fourteen: as the summer goes away

1.1K 171 60
                                    

Lisa meremas ujung piyamanya. Nafas gadis itu tertahan karena tak tahu dengan apa yang sedang terjadi.

"Maafkan aku." Ujar Jeno setelah melepas ciumannya dan mengelap bibir Lisa.

Disaat yang sama, wajah gadis itu sudah semerah kepiting rebus yang masih hangat. Jika dirinya merupakan tokoh animasi, tentu sudah ada asap yang keluar dari telinga Lisa saat ini.

Sebab Lisa, telah mematung dalam duduknya. Semesta seakan tengah berkeliling tepat di atas kepala dan lubang hitam pun menghisap semua nalarnya. Gadis itu ambruk dalam lamun.

Hampir saja ia terjatuh di tanah jikalau Jeno tak sigap menangkapnya, "Hei, kau tidak apa-apa?"

Bagaimana ia bisa menanyakan hal itu setelah menciumku?

Lisa seperti manusia tak bertulang. Ia membuat Jeno berangsur panik karena melihat sosoknya yang sempoyongan.

Jika Jeno melakukan trik ini untuk mendapatkan perhatian dan memenuhi isi otak Lisa. Tentu saja lelaki itu sukses besar.

Sebab saat ini, Lisa bahkan lupa bagaimana caranya berjalan hingga Jeno harus membopongnya, meletakkan Lisa di ranjang Karina sebelum membangunkan kawannya yang terlelap.

🌊

"Lisa-ya! Ayo banguun. Sarapan!" Karina menarik selimut tebal Lisa yang menutupi tubuhnya.

Sebenarnya, gadis itu sama sekali tak terlelap. Ia bahkan tak dapat tidur nyenyak! Lisa hanya menutup matanya dan berharap tenggelam dalam bunga mimpi.

Namun ketika ia sudah mulai mengantuk, alarm sang kawan telah berbunyi dan mengganggu istirahatnya yang baru saja akan dimulai.

Pun Lisa hanya terseok sembari memicingkan mata ketika berjalan menuju kamar mandi Karina. Gadis itu segera membersihkan diri dan meminta tolong sang kawan untuk memakaikannya kontak lensa.

Dengan kesadaran yang sudah diraih, Lisa berjalan menuruni tangga, berbelok ke ruang makan Karina yang nampak begitu hangat.

Jeno dan Jungkook sudah disana dengan ayah beserta ibu Karina. Jantung Lisa mencelos kemana-mana terutama ketika pandangannya beradu dengan milik Jeno.

Ia segera menunduk malu. Namun tidak dengan lelaki itu. Jeno terus menatap Lisa seakan ia adalah sebuah aurora yang membuatnya terpana.

Kikuk gadis itupun terus terpasang hingga seseorang memeluknya dari belakang, mencium pipinya tanpa aba-aba, "Selamat pagi cintaku. Ah, sungguh pagi yang indah karna kau ada disini."

Tentu saja. Tentu saja tak hanya Karina yang sudah berteriak marah seperti roh yang belingsatan ingin masuk ke dalam Jiwa. Jeno pun sudah berdiri murka hingga kursinya terpental ke belakang.

Sementara Jungkook beserta ayah dan ibu Karina, mereka terus melanjutkan aktivitas sarapannya seakan sudah biasa dengan kegaduhan yang ada.

Sarapan pagi itu, nyatanya lebih ramai dari hari lain yang pernah ada.

Pun sebagai sebuah hukuman, Sunghoon tak diizinkan untuk bergabung dalam meja makan itu hingga terasingkan menyantap sarapannya di ruang tamu.

Jujur saja, Lisa tak berselera makan. Bukan karena hidangan yang tersaji kurang nikmat, bukan. Hanya saja, otaknya sedang dipenuhi oleh Jeno saat ini. Memikirkannya saja ia kenyang.

"Kau benar-benar akan pulang sepagi ini?" Ucap Karina sembari memberi tas ransel Lisa ketika gadis itu naik ke kamarnya, sesaat setelah sarapan.

"Iya. Ibu ulang tahun hari ini. Aku harus segera pulang."

Blue WavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang