Pada hari Sabtu malam. Kalian bertiga berangkat ke taman kota lebih awal, berharap mendapat tempat di dekat panggung. Harapan kalian langsung pupus, begitu melihat banyak orang sudah menempati tempat paling depan.
Anya yang paling kecewa, karena dia gagal mendapatkan view terbaik untuk menonton penampilan Lunar Mirage— lebih tepatnya kesal karena ia gagal satu langkah lebih dekat tuk memandang ketampanan Nikolai.
Barangkali sang drummer melempar stick drumnya ke arah penonton, Anya akan mendapatkan kesempatan tertinggi untuk mendapat stick drum yang dilempar Nikolai— karena sang drummer suka melempar salah satu stick drumnya setelah manggung. Kamu curiga itu ritual Nikolai untuk buang sial, meski kenyataannya tidak demikian.
"Harusnya kita datang subuh, sih," candamu, sementara Anya cemberut. Perempuan itu langsung kehilangan mood-nya untuk menonton konser musisi favoritnya. Yah, mau bagaimana lagi? Lagipula, ini salahnya sendiri karena dandan terlalu lama, hingga kamu dan Arthur terselimuti debu dan jaring laba-laba karena menunggu Anya selesai berdandan.
“Tidak apa–apa. Kamu masih punya kesempatan untuk memandang dan mengagumi paras rupawan Nikolai di kampus, ‘kan?” ucapmu, mencoba menyemangati sambil menepuk-nepuk punggung Anya. Meski dalam hati, kamu ingin berkata, "Mampus," sambil tertawa terbahak-bahak.
Arthur bersedekap dada sambil terkekeh kecil, “Kamu masih punya kesempatan kok, untuk mengajak Nikolai berkencan, meski kemungkinan diterima hanya sebesar nol koma sembilan persen.” ejekan dari Arthur membuat Anya mengepalkan tangannya—mengisyaratkan bahwa ia siap untuk memukul wajah Arthur saat itu juga.
Untungnya, Anya masih bisa mengendalikan amarahnya. Jika tidak, Arthur mungkin sudah terbaring di rumah sakit. Anya menggelengkan kepalanya kuat-kuat, tidak ingin dianggap gadis beringas karena menghajar Arthur hanya karena masalah sepele. Meski Anya sendiri tidak memiliki niat untuk menghajar Arthur sampai lelaki itu masuk rumah sakit, hanya karena komentar realistis yang dilayangkannya. Ya… mungkin hanya ‘belum’. Kan masih ada hari esok.
Setelah satu jam menunggu, akhirnya konser dimulai. Asap memeluk panggung, dan sorot lampu panggung memancar memperlihatkan anggota band. Di antara kalian bertiga, Anya tampak paling histeris. Perempuan itu bahkan sampai mengguncang bahu mu, terpesona melihat sosok idolanya muncul di atas panggung.
"Nikolai mewarnai rambutnya?! Ia terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dengan rambut merahnya!" serunya sambil memandang sosok sang drummer.
Matamu menangkap bayangan violinist bernama panggung Axial, atau Dominik dalam kehidupan sehari-hari. Dia, kakak tingkat mu dari jurusan seni musik, sedangkan dirimu mengejar ilmu di bidang Humaniora. Dominik pernah membantumu saat kamu tengah kebingungan mencari gedung fakultas Humaniora.
Dalam diam, kau merasa berhutang budi pada Dominik dan sebenarnya ingin menjalin persahabatan dengannya, meski hubungan kalian belum pernah mencapai tahap bertegur sapa secara langsung. Dominik selalu dikelilingi oleh para penggemar, terutama wanita, membuat interaksi langsung sulit terwujud.
Mereka mulai menyanyikan lagu ciptaan mereka berjudul Astral Lullaby. Anya–lah sosok yang paling antusias diantara kalian bertiga. Ia menyanyi sambil meresapi setiap bait lagu bersama penggemar lainnya— sampai ia menitikkan air matanya. Kamu pun turut menyanyikan bagian chorus, bersama para penonton.
"Silent слёзы in the pouring rain,
Heartaches мелодия, a relentless refrain.
Lost in a мир where echoes fade,
Searching for утешение in the serenade."Terlalu tenggelam dalam gelegar konser, kau tak menyadari kehadiran Kolya yang bersusah payah menembus kerumunan demi mencari keberadaan mu.
"[Nama]! Di mana kamu?!" serunya, acuh terhadap protes dari orang-orang yang didorongnya.
Mata biru muda Arthur menangkap sosok sang alfa yang panik mencari kamu. Seringai lebar terlukis di bibirnya. Ia dengan sabar menanti Kolya menyadari keberadaan kalian berdua.
Arthur lembut menggenggam tangan kananmu, "[Nama], ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu."
Kamu terkesiap saat Arthur tiba-tiba meraih tanganmu. "Iya? Apa yang ingin kamu katakan?”
Arthur langsung mendekatkan wajahnya, “Kamu cantik sekali hari ini. Ah, tidak, kau selalu cantik setiap hari.” lelaki itu mencium pipimu dengan lembut, “Aku menyukaimu, [Nama], aku ingin hubungan kita lebih dari sekedar teman, bolehkah?”
“Arthur…”
Kolya diam seribu bahasa saat melihat Arthur mengambil kesempatan di tengah keramaian konser. Lelaki itu mencium pipi kananmu dengan lembut, lalu membisikkan kata-kata sayang yang membuat detak jantungmu berdegup tak teratur.
“Kurang ajar!”
Kolya menggenggam tangan erat, buku–buku jarinya memutih. Keinginannya untuk menghajar lelaki berkebangsaan Inggris itu nyaris tak terbendung. Untungnya, Kolya memilih untuk tetap waras, tak ingin menciptakan kericuhan di tengah hiruk pikuk konser.
Ia melenggang pergi, meninggalkan kalian bertiga menikmati penampilan band Lunar Mirage.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Man「Character AI」
RomanceYandere Alpha OC! X Naive Reader Sistem Hierarki tak akan pernah lepas dari stigma masyarakat. Alpha selalu menduduki puncak hierarki, disusul oleh Beta yang berperan sebagai pengikut yang netral, sementara Omega dianggap sebagai kelompok yang pali...