Bab 14

13.2K 365 0
                                    


Happy Reading cuyy..

Di sebuah ruangan bernuansa putih dengan bau obat- obatan yang tercium,  nampak terlihat seorang gadis cantik Yang sedang tertidur pulas di brankar rumah sakit. Dengan infusan yang menempel pada punggung telapak tangan nya lentiknya, Ia sudah tertidur selama dua jam karena meminum obat penenang.

Dan terdapat seorang wanita yang sudah cukup tua berada di dekatnya Sambil tersenyum simpul dengan menatap gadis itu. Perlahan tapi pasti mata gadis itu terbuka Menampilkan manik hazel nya yang indah.

Gadis itu pun beranjak dari tidurnya menjadi duduk. Ia menatap perempuan yang tak lain adalah ibunya dengan mata yang sudah berkaca- kaca, Lalu berhamburan memeluk ibunya.

"Momy, Kanya takut Dimana devan?" ucap gadis itu seraya merenggangkan pelukan nya Ibunya tak menjawab ia hanya diam dan menangis melihat putri kesayanganya ini.

Sedetik kemudian gadis itu menampilkan raut wajah marah pada ibunya itu, dan sedikit mendorong nya agar menjauh dari dirinya. Ia mengacak rambutnya frustasi, sambil melemparkan beberapa barang yang berada di dekat nya.

"Momy dimana devan jawab!!" Bentak nya  Ia beranjak dari brankar dan berjalan abstrak tak beraturan, dengan kuku  yang ia gigit Ia pun memegang kepalanya yang berdenyut sakit lalu terduduk di lantai akibat kejadian masa lalunya.

"Ahh devan?!!" teriak gadis itu frustasi Sementara ibu gadis itu hanya diam di tempat dengan cairan bening yang terus mengalir deras di pipinya.

Sebenarnya ia tak tega dengan kondisi anaknya ini Tapi, mau bagaimana lagi?Ini takdir ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ibunya pun buru-buru memanggil dokter, setelah itu datang lah seorang dokter dan seorang perawat masuk kedalam ruangan tersebut Sambil menenangkan gadis itu.

Sementara ibunya pergi keluar tak kuasa melihat keadaan anaknya yang seperti ini.
"Devan?!Kamu dimana?? Kania?!! Di mana kalian." ucap gadis itu diiringi isakan tangisannya.

"Hei kenapa honey." ucap seseorang laki-laki, dengan seorang gadis kecil di pangkuan nya dirinya. Dengan tatapan senang kanya lansung berlari memeluk laki-laki tersebut, memeluknya dengan erat seolah tidak ingin kehilangan laki-laki tersebut.

"Hikss devan Hikss Kamu kemana aja sama Kania?" ucapnya sambil memeluk erat pada laki-laki yang di panggil devan itu. Sementara laki-laki itu membalas pelukan kanya dengan mengusap surai miliknya.

"Aku gak kemana- mana kania cuman pengen keluar aja. " ucap nya santai tak lupa senyuman yang terbit di bibirnya Ia pun mengajak gadis untuk berbaring kembali di brankar nya itu, Sambil membaringkan anak kecil tadi.

"Jangan pergi." Rengek nya.

"Gak akan, Aku keluar dulu ya? mau ke toilet dulu oke?" ucap nya seraya berdiri meninggalkan kanya dengan anaknya yang baru genap berusia dua tahun itu.

Dan diluar sana sudah ada ibu kanya yang menunggu laki-laki itu, dengan perasaan yang khawatir.

"Gimana kanya gak ngamuk lagi? " ucapnya dengan gemetar sekaligus khawatir dengan putrinya itu, takut terjadi sesuatu yang membuat nya celaka.

"Tenang mom, Kanya baik- baik aja tuh liat dia lagi main sama kania." tunjuk laki-laki itu pada kaca ruangan kanya, dengan tersenyum manis pada ibu kanya.

"Makasih mahen." ucapnya seraya memeluk mahen di iringi isakan kecil.

"Iya mom, Pokoknya mom gak perlu khawatir lagi okey mahen akan selalu ada untuk kanya dan Kania." ucapnya. Setelah itu ia ijin pamit untuk ke toilet terlebih dahulu, setelah  itu ia akan pamit untuk pulang karena ada hal yang harus ia lakukan.

🌸🌸🌸

Humaira menatap pantulan dirinya di cermin, dengan memakai jaket berlogo mahkota lalu celana yang menyerupai androk yang di pakai olehnya serta cadar yang menutupi separuh wajahnya yang cantik itu.

Ia tersenyum sudah lama dirinya tak lagi memakai pakaian seperti ini, terakhir kali saat ia masih tinggal bersama umma, abi dan abangnya.

"Hmm udah lama aku gak pake baju ini, jadi keinget dulu masa terindah saat aku sama dia." ucapnya sedikit sedih,  kemudian ia pergi meninggalkan rumah itu untuk menuju tempat yang di tujunya.

Ia memesan taksi online sebagai perantara dirinya menuju tempat yang ia tuju. Yang pastinya di kendarai oleh seorang perempuan, ia tak ingin berduaan dengan seseorang yang bukan mahramnya.

Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya ia sampai di sebuah rumah yang sedikit sudah tua namun masih berdiri kokoh. Is pun keluar dari mobil tersebut, lalu membayarnya.

Ia pun berjalan menuju bangunan tersebut, terlihat sekelompok pemuda yang lagsung menunduk saat melihat dirinya. Sebagai rasa hormat pada ratu nya ini.

"Ck. Gue udah bilang Jangan kek gini lah." ucapnya saat tiba-tiba mereka menggelar karpet merah untuk di lewati dirinya, jika humaira sudah masuk kedalam lingkungan circlenya pasti mereka memperlakukan humaira dengan sangat penuh rasa hormat.

Setelah itu ia menuju kesalah satu ruangan, dan duduk di sofa yang khusus di siapkan hanya untuk dirinya. Ia tersenyum manis di balik cadarnya, ia sangat sangat rindu sekali dengan tempat ini. Waktu dulu ia sering menghabiskan waktu bermain di tempat ini, dan melakukan apapun kemauan nya.

"Humaira??" suara serak dan berat itu berhasil membuat humaira menatap lawan bicaranya ini. Dimas, laki-laki itu menghampiri humaira, ya allah sudah lama humaira tak melihat dimas. Ia menatap dimas dengan tertawa karena wajahnya terlihat seperti meme baginya.

"Yes i'm comeback Atlas " ucapnya. Membuat dimas mematung di tempat, sedetik kemudian ia duduk di sofa yang berbentuk persegi panjang dekat dengan humaira. Dan memakan camilan yang di bawanya.

"Dimana bang husein? "

"Lagi keluar.. Beli nasgor.. "

Humaira hanya ber 'oh' ria ia pun membuka laptop yang berada di hadapan dirinya. Men scroll tiktok, youtube dan yang lainnya sembari menunggu husein kembali.

"Gue pulang." ucap husein, seketika humaira langsung berlari menghampiri dirinya dan memeluk erat husein.

"Bang ara kangen, Maaf jarang kesini.. "

Husein mematung di tempat. Benarkah adiknya ini kembali? Sungguh serasa mimpi sekali Melihat dirinya, dia kira mahen akan menelantarkan adiknya ini, tapi, seperti nya tidak. Humaira terlihat sangat sehat dengan perutnya yang sedikit membuncit.

"Ara? Kamu kenapa ada di sini." gumamnya namun masih bisa di dengar jelas oleh humaira.

"Kangen abang gimana keadaan umma dan abi? Humaira gak berani kesana takut umma marah dan ngusir humaira lagi." ucapnya cepat dan panjang kali lebar, dalam satu tarikan nafas, seperti nge rap saja. Kemudian humaira duduk kembali di sofa, dengan mengelus perut ya yang sedikit  buncit itu.

"siapa yang menyuruh mu kesini." ucap husein dengan nada dingin pada humaira, sebenarnya ia senang adiknya datang ke sini, sudah lama juga ia tak melihat dirinya.

"Bayi Sang Ketua Geng Motor" [End+ Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang