Bab 44

8K 232 7
                                    

Makasih atas dukungannya!
Alhamdulillah cerita ku rame💐!
So vote, komen, and share.

Happy Reading! 💐



Mahen mendudukkan bokongnya di sofa, dengan beberapa kantong makanan yang baru dirinya beli dengan kanya tadi.

"Jadi gimana? Kamu tetep mau pergi ke Amerika untuk berobat honey? " ucap mahen pada kanya, dengan mengusap pucuk kepalanya dengan lembut.

Sedangkan kanya hanya menggeleng pelan, sambil menaruh kepalanya di ceruk leher mahen. "Gak tau devan! Aku gak mau kalo pergi jauh dari kamu. " ucapnya dengan nada sedih.

"Hmm itu terserah kepadamu honey, aku gak maksa kok. " ucapnya lembut, terdengar banyak kasih sayang yang mahen curahkan, saat dirinya berbicara dengan kanya.

"Eh ternyata ada ma— eh devan. " ucap momy dina, dengan kania di pangkuan nya, mahen hanya tersenyum manis ke arah wanita itu.

"Da-dy!" Ucap kania memberontak ingin turun dari gendongan neneknya itu, dan langsung berhamburan memeluk mahen.

"Momy, angan deket-deket ama da-dy nia!" ucap kania, yang terlihat lucu dimata semua orang yang berada di sana itu.

"Wlee ini juga dady momy!" ucap kanya tak mau kalah, semakin erat memeluk mahen.

"Udah- udah! Mending sekarang kita makan dulu ya, momy udah masak banyak." ucap momy dina, kemudian pergi berlalu dari ruangan itu.

Di susul oleh mahen, kanya, dan kania yang berada di pangkuan mahen. Mereka nampak bahagia, terlihat seperti keluarga cemara. Sehingga tak sadar, jika ada seorang yang tersakiti.

'Semoga selamanya kita tetap begini devan, aku gak mau kamu di rebut siapapun! Apalagi perempuan di masa lalu itu! Cepat atau lambat kita harus bersatu, dan hidup bahagia selamanya'  batin kanya.




                                        💐


"Lo semua apain adik gue sampai nangis gitu hah?!" teriak husein pada anggota Atlas yang tadi mengawal humaira.

"Bu-bukan kita boss! Su-suerr deh!" ucap zay, dengan  mengacungkan tangannya membentuk huruf y.

Kini ia sangat ketakutan keringat dingin sudah bercucuran di tubuhnya,
tinggal menghitung detik bisa di pastikan darahnya pun akan bercucuran seperti keringat nya itu.

"Tapi, tadi humaira ngikutin motor orang cowok sama cewek boss. Ehh, tiba-tiba dia nangis kejer deh. " ucap juki, yang takut setengah mati itu, Tak berani menatap lawan bicaranya.


Husein tak menjawab, ia hanya diam sambil terus menenangkan humaira yang sedari tadi menangis. Ia bingung harus berbuat apa sekarang, selain hanya bisa berkata sabar, dan menenangkan adiknya itu.

"Ara hey jangan nangis lagi, kenapa hmm siapa yang bikin kamu nangis? Biar abang balas dus kali lipat." ucap husein dengan lembut, sambil mengelus pucuk kepala humaira.

Humaira menggeleng, jika dirinya memberitahu bahwa dia menangis karena mahen. Mungkin husein akan menghajar suaminya itu tanpa ampun, tapi jika tidak di beri tahu suaminya ini sudah keterlaluan.

"Hikss.. Hikss.. Bang husein ara pengen pulang aja! Tapi, tolong beliin pizza bumbu  Karedok ya! " ucap humaira dengan lesu, matanya terlihat sembab karena menangis dari tadi.

husein meringis, lalu tersenyum terpaksa sungguh Herman permintaan humaira dan sangat di luar nurul, "iya abang beliin, tapi sekarang ara berhenti nangis kita pulang okey? " ucap husein yang di sngguki humaira.

Kemudian mereka pun pulang menggunakan motor husein, karena ia tak tega melihat adiknya yang sangat ia sayangi itu.

                                        💐

Kini humaira sudah berada di rumahnya, tepatnya di kamar atas miliknya. Dengan di temani pizza bumbu rujak pesanannya yang di beli boleh husein.

Humaira memandang ke arah luar jendela, menatap langit yang hitam dengan hujan deras turun membasahi bumi, seolah ikut sedih dengan perasaan humaira.

"Humaira tahu kak mahen nikah sama humaira karena tanggung Jawab. Tapi ini sakit ya allah, humaira udah cinta sama kak mahen. Apakah humaira tak pantas di cintai untuk yang kedua kalinya?" ucap humaira, yang tak bisa membendung lagi air matanya yang berlomba-lomba ingin turun.

"Hmm tapi gak papa, in syaa allah humaira ikhlas ya allah" ucap humaira, dengan menghabiskan satu potong pizza terakhirnya.

lalu ia pun bergegas ke kamar mandi, untuk menyikat gigi dan hudzu setelah itu baru dirinya akan tidur, Karena jam sudah menunjukkan pukul 11: 53.

Sementara di mansion keluarga kania, kini mahen duduk terdiam di sofa sambil memperhatikan ke arah kania yang sudah tertidur lelap.

Ntah kenapa sekarang pikirannya di penuhi oleh wanita yang akhir-akhir ini bersamanya, yaitu humaira.

"Kamu kenapa by? " ucap kanya pada mahen.

"Emm gak kok, cuma kepikiran sesuatu aja" ucap mahen santai, dengan memejamkan matanya yang mulai terasa berat.

"Hmm yaudah mendingan kamu tidur aja, sekarang udah malam kalo kamu pulang kerumah dan di luar pun hujannya deres banget, aku takut kamu sakit" ucap kanya.

mahen hanya mengangguk mengerti, benar juga apa kata kanya. Jika dirinya pulang takut sakit karena hujan, tapi kasian juga humaira. Seharian ini mahen tidak memberi kabar apa pun pada istrinya itu.

"Yaudah kamu tidur duluan aja, aku tidur di sofa." ucap mahen, yang di angguki kanya.

Setelah memastikan kanya tertidur, mahen pun mengambil benda pipih yang berada di kantong celananya dan mulai menyalakan benda itu.

Tut!!

Tutt!!

"Maaf nomer yang Anda tuju tidak dapat di hubungi cobalah beberapa saat lagi"

"Maaf sayang " gumamnya.

Mahen menghela nafasnya, kemudian memejamkan matanya yang mulai masuk ke alam mimpi.





So vote and share.

Spam next yuk!! 🙃

Sorry jarang up! 🌷

Aku ganti lagi judulnya ke yang dulu ya!!
Yaitu: bayi sangat Ketua geng motor 🙃🌷

"Bayi Sang Ketua Geng Motor" [End+ Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang