Humaira terdiam dengan menatap pria yang berada di depannya itu, ia masih tidak menyangka jika pria itu masih hidup dan nampak sangat sehat. Tapi ia juga bersyukur karena dengan begini humaira tidak akan di tuduh sebagai pembunuh lagi.Walaupun ia sempat tidak percaya bahwa ternyata devan masih hidup, dan koma selama dua tahun jadi devan baru bisa muncul di hadapan humaira.
"Jadi, selama ini kamu tinggal sama kakek kamu kak devan? Jadi, kanya hamil sama siapa kalo bukan sama kamu?" ucap humaira, pada devan yang tengah menyeruput tehnya itu.
Devan menghela nafasnya, ia tersenyum ke arah humaira dan mengelus kepalanya yang terhalang hijab.
"Maaf kalo berita ini menyakiti hati kamu, kanya hamil sama kakak kamu humaira. " ucap devan, ia menjelaskan bahwa kanya hamil dengan husein saat mereka pergi ke club waktu itu, namun husein menjebak devan seolah dirinya lah yang menghamili kanya.
"Hah? Jadi, Kania itu anak kak husein, astagfirullah aku gak nyangka." ucap humaira, jujur ia kecewa sekali dengan kelakuan kakak nya yang tidak bertanggung jawab itu.
"Maaf,atas kelakuan bang husein, Kakak gak sakit hati liat aku udah nikah dan hamil anak adik kamu?" ucap humaira, devan hanya menggeleng dan menatap nya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ini takdir humaira, saya gak bisa memaksakan keinginan saya, dan juga saya senang kamu menikah dengan orang yang tepat. " ucap devan.
"Tepat? Aku rasa enggak, pernikahan kita di ujung tanduk kak, karena mereka fikir aku yang bunuh kamu, dan sekarang mahen benci aku serta bayi ini. " ucap humaira, mengelus sayang perutnyaitu selama ini sudah berusa semaksimal mungkin, untuk mempertahankan rumah tangga nya itu.
"Kenapa gak bilang dari tadi? Ayok kita temui dia, dan jelaskan semuanya. " ucap devan beranjak dari duduknya itu namun humaira malah menahan dirinya.
"Udah kak, ini udah terjadi. Mungkin ini memang yang terbaik untuk kita." ucap humaira, devan tak habis fikir mengapa mahen menyiakan perempuan sebaik humaira.
"Kehamilan kamu udah berapa bulan?" ucap devan, dengan mengelus perut humaira.
"Udah tujuh bulan dua minggu, bentar lagi aku lahiran. Tapi aku takut bayi ini gak ngerasain kasih sayang seorang ayah. " ucap humaira, ia hanya ingin anaknya merasakan kasih sayang ayahnya, dan diakui olehnya.
"Kamu jangan takut, saya akan selalu ada untuk kamu. Dan saya siap jadi ayah untuk bayi kamu. " ucap devan dengan tulus, sambil mengelus tangan humaira.
"Maaf kak, ini udah sore humaira pulang dulu nanti kita ngobrol lagi. " ucap humaira pamit pergi.
"Biar, asisten pribadi saya anterin kamu. Adi kemari antarkan humaira pulang." ucap devan yang diangguki oleh asistennya itu.
"Andai kamu tau ra, sakit banget hati ini lihat kamu sama orang lain. Munafik kalo aku gak cinta lagi sama kamu." monolog devan, menatap kepergian humaira dari hatinya yang paling dalam ia masih sangat mencintai humaira.
"" 🌹""
Sementara di sekolah, mahen memijat pelipisnya yang terasa sakit itu karena sedari tadi kanya terus menempelinya seperti parasit, sehingga anggota tiger yang lain pun merasa risih.
"Hen, lo gak niat buang tuh parasit?" ucap Bima di sertai tawa, kanya yang merasa ucapan itu tertuju untuk nya langsung cemberut.
"Sirik banget lo curut, makanya cari pasangan dong. " ucap kanya dengan manja pada mahen.
"Gue lebih suka lo sama humaira." ucap Raka yang mendapat tatapan tajam dari kanya.
"No, no, mahen cuma milik kanya seorang, iya kan baby?" ucap kanya, membuat semua laki-laki yang berada di meja kantin itu berdecak sebal.
"Mending lo pergi deh, dasar parasit dandanan kek tante-tante, najis Hen lo gak mau muntah deket dia?" ucap Nanda, membuat kanya kesal, begitupun mahen ia langsung mendorong kanya agar menjauh darinya.
"Jangan, lumayan buat taruhan balapan kita." ucap Bima.
"Mahen gue mau pulang, anterin. " ucap kanya, tanpa basa basi mahen langsung saja menarik tangan kanya pergi dari tempat itu.
"Kasihan si bos, cobaan hidup nya berat banget, dia terlalu ingin balas budi sama kakaknya." ucap Raka.
"Itu takdir, dan karena ulahnya sendiri." ucap Gilang menatap kepergian kedua makhluk berbeda kelamin itu.
"" 🌹""
Setelah sampai di rumah ummanya humaira langsung saja mendudukkan tubuhnya di sofa, dan menyalakan TV setelah itu datang umma tergesa-gesa duduk di sebelah humaira.
"Humaira, tadi saat umma pulang dari pasar umma lihat mahen pulang bareng perempuan, tapi bukan kamu. " ucap umma hafsoh, humaira pun melirik ke arah ummanya itu dan mematikan tvnya.
"Umma, maaf humaira baru kasih tau, sebenarnya humaira dan kak mahen lagi gak baik-baik aja, dan mungkin kita akan bercerai." ucap humaira, membuat umma hafsoh terkejut, sementara humaira hanya tersenyum simpul.
Umma hafsoh memegang tangan humaira dan menggenggamnya, lalu tersenyum lembut ke arahnya.
"Sayang yang sabar ya, umma tau ini gak mudah buat kamu, tapi kamu harus kuat demi bayi kamu. Umma akan selalu ada buat kamu." ucap umma hafsoh.
"Aww, umma perut humaira sakit, baby nya nendang tapi kayak mau keluar gitu. " ucap humaira, menahan rasa sakit yang di alaminya.
"Ayuk umma antar ke kamar ya sayang. " ucap umma hafsoh, membantu humaira masuk kedalam kamarnya.
Sementara di rumah mahen ia berbaring di kasurnya seorang diri, biasanya jika tidur akan ada humaira yang menemani dirinya, namun sekarang ia hanya seorang diri.
"Apa gue terlalu jahat sama humaira? Tapi, dia yang bunuh bang devan, jujur gue cinta banget sama humaira." ucap mahen, terbayang wajah humaira ketika tersenyum tanpa terasa cairan bening pun turun dari pelupuk matanya, mahen menangis sejadinya meluapkan rasa sesak yang selama ini dirinya pendam.
"Gue gak bisa hidup tanpa humaira, apalagi sebentar lagi anak gue lahir, Tuhan kenapa engkau memberikan cobaan yang sangat berat sama gue, andai gue bisa perbaiki ini semua. " ucap mahen di sela tangisannya, matanya tertutup saat kantuk menghampiri nya kemudian laki-laki itu pun tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Bayi Sang Ketua Geng Motor" [End+ Tahap Revisi]
Short StoryNikah sama kakel? Ketua geng motor? Nakal? "Aku hamil anak kamu." ucap nya dengan sedikit terisak. "Terus?" ucap mahen dingin. "......." "Gugurin, Gue gak sudi nerima bayi yang ada di rahim lo itu!!" Ucap mahen dengan tegas dan dingin. Bagaimana...