Halaman 10 : pills

501 31 0
                                    

Gland melepas earphonenya kala merasa ada seseprang yang menepuk bahunya, Ia lantas menoleh ke belakang, ternyata orang yang barusan menepuk pundaknya adalah Erlangga.

"Eh? Kok bisa disini Er?" tanya Gland.

Gland sedang mengerjakan tugasnya di Cafe, gadis tinggi itu selalu sibuk dengan earphone juga laptopnya, bahkan kopi di dekatnya belum Ia sentuh.

"Nongkrong," balasnya.

"Kak, gue boleh duduk di sini nggak?" tanya Erlangga sembari menunjuk kursi yang terletak berhadapn dengan Gland.

"Boleh aja," balas Gland, Ia berfikir kalau Erlangga hanya ingin numpang duduk sebentar, jadi tak ada salahnya memperbolehkan dia duduk di depannya.

"Sibuk ya?" tanya Erlangga.

"Banget, Er! Gue mending tugas banyak dari pak Ares daripada satu tugas dari dosen galak itu," balas Gland, Ia masih ingat betul guru matematikanya yang kalau memberi tugas sangat amat banyak itu.

"Derio sakit," celetuknya.

"Yang bener lo?!"

"Iya, dia ngga mau bilang sama lo kak, takutnya lo khawatir terus lupa sama tugas-tugas lo, dia suruh gue buat nggak ngasih tau lo, tapi karena kita udah ketemu jadi baiknya gue omongin deh," balas Erlangga, tanggapan yang diberikan dari Gland tak terduga. Ia menutup Laptopnya setelah beberapa detik mengutak-atik.

Memasukkannya ke dalam tote bag hitam miliknya.

"Mau kemana kak?" tanya Erlangga.

"Jenguk Derio," balas Gland setelahnya pamit dari hadapan Derio, dapat Erlangga lihat kalau gadis yang pernah dirinya sukai itu tengah membayar di kasir, dengan sedikit berlari Ia keluar dari Cafe.

"Beruntung lo der... Duplikat kak Gland ada berapa ya? Gue mau dong satu," gumamnya, lalu kembali ke tongkromgan yang Ia sempat tinggalkan.

Gland sudah sampai di kediaman Derio, rumah yang Ia rindukan, Ia mengetuk pintu tiga kali, terlihat wanita yang ia kenal betul membukakan pintu.

"Tante, Derio sakit ya?" tanya Gland, Riska mengangguk lesu, dan mempersilahkan Gland masuk.

"Udah dua hari ngga sembuh-sembuh, Gland..." ujarnya, Gland semakin khawatir, Ia diajak ke kamar Derio, pintunya terbuka, di dalam kamar ada Pasha yang tengah menemani Derio yang terlelap.

Kini bocah yang suka memakai celana tayo itu sudah masuk SMA, satu sekolah dengan Derio.

"Eh, halo kak," kejut Pasha setelah Gland masuk ke kamar Derio, Gland hanya mengangguk Ia menatap Derio dengan pandangan sayu, di belakang Gland ada Riska.

"Tante tinggal ya?" bisik Riska, Gland mengangguk. Melihat Derio yang terkulai lemas dengan kompres menempel didahinya membuat Gland merasakan sesak di dadanya, Ia tak kuat kalau harus melihat orang kesayangannya sakit.

"Udah dibawa ke rumah sakit, Dek?" tanya Gland ke Pasha.

"Udah kak, udah dikasih obat juga sama dokternya, tapi Bang Derio emang susah minum obatnya, harus gue bujuk dulu baru mau," ujar Pasha, Gland menatap Derio yang sedang tertidur di ranjangnya.

"Apa gara-gara gue ya Sha? Dia jadi sakit,"

"Kok bisa berambisi begitu?" tanya Pasha, Ia fikir sahabatnya itu sakit karena kebanyakan minum es.

"Gue jarang ngabarin karena skripsian mulu,"

"Bisa jadi, tapi kalo iya nggak sepenuhnya karna itu, dia makan eskrim mulu, katanya ada anak cewe ngasih eskrim mulu ke dia," raut wajah Gland berubah marah, Pasha meneguk ludahnya.

"Kok nggak lo bilangin? Derio kan anaknya nggak enakan, dia makan apapun yang dikasih orang, biar yang ngasih enggak sakit hati."

"Sekolah kita kan gede kak, gue nggak kenal sama cewe itu, sorry ya.." katanya.

"Yaudah, ngga papa, tapi kalo itu orang kasih eskrim ke Derio lagi lo cegah ya, dan bilang kalo Derio udah punya cewe," katanya, Pasha mengangguk.

"Nhh" lenguhan terdengar dengan meregangkan tubuhnya, tangannya terangkat ke atas, Ia mendudukkan dirinya, berkali kali mengucek mata, namun dicegah oleh Gland.

"Apasih, Pas- Kak Gland?!" kejutnya, Gland tersenyum manis menanggapi keterkejutan Derio, lelaki itu tadi mengira kalau yang menegang tangannya Pasha, ternyata Gland.

"Jangan dikucek, nanti merah." ujarnya, Pasha jadi nyamuk nih.

"K-kamu kok disini?" tanya Derio, Gland yang tadinya dduduk di kursi belajar Derio kini beralih duduk di tepi ranjang.

"Ngga boleh ya?" tanya Gland, Derio menggeleng ribut.

"Enggak gitu, kamu kok bisa tau aku sakit?" tanya Derio, Gland menatap Derio dalam dengan senyumannya untuk beberapa detik sebelum menjawab pertanyaan simanis barusan.

"Tadinya aku kesini cuma mau main, eh ternyata kamu sakit," ujarnya bohong, Ia tak mau nanti Derio salahkan Erlangga karenanya.

"Oohh, aku udah sembuh kok,"

"Sembuh apanya, minum obat aja harus dipaksa," celetuk Pasha, bocah tinggi itu dilempari tatapan marah oleh Derio, dan membalasnya dengan juluran lidah mengejek.

"Ada yang suka sama kamu?" tanya Gland, Derio mengangguk.

"Dikasih es mulu?" tanya Gland, Derio mengangguk untuk kedua kalinya, Gland menyibakkan poni Derio, Pasha menatap jengkel pasangan itu, di juga mau digituin Cindy! Dia pun keluar setelah pamit.

"Sekali-kali berani nolak ya? Akibatnya kan jadi begini, kamu jadi sakit," katanya, Derio mengangguk patuh.

Jidat Derio dibasahi keringat, padahak cuaca tak terlalu panas, ini karena dia demam, beberapa helai poninya basah, Gland gemas dengan hidung Derio yang sedikit merah.

"Aku minta maaf.." lirih Gland.

"Eh? Kenapa minta maaf??" tanya Derio.

"Maaf aku ngga bales chat kamu, maaf aku ngga angkat telfon kamu, maaf aku cuekin kamu mulu, aku bener-bneer minta maaf, Babe." Gland berucap dengan raut sedih, Derio justru tersenyum lebar.

"Nggak papa kak! Aku sabar nunggu kok, kata mama kalo sibuk berarti sukses." katanya, Gland mengecup pipi kiri Derio, pipinya terasa panas.

"Udah minum obat belum?" tanya cewek itu.

"B-belum," balasnya terbata, sedetik kemudian mengalihkan pandangannya dari Gland.

"Kalo salting kok lucu banget ya?" celetuk Gland.

"Obat kamu dimana?" tanta Gland, Derio menunjuk nakas di dekat ranjangnya, Gland mengambilnya dan membukanya satu persatu, sesua peraturan yang tertera pada bungkus, kemudian izin keluar mengambil air putih, botol besar di kamar Derio sudah kosong, Ia mengisinya kembali.

Setelah selesai Ia kembali dan memberikan arahan untuk Gland meminum obat agar tak terasa pait.

"Obat pilnya ditaruh di tengah lidah, terus didorong pakai air minum kamu, kalo perlu ngedongak," tuturnya, Derio mengangguk dan mulai menjalankan perintah Gland.

Akhirnya obat pertama masuk tanpa halangan, Ia tersenyum saat berhasil.

"Nah, pinterr!" Gland mengecup pipi kanan Derio setelah semua obat sudah habis, Ia pun menemani Derio hingga jam tujuh malam, Ia izin pulang karena Ia harus menyelesaikan skripsi nya.

#end

Lumutan dahhh😔

Derio Is Adorable | GXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang