorang jenderal tertarik. Aku jadi penasaran, apa saja yang kaulakukan sampai dia luluh seperti itu. Dia bahkan datang jauh-jauh ke sini untukmu," celoteh pria lainnya.

"Kupikir kau tidak tampil di festival karena dihukum. Tapi sepertinya kau sangat menikmati hukumanmu. Di mana? Di kamar?" imbuh pria lain lagi.

Cara yang berjalan di koridor akhirnya berhenti. Dia menatap gerombolan pria yang begitu jahat membicarakannya di hadapannya.

"Dia menatap kita. Apa dia akan mengeluarkan pedangnya lagi?" bisik salah satu dari mereka dengan nada jenaka.

Ting!

Ting!

Lonceng masuk berbunyi. Cara memilih untuk pergi meninggalkan para pria mulut lancip itu. Para pria itu tadinya tertawa, tetapi mendadak diam karena Darrell datang.

Darrell yang dari tadi melihat dari jauh, langsung mencengkeram kerah pria yang berbicara tentang kamar. "Aku akan menghabisimu jika aku melihat kejadian ini lagi!"

Darrell tentu hanya menggertak. Bertengkar atau bertarung sama saja mencari hukuman. Dia segera menuju kelas, tapi sayang guru jam pertama sudah datang dan kelas sudah dimulai.

"Kau terlambat?" tanya guru laki-laki yang berdiri di tengah kelas sambil membuka buku.

Darrell yang berdiri di dekat pintu hanya menunduk. "Maafkan aku. Ada yang menghalangi jalanku tadi."

"Keluar. Kau tidak akan mengikuti kelasku hari ini."

][

Sekolah sedang istirahat, Gwen dan Amanda disuruh oleh guru, dan Cara berjalan-jalan seorang diri. Persetan dengan gunjingan tak ada henti itu. Dia sendiri ingin tampak oke, agar orang-orang tidak berpikir dia terpuruk.

"Cara!" Darrell sedikit berlari menghampiri gadis itu.

Cara hanya menoleh.

"Bisa kau katakan kau sebenarnya baik-baik saja atau tidak?" tanyanya.

"Hng?"

Darrell mengatur napas sambil berpikir, berusaha mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskan apa yang dia maksudkan.

"Jangan pedulikan rumor itu. Kalau ada yang menghinamu, pukul saja," ujar pria itu pada akhirnya.

"Rumornya memang benar. Mau bagaimana lagi?" sahut Cara sedikit sinis.

"Ck, jangan putus asa seperti itu!"

"Siapa yang putus asa?! Aku hanya menerima kenyataan! Aku ingin ...."

Darrell menunggu. "Apa?"

"Es krim."

"Apa?"

"Aku ingin es krim!"

"Tapi penjual es krim hanya ada di luar gerbang! Lagi pula udaranya mulai dingin!"

"Memang kenapa?! Apa salahnya jika aku ingin es krim di saat yang dingin, ha?!"

Darrell berdecih dengan raut yang setengah marah. "Baiklah! Tunggu di sini!"

Pria itu langsung berjalan ke arah gerbang dengan langkah yang sedikit dihentak-hentakkan. Cara hanya bisa tertawa kecil melihatnya, kemudian pergi dari sana.

The Stupid WitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang