- Delapan -

160 14 0
                                    

Reina asyik memasak sarapan untuk dirinya dan Hans, sambil mendengarkan lagu melalui earphone-nya. Pagi ini, ia memutuskan untuk memasak nasi goreng, sarapan yang tidak memerlukan banyak tenaga untuk memasak. Setelah dirasa selesai, Reina lalu mengangkat makanannya dan berbalik untuk meletakannya di meja.

"HANS!" seru Reina kaget melihat Hans yang sudah duduk di meja makan sambil menopang dagunya dan jangan lupakan senyumnya yang bikin Reina langsung bergidik ngeri.

"Kenapa sih teriak pagi-pagi?" tanya Hans santai, matanya masih menatap Reina lekat.

"Mau bikin aku jantungan apa? Untung nggak jatuh piring yang aku bawa," kata Reina kesal lalu langsung meletakan piring yang berisi nasi goreng ke hadapan Hans.

Ya, akhirnya Reina membiasakan dirinya dengan menggunakan aku-kamu ketika berbicara ke Hans. Kalau kata Hans, takutnya nanti Reina keceplosan kalau ada di depan orang tuanya.

"Makanya, jangan biasain pake earphone gitu. Nggak bagus buat kesehatan kuping juga tahu!" katanya yang mulai menyuap nasi goreng ke mulutnya. Hans tergila-gila dengan masakan Reina yang entah kenapa selalu enak.

Beberapa minggu Reina tinggal di sini, Hans selalu pulang tepat waktu. Bayangan masakan Reina yang sudah menunggunya, juga salah satu alasan Hans selalu pulang cepat.

"Soalnya sepi, mau nyalain musik tapi takut ganggu," jelas Reina.

"Na, aku nggak pernah masalah ya kamu nyalain musik, kalo memang itu buat kamu nyaman. Ini udah jadi rumah kamu juga, kamu bukan tamu di sini!"

"Iya.. Iya.. Kan gue tetep masih harus nyesuaiin diri juga."

"Aku, Na!" tegur Hans.

"Iya, aku. Iiihh... Jangan kebanyakan komen dong, wajar kalo salah terus."

"Pokoknya, buat kamu nyaman di rumah ini. Kalo kamu mau guling-gulingan juga silahkan. Mau ngundang temen kamu juga nggak apa, asal jangan cowok!"

"Yeeeee... Aku aja nggak ngasih tahu siapa-siapa kalo aku udah nikah, gimana sih?"

"Eh iya lupa. Hehehe," kata Hans sambil menyengir.

"Nanti makan malem di rumah, kan?"

"Iya, palingan jam setengah 7 udah di rumah. Kamu cuma sebentar kan di kampus?"

Reina mengangguk sambil berusaha menelan makanannya terlebih dahulu. "Palingan jam satu siang udah sampe rumah, cuma mau ngurusin surat magang doang, terus nemenin Yovita buat mutusin pacarnya."

"Mutusin pacar kok minta ditemenin? Apa sekarang kaya gitu ya? Aneh banget," kata Hans sambil menyerngitkan dahinya, seakan tidak percaya dengan omongan Reina barusan.

"Kamu tahu Fabian nggak? Ketua BEM yang anak jurusan aku?"

"Tahu, bukannya dia junior kamu?"

"Iya, emang si Yovita ini terkenal dikalangan juniornya. Gara-gara dulu dia kan ikut nge-ospek, terus dibilang dia senior idaman karena baik banget. Nah si Fabian ini sebenernya ketahuan kalo ngerdusin anak Fakultas Ekonomi juga, anak BEM juga. Terus si Yovita mau minta putus besok, terus abis itu mau traktir aku makan di kantin."

"Lho, buat apa dia putus tapi malah traktir?"

"Buat merayakan status jomblonyalah."

"Bener-bener nggak habis pikir sama anak muda jaman sekarang," kata Hans sambil menggelengkan kepalanya.

"Iya deh yang tua, sombong betul!"

"Dih, sirik! Beneran nggak mau bareng aku berangkatnya?"

"Ogah! Mending berangkat sendiri, lagian mau ke kampus jam sepuluh aja."

Ternyata Dosen Gue ... || Hyunjin X YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang