7. My Savior, did the one above send you to me?

629 63 6
                                    

SETIBANYA di kediaman Gojo, sang ibu langsung menghampiri putra semata wayangnya dan mencecar berbagai pertanyaan.

Sebisa mungkin Satoru menjelaskan bahwa kondisinya sudah jauh lebih baik dan ia pun menceritakan segala hal yang disarankan oleh Suguru.

"Aduh, Nak. Ibu masih khawatir. Apa perlu kita ke rumah sakit lagi?"

Satoru menggelengkan kepala dan berharap sang ibu tidak perlu mengkhawatirkannya.

"Aku, oke. Tapi, Dokter Geto bilang kayaknya gelombang heat selanjutnya bakal datang. Jadi, aku pamit ke kamar, ya, Bu."

"Iya. Nanti ibu antar makanan ke kamar, ya," ucap sang ibu sambil menepuk-nepuk punggung Satoru.

Namun, saat Satoru hendak melangkah ke tangga. Tiba-tiba saja ia ditarik mundur. "Sebentar, ini kamu pakai jas punya siapa? Wanginya kayak alpha."

"Eh ...." Satoru berkedip-kedip lucu akibat kebingungan. Satoru baru sadar jika ia lupa untuk mengembalikan jas tersebut kepada sang empunya.

Ibu Satoru masih menatap dan menunggu jawaban, sementara pikiran putranya masih melayang-layang tidak keruan.

"Anu ... ini punya Dokter Geto, deh. Aku lupa kembalikan. Ya, gimana, ya, Bu? Nyaman banget rasanya."

Ibu Satoru menutup mulut dengan tangannya. Tampak tak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar. Sungguh, ini adalah kali pertama dirinya melihat sang putra bertingkah semacam ini. Padahal Satoru yang biasanya akan sedikit tantrum dan tidak mau banyak ditanya jika waktu heatnya telah tiba. Namun, entah mengapa kini Satoru justru terlihat seperti sedang berbunga-bunga.

"Dokter Geto baik, ya?" tanya sang ibu dengan mata berkaca-kaca. "Satoru suka sama Dokter Geto?"

"Hah?" respons Satoru dengan mata yang membelalak. Kemudian ia mengernyitkan dahinya sebab bingung harus menanggapi pertanyaan ibunya seperti apa.

Akan tetapi, sang ibu masih sabar menunggu putranya untuk berbicara kembali.

"Aku kurang paham. Tapi, Dokter Geto baik banget. Belum pernah ada alpha yang memperlakukan aku dengan baik begitu, Bu. Ya, karena orang-orang juga gak tahu kalau aku omega, 'kan? Dan ... aku rasa Dokter Geto ini sangat menghormati aku. Dia juga terkesan gak skeptis saat memandang orang lain. Aku senang ... rasanya gak perlu khawatir sewaktu bersama Dokter Geto."

Sang ibu sontak memeluknya erat dan menyuruh untuk bergegas menuju ke kamar lantaran ia ingin menangis, tetapi tidak ingin menangis di hadapan anak kesayangannya.


🖤🤍


Hari demi hari pun berlalu. Satoru menghabiskan sepanjang waktunya di dalam kamar karena gelombang heatnya memang kembali datang, tepat setelah ia akan menuju ke walk in closet untuk menanggalkan pakaiannya serta mandi di hari ia bertemu dengan Suguru.

Akhirnya, dengan susah payah ia berjalan menuju ke kasur. Namun, insting kuatnya membuat ia masih sempat menyambar jas milik Suguru yang semula disampirkan di atas kursi.

Satoru bergerak secara acak di tengah kasur, melepaskan segala yang ia kenakan, dan menghirup kuat-kuat aroma feromon Suguru yang tertinggal di jasnya.

Seketika di dalam otak Satoru terproyeksi wajah Suguru; senyumannya, perlakuannya, tatapannya, dan usapan lembut di kepalanya.

Satoru masih terus mengendus jas Suguru disertai lenguhan yang lolos dari belah bibirnya lantaran jemarinya pun sudah tidak bisa mengabaikan bagian bawah tubuhnya.

Self-lubricant akhirnya menerobos keluar dan mulai membasahi seprai serta selimutnya, sementara feromon tubuhnya sendiri menguar ke seluruh penjuru ruangan.

Kini Satoru benar-benar sudah dikuasai nafsu, bahkan jas beraroma feromon Suguru terasa kurang bisa diandalkan untuk meredam keinginannya mencapai surga dunia.

"Uh, Alpha ... help me!"

Begitulah racauan yang terlontar tatkala dirinya sedang tidak sadar selama beberapa hari terakhir.

Ketika kesadaran Satoru telah kembali ke permukaan, barulah ia merasa energinya telah menguap entah ke mana. Badannya terasa letih dan kondisi kasurnya sangat berantakan sekali. Namun, Satoru segera memeluk erat-erat jas milik Suguru. Seakan dengan melakukan itu bisa membuat letihnya berkurang.

"Ah, jasnya boleh untukku saja tidak, sih?"

Kemudian Satoru berguling ke sisi lain kasur. "Ih, tapi malu banget bilangnya!"

Setelah lama berdiam diri dan mengingat berbagai kebaikan Suguru padanya, Satoru meraih ponsel yang telah berhari-hari berada di atas nakas. Jemarinya bergulir di layar dan pandangannya seketika berhenti pada sebuah notifikasi pesan dari nomor tidak dikenal. Namun, jika diperhatikan pada foto profilnya, itu adalah pesan dari sosok yang telah berjasa dalam momen heatnya kali ini, penyelamatnya.

Dalam pesan tersebut Suguru menanyakan kabar Satoru dan berkata ingin bertemu saat sang omega telah masuk kerja kembali.

"Hah? Serius?" celetuk Satoru yang tidak memercayai apa yang dilihatnya.

Segera saja Satoru bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, mengenakan setelan jas terbaiknya, dan berlari menuju ke ruang makan.

Melihat sang putra yang tersengal-sengal ketika sampai di ruang makan, membuat Ibu Satoru terkejut.

Ayah Satoru yang sedang melihat perkembangan harga saham melalui tabnya pun langsung mengalihkan pandangan pada putranya.

"Hei, kenapa kamu lari-lari?" tanya sang ibu.

"Ayah, Ibu, aku mau menikahi seorang alpha."

Lagi-lagi Ibu Satoru terkejut dengan tingkah anaknya. Apakah indra pendengarnya tidak salah menangkap ucapan sang anak?

"Duduk dulu," titah sang ayah.

Mendengar titah dari alpha paling berkuasa di kediaman Gojo, membuat Satoru mau tidak mau menurutinya.

"Bicara pelan-pelan. Ayah mau tahu ... apa yang melatarbelakangi keinginanmu untuk menikah? Kamu sudah siap dengan segala hal yang harus dihadapi? Kamu sudah ikhlas dengan takdirmu sebagai omega? Kamu bisa mengabaikan pandangan orang lain tentang jati diri kamu nantinya?"

"Banyak amat pertanyaannya! Aku sudah cerita intinya pada Ibu, deh. Gak mungkin kan Ibu gak cerita ke Ayah? Pokoknya aku cuma mau dia yang jadi mate aku. Dia dokter. Dia baik. Super duper baik. Ayah kalau mau cek bibit, bebet, bobotnya dulu, ya, silakan. Tapi, aku bisa jamin kalau dia memang yang terbaik dari yang paling baik. Kalau dia berengsek, pasti aku diapa-apain sama dia dong waktu di klinik PT!"

Ayah Satoru menaikkan sebelah alisnya dan meletakkan tab di atas meja. "Ih, kok kamu percaya diri banget, sih? Padahal baru ketemu sekali kan sama dia?"

"Ah, iya ... sih. Tapi―"

"Ssst!" Interupsi sang ayah dan membuat Satoru terdiam. "Bi, tamu kita sudah datang, 'kan? Langsung disuruh ke sini, ya," ujar ayahnya pada salah satu asisten rumah tangga.

Satoru yang bingung kini menatap ke arah ibunya untuk meminta penjelasan. Namun, tak lama kemudian muncullah sesosok alpha yang telah menjadi penyelamat hidupnya.

Sontak Satoru berdiri, mulut menganganya, serta telunjuknya terarah pada sang alpha.

"Kok? Kok bisa?" Satoru kalang kabut.

Alpha bernama lengkap Geto Suguru itu berpenampilan sangat necis sekali, seakan ia telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk hadir di tempat yang tidak terpikirkan oleh Satoru, terlebih di hadapan kedua orang tuanya.

Dalam hati, Satoru memekik, "Ada apa ini sebenarnya? Apakah Moon Goddes langsung mengabulkan keinginanku saat ini juga?"


🖤🤍

Dear My Savior, Have We Met Before? 🔞 | SuguSato (Jujutsu Kaisen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang