8. Let us just get to our palace when the moon comes up

646 59 10
                                    

BEBERAPA hari yang lalu, tepatnya hari di mana Satoru mengalami heat di klinik PT, membuat Suguru bingung sebab Ijichi datang menemuinya lagi sembari menyerahkan ponsel, tepat di saat ia akan keluar dari klinik.

Segera saja Suguru menerimanya dan menempelkan di telinga. Lantas terdengar suara seorang wanita paruh baya yang menyapa dan mengucapkan terima kasih karena telah memperlakukan Satoru dengan sangat baik.

Pada awalnya Suguru tidak mengerti, namun logikanya dengan cepat berpikir bahwa yang sedang berbicara dengannya adalah ibu dari sosok omega yang satu jam lalu berpamitan dengannya.

Setelah bercengkerama selama beberapa menit melalui sambungan telepon, Ibu Satoru pun memintanya untuk datang ke kediaman Gojo agar mereka dapat berbincang-bincang secara langsung. Lantaran Ibu Satoru ingin mengetahui sosok alpha yang telah begitu baik serta telaten membantu anaknya. Ditambah ia membiarkan jas miliknya untuk dikenakan dan dibawa pulang.

Mengingat waktu makan malam telah berlalu, Suguru merasa kurang pantas jika harus bertamu di hari itu. Alhasil, ia meminta izin untuk berkunjung keesokan harinya.

Lantas di hari berikutnya, sesuai dengan janjinya, Suguru datang ke kediaman Gojo ditemani oleh Ijichi. Di sana Suguru disambut oleh kedua orang tua Satoru, diajak mengobrol, bahkan makan malam bersama.

Dengan jujur Suguru mengungkapkan segala hal tentangnya. Perihal orang tuanya yang merupakan petani di wilayah terpencil di Kyoto, perihal ia yang masih harus membiayai pendidikan adik perempuannya yang kebetulan kembar, perihal ia yang masih harus melunasi utang pinjaman bank untuk biaya pendidikan spesialisnya, serta kehidupannya yang terbilang sangat sederhana meskipun banyak yang berkata bahwa ia memiliki gaji yang cukup untuk berfoya-foya.

Mendengar hal tersebut membuat Ibu Satoru berkaca-kaca dan Ayah Satoru dengan sigap langsung mengusap punggung istrinya. Ibu Satoru memang sangat mudah merasa emosional. Untuk itulah ia sangat penasaran dengan sosok yang membuat putranya bahagia.

Setelah obrolan serius berlalu, Ayah Satoru pun mengajak Suguru mengobrol hal lainnya, terutama yang berkaitan dengan Satoru.

"Menurut Nak Suguru, Satoru itu bagaimana?"

Suguru yang hendak menyuapkan nasi ke dalam mulutnya lantas urung. Nyaris saja ia akan mati tersedak pikirnya.

Sebelum menjawab, Suguru menegakkan posisi duduknya dan mencoba menenangkan diri, sementara kedua orang Satoru memperhatikan gerak-geriknya.

"Sejujurnya, saya merasa tertarik sejak awal berjumpa dengannya, Pak. Dan, saya juga merasa ada sesuatu yang berbeda di diri ..."

"Satoru. Panggil saja Satoru. Kalau kamu nyebutnya Gojo, kami berdua kan Gojo juga!" sambar Ayah Satoru diakhiri dengan tawa.

"Ah ...," respons Suguru yang akhirnya ikut tertawa. "Iya. Intinya saya sangat tertarik dengan Satoru, Pak, Bu. Bila diizinkan, saya ingin melakukan courting dengan layak."

Ibu Satoru sontak histeris dan menepuk-nepuk pundak suaminya. "Aduh, Satoru pasti kegirangan banget kalau dengar ini."

Ayah Satoru sedikit meringis menahan sakit dan ia pun berkata, "Kalau masalah courting, kami kembalikan lagi ke Satoru, ya. Tapi, kalau Nak Suguru memang sanggup menerima segala kekurangan dan kelebihan Satoru, kami sangat berterima kasih sekali."

Dalam beberapa jam selanjutnya mereka kembali berbincang santai, bahkan Ibu Satoru pun menunjukkan album foto lama sang omega. Hal itu tentu membuat Suguru serasa tenggelam dalam kegemasan. Satoru ternyata sudah terlihat lucu sejak kecil.

Lalu, dalam beberapa hari selanjutnya Suguru selalu diminta untuk mampir ke kediaman Gojo untuk sekadar mengobrol ataupun makan malam bersama. Hanya saja, ia masih belum bisa bertemu dengan Satoru sebab heatnya belum benar-benar berakhir.


🖤🤍


Lantaran tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Satoru akhirnya melangkahkan kaki menuju ke arah Suguru serta membawanya pergi dari ruang makan.

"Hei, mau ke mana? Sarapan dulu!" teriak sang ibu.

Ibu Satoru melihat ke arah suaminya, namun sang suami justru tertawa cekikikan di tempat duduknya.

"Urusan anak muda. Masa gak paham?" ujar Ayah Satoru.

Sementara itu, dua insan yang kini mengasingkan diri ke bagian rumah yang sepi, sudah berdiri berhadapan.

Keduanya saling berpandangan dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Akan tetapi, Satoru mencoba memfokuskan diri untuk mencari tahu maksud dari kedatangan Suguru ke rumahnya, serta bagaimana bisa orang tuanya sudah memperlakukan sang alpha dengan begitu santai?

"Dok ...."

Suguru tersenyum dan memberi isyarat pada Satoru untuk diam sejenak.

"Pasti penasaran kan, ya, kenapa saya ada di sini?"

Satoru mengangguk dan lagi-lagi Suguru tersenyum.

"Kita boleh cari tempat duduk? Saya akan ceritakan apa pun yang Pak Gojo ingin dengar."
Akhirnya, Satoru mengajak Suguru duduk bersebelahan di sebuah ayunan yang ada di halaman rumahnya.

Sang alpha mulai menceritakan segala hal sesuai janjinya. Ia juga memperhatikan raut wajah Satoru yang sangat ekspresif sekali tatkala menanggapi ceritanya, dan ia merasa sudah jauh lebih dekat dengan Satoru walaupun ini barulah pertemuan kedua mereka.

"Jadi, begitulah ceritanya."

"Hah ... saya enggak menyangka kalau ternyata Dokter tertarik sama saya juga. Dokter bercanda, ya? Cuma enggak mungkin juga kali, ya, kan sudah bertemu orang tua saya."

Belum sempat Suguru menjawab, Satoru pun berujar kembali, "Tapi ... Dok, mungkin Dokter sudah dengar dari orang tua saya juga perihal kekurangan dan kelebihan saya. Saya orangnya sedikit egois, sih. Agak ngeyel juga kadang. Cuma saya termasuk orang yang loyal dan enggak mau bikin suasana jadi canggung. Makanya di PT saya sering bercanda karena sebisa mungkin saya enggak ingin dicap kolot juga dan selalu mencoba berbaur dengan yang lain."

Suguru mengangguk saat mendengarkan penuturan Satoru. "Saya paham, kok. Saya juga bukan manusia yang sempurna, Pak. Kita bisa sama-sama belajar untuk menjadi lebih baik. Bagaimana?"

"Hmmm ... kalau begitu, mulai sekarang jangan panggil pakai nama keluarga lagi, ya?" pinta Satoru. "Panggil aku-kamu juga boleh biar lebih lucu, kan kita bukan partner bisnis."

Suguru tertawa mendengarnya. "Tapi, kalau di tempat kerja mana bisa begitu?"

"Bisa. Kalau berdua doang."

"Oke. Satoru ...," panggil Suguru dengan suara yang sangat lembut.

"Kok aku jadi deg-degan, ya, dipanggil begitu?"

Suguru mendekatkan diri untuk berbisik di telinga Satoru. "Let us just get to our palace when the moon comes up."

"Hah? Ini maksudnya kamu mau ajak aku mating?"

Suguru mengusap kepala Satoru. "Pelan-pelan, dong! Proses courting kita bahkan belum dimulai. Sebenarnya, tadi aku secara lisan melamar kamu. Jadi, pokoknya kita nikah dulu, ya. Baru boleh mating."

"Hahaha! Iya, iya. Padahal gak perlu courting segala. Langsung nikah besok juga boleh."

Suguru menjawil hidung Satoru dengan perasaan gemas. "Aduh, bahaya banget kamu!"


🖤🤍

Dear My Savior, Have We Met Before? 🔞 | SuguSato (Jujutsu Kaisen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang