"Terkadang kita harus mengiklaskan agar mengerti kata kegagalan, lalu berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan."~•Humaira Al-mardiyah
"Umma!" Teriak seorang gadis kecil berusia sekitar lima tahun ke arah dirinya, gadis cantik yang sering di sapa rara itu adalah putri Humaira bersama mahen. Wajahnya sangat mirip dengan mahen jika mahen masih ada, mungkin seperti kembar bedanya rara perempuan dan mahen laki-laki.
Humaira mengalihkan pandangan nya ke arah gadis itu, kemudian ia berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan rara dan memeluk serta mencium anaknya tersebut.
"Aduh rara sayang, jangan lari nanti jatuh. Tuh liat baju kamu jadi kotor ya? Umma kan lagi bikin kue ra." Ucap humaira melepaskan pelukan tersebut, sementara gadis kecil itu hanya tersenyum lebar sambil melompat kegirangan, Humaira pun tak tahu kenapa putrinya seperti itu.
"Umma, tau gak! Tadi pas rara main ada papah!" Ucap nya bersemangat, Humaira hanya bisa tersenyum di balik cadarnya itu. Kemudian mengelus lembut surai hitam milik putrinya itu.
"Ra, umma kan udah bilang papah udah ada di surga rara jangan gini oke? Nanti papah bisa sedih." Ucap humaira, namun gadis kecil itu menggeleng dan berlari ke sosok laki-laki yang berada tak jauh dari mereka itu.
Humaira tertegun, ia mengucek matanya saat melihat seseorang yang dirinya rindukan selama ini. Laki-laki yang paling dirinya cintai kini tengah berada di hadapan nya, air mata Humaira berlomba untuk turun mengenai pipinya. Humaira bingung harus sedih atau senang saat melihat nya.
"Kak mahen? Mustahil di-a udah meninggal!" Guman nya.
"Umma. Ini papah, rara ingin ikut papah. Umma baik-baik di sini ya! Rara pergi dulu." Ucap rara di pangkuan mahen, sementara mahen hanya tersenyum manis ke arahnya tanpa berkata sedikit pun kemudian pergi dari tempat itu masuk kedalam sebuah cahaya menghilang, dan meninggalkan dirinya sendirian.
"Aahhh, kak mahen rara!!" Teriak humaira saat terbangun dari tidurnya, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya saat kejadian lima tahun lalu terulang terus di mimpinya. Humaira menangis, teringat sang suami yaitu mahen.
"Umma kenapa menangis?" Ucap rara, menghampiri sang ibu dan memeluknya.
"Umma cuma kelilipan sayang, ayok bersiap rara kita akan menjenguk paman." Ucap humaira, kemudian beranjak dari kasur itu.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Sudah siap? Ayo naik ke mobil." Ucap humaira kemudian ibu dan anak itu masuk kedalam mobil pajero tersebut, menuju tempat yang mereka tuju.
Setelah kepergian mahen lima tahun lalu, humaira memutuskan untuk pergi dan menetap di luar negri, setelah karina berusia empat tahun baru lah mereka kembali lagi ke Indonesia dan menetap di jakarta. Selama lima tahun ini humaira menjalankan sebuah bisnis dengan devan, untuk memenuhi kebutuhan sang putri tercinta.
Dengan kepintaran yang dirinya miliki, di umurnya yang genap dua puluh satu tahun ia telah sukses menjadi seorang CEO terkenal, serta beberapa cabang toko butik yang berada di beberapa daerah, belum lagi warisan harta dari keluarga mahen untuk nya.
Umma hafsoh dan abi yusuf sudah meninggal beberapa bulan yang lalu, jadi humaira sekarang benar-benar hidup sendirian untungnya rara hadir di kehidupan sedihnya itu, walaupun ia hampir strees namun ia bisa bangkit berkat keberadaan suami barunya.
Setelah perjalanan yang cukup lama akhirnya tempat yang di tuju telah sampai, semua orang memberi hormat saat humaira sudah berada di tempat itu, lebih tepatnya tempat itu adalah penjara. Di mana gilang, kanya, serta husein di penjarakan akibat perbuatan mereka dahulu. Dan kali ini Humaira akan menemui husein. Namun, kanya sudah di bebaskan bersyarat, dan sekarang kanya dan anaknya tidak di ketahui keberadaan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Bayi Sang Ketua Geng Motor" [End+ Tahap Revisi]
Short StoryNikah sama kakel? Ketua geng motor? Nakal? "Aku hamil anak kamu." ucap nya dengan sedikit terisak. "Terus?" ucap mahen dingin. "......." "Gugurin, Gue gak sudi nerima bayi yang ada di rahim lo itu!!" Ucap mahen dengan tegas dan dingin. Bagaimana...