Lisa mengacak poninya yang baik-baik saja. Bingkai kacamata yang sedikit melorot pun dipatenkan pada cuping hidungnya.
Gadis itu terlihat menghela nafas dengan sedikit berat. Berbagai pikiran buruk sudah merajai otaknya saat ini.
Sembari meremas ranselnya, pun ia mengambil langkah dan berjalan masuk bersama kawanan manusia yang berseragam sama dengannya.
Sorai suara bagi mereka yang saling mengenal turut memenuhi telinga Lisa.
Senangnya.
Pekiknya dengan sedikit iri akan keakraban milik orang lain yang berada di depan mata.
Hari ini adalah hari pertamanya. Begitu pula dengan mereka yang merupakan siswa tahun ajaran baru sepertinya.
Lisa tak meminta banyak, ia hanya berharap jika masa sekolahnya selama tiga tahun ke depan berjalan lancar. Tak perlu terlalu mewah dengan bisa berteman dan merakit cerita indah, menjalani masa sekolah dengan damai adalah sebuah berkah.
Atau amannya, menjadi makhluk yang keberadaannya tak disadari hingga teman sekelasnya lupa jika mereka pernah ada saja sudah membuatnya bernafas lega.
Betul, Lisa akan berusaha untuk menjadi manusia yang hidup bak bayangan di hari mendung, sedikit samar namun tetap ada.
Tidak masalah, tidak masalah. Kau akan menjalani kehidupan sekolahmu dengan baik-baik saja. Kau sudah sampai disini, tak ada yang mengenalmu. Wajahmu juga biasa-biasa saja. Semua akan berjalan lancar seperti yang ibu katakan.
Lisa mengangguk yakin. Affirmasi positif yang di ucapkan sang ibu saat mereka sarapan pagi tadi sedikit berpengaruh kepada perasaannya kali ini.
Dengan wajah rata-rata yang menurutnya tidak mampu membuat siapapun berminat untuk menoleh dua kali, kecerdasan otak standar pada umumnya, serta sosok yang tidak menarik perhatian, Lisa yakin ia akan menjadi siswi normal yang tak menorehkan kesan.
Dan ia akan mencamkan tiga hal agar masa sekolahnya berjalan damai, yaitu;
1. Menghindari bertingkah seperti pecundang dan pupuk bawang, karena hal itu dapat menarik perhatian para pembully untuk menargetkannya.
2. Menghindari untuk berteman dengan anak-anak populer agar tidak ada yang tahu eksistensinya.
3. Jangan terlalu pintar tapi jangan terlalu bodoh. Ah, kalau yang ini sih memang kapasitas otaknya hanya sedemikian rupa. Tak ada yang perlu ditakutkan.By the way, untuk poin nomer dua, rasanya akan sedikit mustahil terjadi di kehidupan nyata -di kehidupan Lisa. Yaiya, manusia populer mana yang sudi berteman dengan almost pupuk bawang sepertinya.
Lisa hanya harus mengingat poin satu, karena hal itu lebih mencerminkan dirinya. Dan ia tak ingin mengulang kisah tak menyenangkan yang pernah terjadi di masa lalu.
Jika dirinya berhasil, maka kehidupan sekolahnya kali ini akan berjalan lancar. Lulus dengan tenang, melanjutkan misinya kembali di universitas, dan menjadi pegawai kantoran biasa yang bekerja 9 to 5 tanpa ambisi berlebihan.
Lisa harap, Tuhan mengaminkan semoganya yang seharusnya tak sulit untuk dikabulkan ini. Toh ia tak meminta dijadikan seorang superstar atau wanita cerdas paling beruntung di dunia, kan?
Sekali lagi, Lisa hanya ingin kehidupan sekolahnya berjalan lancar.
- 🌊 -
Lisa menelan salivanya yang sempat tertahan.
Pikiran seputar "Apa mereka mengenalku? Apakah mereka tahu tentang ceritaku?" Membuatnya sedikit ragu untuk melangkah masuk menuju kelas yang bertuliskan 10 - 3 pada papan penunjuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Waves
FanficI've been waiting and longing Youth is just a little cruel, isn't it? I'm surely someday we will miss this moment The day I met you and we laughed together