- Tiga -

195 25 1
                                    

Hans langsung berlari keluar apartemennya, setelah mendapat telepon dari Reina dan semakin panik ketika panggilannya terputus. Ia sudah menelepon Reina balik, tapi hasilnya nihil, ponsel Reina langsung tersambung ke mailbox.

Sambil berlari, ia menelepon Reihan, akan tetapi hasilnya sama saja, panggilan tidak terangkat. Hans berusaha untuk mengingat tempat yang tadi Reina sempat katakan, dua blok dari apartemen mereka, berarti di sekitar sekolah TK yang biasa ia lewati.

Hans berlari kencang, sangat kencang, sampai-sampai penjaga apartemennya tersentak, ketika melihat Hans berlari seperti orang gila.

Sial. Nana, please bertahan!

Hans benar-benar berharap tidak ada hal buruk yang terjadi pada gadis itu. Ketika ia hampir sampai, dari kejauhan, ia melihat Reina yang masih berjalan cepat setengah berlari. Di belakangnya, memang terdapat seorang pria bertopi dengan jaket kulit berwarna coklat tua dan matanya terus mengarah ke arah Reina

"Na!" sahut Hans sambil merangkul Reina dan langsung menuntunnya berjalan lurus.

Pria yang sedari tadi mengikuti Reina, dengan ketaranya langsung berhenti dan berbelok ke gang kecil yang kebetulan ada di sebelah kirinya.

"Tenang, ada gue. Lo aman sekarang!" Hans terus menenangkan Reina, membawa gadis itu dalam rangkulannya yang semakin mengerat, sesekali ia menengok ke arah belakang, memastikan penguntit itu tidak mengikuti mereka.

Reina hanya diam dan mengikuti arahan Hans, ia tidak pernah setakut ini. Sesekali ia melihat ke arah Hans yang napasnya agak tersengal, peluh pun terlihat membasahi wajah da beberapa bagian kaus yang di pakainya.

Satu yang baru Reina sadari, Hans hanya memakai sandal rumahnya yang agak tipis dan memakai celana pendek.

Reina membuka pintu apartemennya dan Hans mengikutinya dari belakang. Gadis itu langsung terduduk dan menangis sambil memeluk kedua lututnya. Akhirnya, kini ia merasa aman di rumahnya sendiri.

Tiba-tiba, terdengar bunyi panggilan masuk dari ponsel Hans dan terdapat nama Reihan di sana.

"Halo, Reihan."

"Hans, kenapa nelpon gue? Reina juga beberapa kali nelpon gue, tapi pas gue telpon balik nggak bisa," Terdengar nada khawatir dari seberang sana, Reina bisa mendengar karena Hans sengaja memakai pengeras suara.

Reina yang sadar kalau kakaknya yang sedang menelepon, langsung menggelengkan kepala, memberikan tanda untuk tidak memberitahu apa yang sedang terjadi.

"Oohhh nggak, tadi gue pikir lo di rumah. Mau ngajak main PS aja tadinya," kata Hans sambil menatap Reina.

"Gue shift malem hari ini, palingan kalo mau ya besok malem."

"Oke nggak masalah."

"Hans, bisa minta tolong ke apart gue nggak? Tolong cek Reina udah pulang apa belum, gue tiba-tiba khawatir nggak biasanya dia telpon gue berkali-kali pas gue di Rumah Sakit."

"Yaudah, nanti gue mampir ke apart lo sekalian gue jalan ke minimarket depan."

"Oke Hans. Thanks. Gue balik kerja dulu. Jangan lupa kabarin gue kalo ada apa-apa!"

Hans menaruh ponselnya di meja dan langsung duduk di sebelah Reina.

"Please, jangan ceritain masalah ini sama Kak Reihan dulu. Gue nggak mau dia khawatir dan malah bikin dia nggak fokus sama kerjaannya!"

Ternyata Dosen Gue ... || Hyunjin X YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang