halaman 11 : makin parah

342 23 12
                                    

5 hari berikutnya..

Gland baru saja mendapatkan telfon dari Pasha yang menggunakan nomor Derio, Pasha bilang kalau kondisi Derio semakin memburuk.

Gland yang tadinya sedang fokus mengejar deadline kini berubah khawatir, Ia berdoa supaya Derio bisa sembuh secepatnya. Dengan cepat Ia menyelesaikan tugas laporan dan disimpannya.

Revisi? Nanti saja, sekarang Derio yang terpenting, Ia menyalakan motor scoopy miliknya, dan memakai helm, setelahnya melaju dengan kecepatan tak santai.

Vera yang sedang bersantai di teras menatap kepergian Gland dengan tatapan keheranan.

***
"Tante mau bawa ke rumah sakit, kamu ikut?" tanya Riska setelah Gland mencium punggung tangannya, Gland mengangguk mantap, Ia menyeka sedikit air matanya yang hampir keluar. Riska memeluk Gland. Lalu mengelus punggung Gland lembut.

"Kita doain bareng-bareng supaya Derio baik-baik aja ya?" ujar Riska, kemudian mereka berangkat dengan mobil Riska. Gland meninggalkan motornya di rumah Derio. Ia ikut mobil.

Ada Pasha juga yang tengah terdiam, Ia terus memegangi tangan kiri Derio, sementara tangan kanan Derio tengah dielus oleh sang pacar. Derio mampu duduk, tapi Ia terlihat sangat lemas.

"Kalian kenapa sedih? Senyum dong.." ujar Derio tiba-tiba, Ia mencoba menenangkan orang-orang yangada dimobil itu, Riska tersenyum simpul sembari menengok ke belakang. Pasha justru menunduk. Ia menggigit bibirnya kuat, menahan tangis tentunya.

Sementara Gland memegang erat tangan Derio dan mencium punggung tangan yang digenggamnya berkali-kali.

"Harus janji ke aku, kamu harus sembuh." ujar Gland, bibir Derio yang tadi lurus kini terangkat menyungging senyuman.

"Aku nggak yakin," balasnya, detak jantung ketiga orang tersayang Derio berdegup kencang. Wajah Pasha memerah, Ia terlihat kesal dengan ucapan Derio barusan.

"Nggak seharusnya lo ngomong gitu bang! Lo harus sembuh." ujar Pasha. Air matanya menetes, Derio menghela nafas.

"Kalau aku udah nggak ada-"

"Nanti mau dibeliin apa kalau udah sampe disana? Martabak? Atau risol mayo kesukaan kamu? Nanti aku beliin semuanya deh, asal kamu bisa semangat buat sembuh." potong Gland cepat.

"Kalau kamu sembuh, mama beliin skateboard impian kamu yang baru," imbuh Riska menyemangati Derio.

"Nanti kalau lo sembuh, gue ngga akan makan mie instan lagi," timpal Pasha.

Sebenarnya Derio ini sakit serius. Memang awalnya hanya demam biasa, tapi setelah kemarin memanggil dokter ke rumah ternyata Derio memiliki penyakit serius.

Mereka pasti takut kehilangan, disaat orang-orang disekitar Derio takut akan kehilangan sosoknya dirinya malah pasrah dan terus tersenyum daritadi. Ia tak mau membuat orang-orang yang disayanginya sedih.

***
Mereka memasuki ruangan Derio, ketiga orang itu berusaha sekuat tenaga untuk tetap senyum meski hati mereka menangis sangat kencang.

"Permisi," suara berat barusan membuat mereka menengok ke arah pintu masuk, ternyata itu Erlangga. Ia membawa kantong belanjaan.

"Eh, Angga!" ujar Riska, Erlangga lalu mencium tangan Riska. Dulunya Riska tak suka kepada Erlangga karena terlihat urakan, tapi ternyata Erlangga lah yang menghibur Derio kalau anaknya sedang sedih.

"Der, gue bawa sesuatu yang lo pengen-pengen indari kapan lalu," ujar Erlangga setelah beberapa detik bertatapan dengan Derio.

"Miniatur skateboard ya??" tebak Derio tepat sasaran. Erlangga mengambil satu kotak kecil yang berada di kantung plastik satunya.

Lalu mengeluarkan miniatur skateboard yang diidam-idamkan Derio.

"Uwaaah! Keren banget, thanks ya Angga! Tapi maaf aku nggak bisa ngasih feedback. Karena bentar lagi aku mau pulang.." Derio berujar dengan nada sedih. Mereka yang tau arti 'pulang' itu hanya dapat diam. Gland mendekat dan duduk di kursi yang terletak didekat Erlangga.

"Bener, kamu pasti bentar lagi sembuh terus pulang ke rumah dan main lagi sama Aku, sama Pasha, sama Erlangga, dan main skate bareng lagi!" nadanya memang bersemangat tapi lubuk hati Gland sangat amat terusik. Ia ingin menangis kalau melihat Derio yang terus tersenyum.

"Bukan ke rumah.." lirihnya.

"Sst.. Sekarang kamu tiduran ya? Mau dipotongin buah nggak?" ujar Gland. Pasha sudah memalingkan badan sedari tadi, Ia tak kuasa menahan tangisnya, sementara Erlangga ikut diam. Tentu saja Erlangga sedih.

"Bro! Semangat ya, gue yakin lo bakal cepet sembuh! Dan bisa main bareng gue lagi." ujar Erlangga. Riska mendekat dan mengelus surai Derio.

"Anak Mama pasti bisa!"

#end

Derio Is Adorable | GXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang