"Jangan bicara omong kosong." Karina memukul puncak kepala Sunghoon. Senyum lelaki itu nampak menghilang seiring dengan kekerasan yang di terima, "Apa yang kau lakukan pada Lisa hingga ia gemetar dan pucat seperti itu?!"
Sunghoon, bukannya menjawab pertanyaan Karina, ia justru berpangku tangan sembari tersenyum kepada gadis di hadapannya, "Oh, jadi namamu Lisa?"
"Ya- kau tidak mendengarku??" Baru saja Karina akan berhasil mendaratkan pukulannya kembali jika Sunghoon tak segera menepisnya.
Pun lelaki itu terlihat bersandar pada kursinya, meminum soda yang tersaji di atas meja dengan sembarangan meski Jungkook lah sang pemilik asli, "Gadis ini, sudah menyelamatkanku dengan helm popcornnya." Ia terkekeh di akhir kalimat, "Padahal pengecut begitu. Tapi sok-sokan menolong."
Jeno baru saja hendak membalas perkataan Sunghoon jika saja lelaki itu tak meneruskan kalimatnya, "Jadi, karena kau sudah menyelamatkanku, aku akan mengizinkanmu menjadi kekasihku yang nomor tujuh."
Kening Lisa berkedut. Ucapan lelaki bernama Sunghoon itu seakan menggunakan bahasa asing yang sulit ia mengerti.
"Jangan macam-macam. Ia temanku!"
"Argh!" Sunghoon berusaha melepaskan cengkeraman Karina dari surainya, "Ya- kau benar kakakku bukan, sih?"
Nafas Lisa mulai kembali beraturan. Wajahnya pun tak sepucat kali pertama ia memasuki area resto. Hanya saja, ia sedikit terkejut dengan beberapa kalimat yang dikatakan lelaki di hadapannya.
Jeno dan Karina sudah dijodohkan?
Dan lelaki tidak jelas ini adik Karina?"Kami tidak benar-benar dijodohkan. Itu hanya bualan orang tua kami saat mereka kehabisan bahan pembicaraan."
Lisa menoleh ke arah Jeno. Padahal ia hendak mengangguk paham akan kalimat lelaki itu, namun pandangannya beralih pada tangannya yang masih di genggam oleh Jeno karena tadi sempat dibantu untuk duduk.
Dengan panik, ia pun segera menarik tangannya, menunduk kecil seakan sedang meminta maaf atas sentuhan yang tidak disadarinya.
"Kenapa kau repot-repot menjelaskannya?" Noona, kau lihat ekspresi tunanganmu tadi?" Sunghoon kembali berceloteh meski lengan Karina masih setia pada puncak surai lelaki itu.
"Jangan mengatakan omong kosong yang membuatku merinding! Wanita mana lagi yang kau goda hingga babak belur begini?!"
"Ck! Noona kau jangan bicara sembarangan. Lisa-ssi bisa salah paham!"
"Tidak usah banyak bicara. Kau sudah membuat Lisa gemetar hebat. Cepat minta maaf!!" Karina memaksa Sunghoon untuk menunduk hingga wajah lelaki itu menempel pada meja.
"Ya! Ya! Kenapa harus minta maaf?? Yang terluka kan aku!"
"Kalau begitu berterima kasihlah!"
"Iya! Iya! Lepaskan dulu biarkan aku berterima kasih dengan benar."
Karina terdiam untuk kemudian menghela nafasnya seakan jengah. Pun gadis itu segera melepaskan tapaknya dari kepala Sunghoon, duduk dengan tenang di sebelah sang adik sembari melipat tangannya di depan dada.
Sunghoon, terlihat menyisir rambutnya ke belakang serta merapikan apa yang ia sedang kenakan. Maniknya beralih kepada Lisa yang tengah menatap aneh dan penuh ketidakpercayaan jika lelaki itu adalah adik dari seorang Karina.
Maksud Lisa, Sunghoon memang rupawan. Orang buta pun akan tahu. Hanya saja, tingkahnya sangat bertolak belakang dari Karina. Lelaki itu banyak bicara, namun terlihat patut diwaspadai. Insting Lisa segera menyala seakan lelaki itu adalah jelmaan Mark bagian dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Waves
FanfictionI've been waiting and longing Youth is just a little cruel, isn't it? I'm surely someday we will miss this moment The day I met you and we laughed together