- Sepuluh -

140 7 0
                                    

Reina duduk terdiam di ruang tamunya sejak setengah jam yang lalu, masih menggunakan pakaian terakhirnya tadi. Pikirannya benar-benar kacau setelah melihat Hans serta Cindy di restaurant tadi.

Kenapa Reina harus marah?

Kenapa dadanya sakit melihat itu?

Kenapa?

Kenapa?

Perlahan napasnya kian memburu, tidak beraturan. Sepertinya asmanya kambuh, penyakit yang sudah lama sekali tidak pernah ia rasakan meskipun selelah apapun.

KLIK

Terdengar pintu terbuka lalu tertutup. Hans masuk dan langsung tersenyum ketika mendapati Reina yang sedang duduk di sofa.

"Aku pikir kamu pulang malem? Tadi aku telponin nggak kamu angkat," kata Hans santai, meletakkan tasnya di coffee table lalu duduk di sebelah Reina.

"Kamu dari mana?" tanya Reina yang berusaha mengatur napasnya, jangan sampai Hans tahu asmanya kambuh.

"Tadi ketemu temen, kan aku udah WA kamu. Udah makan belum?" tanyanya lagi.

Reina hanya mengangguk saja. "Temen siapa?"

"Cindy, inget kan dosen yang anak magangnya bareng sama kamu?"

Reina menyunggingkan senyumnya. "Aku istirahat dulu, kamu istirahat aja langsung. Malem Hans," kata Reina lalu langsung masuk ke kamarnya untuk mengambil pakaian dan mandi.

Sungguh, ia benar-benar malas untuk membersihkan dirinya dan ingin langsung tidur. Namun, badannya benar-benar lengket setelah menemani Yovita dan Tito di Mall tadi.

Hans terdiam bingung menatap Reina, tapi akhirnya ia membawa pikiran-pikiran itu dan masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan dirinya.

**

Hans masih berkutat di depan laptopnya, memeriksa beberapa tugas mahasiswanya yang dikirim melalui e-mail. Waktu sudah menunjukkan hampir jam 1 pagi, tetapi pikirannya masih melayang dengan perubahan sikap Reina tadi, tidak biasanya Reina banyak bertanya seperti itu.

PRAANNGGG

Terdengar suara barang pecah di dapur, Hans langsung bergegas keluar dari Kamarnya. Di dapur, ia sudah mendapati Reina yang tangan kirinya bertumpu pada kitchen island, sedangkan tangan kanannya berada di dada kirinya. Terlihat dengan jelas napasnya tersengal-sengal dan menahan sakit di dadanya.

"Na, kamu kenapa?" tanya Hans yang langsung menghampiri istrinya tersebut.

"S-ssa-kit," katanya terbata-bata sambil masih memegang dada kirinya.

"Obat kamu mana?" tanyanya lagi yang dijawab gelengan kepala dari Reina. "Kamu duduk dulu, aku ambil jaket buat kamu sama dompet aku, kita ke rumah sakit!"

Hans langsung menuntun Reina ke sofa yang ada di ruang tamu, lalu melesat mengambil jaket milik Reina yang ia tahu pasti ada yang tergantung di balik pintu. Kemudian, dia ke kamarnya untuk mengambil jaket serta dompet dan juga ponselnya.

"Kamu kuat jalan nggak?" tanya Hans lagi, kali ini napas Reina benar-benar tidak beraturan dan tubuhnya juga sudah lemas.

Tanpa menunggu jawaban dari Reina, akhirnya ia membawa Reina dalam gendongan di punggungnya. Keluar dari apartement mereka, lalu bergegas menuju mobil yang ada di tempat parkir. Seorang penjaga di sana membantu Hans untuk membuka pintu mobil untuknya, agar mempermudah Hans meletakkan Reina.

Hans lalu menjalankan mobilnya dengan cepat, menuju rumah sakit yang untungnya hanya berjarak sekitar 5 km saja. Dan langsung menuju UGD, sedangkan mobilnya dibantu diparkirkan oleh security di sana.

Ternyata Dosen Gue ... || Hyunjin X YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang