CHAPTER 10 : KESAL

143 3 1
                                        

"Bridal shower Tami kemarin seru, ya!" kata seorang karyawan begitu Kalila melintasi lobi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bridal shower Tami kemarin seru, ya!" kata seorang karyawan begitu Kalila melintasi lobi. Dia ingat, perempuan tersebut merupakan karyawan brand skincare yang menempati lantai tujuh. Setahu Kalila, orang-orang itu tidak begitu dekat dengan Tami, mereka hanya tahu satu sama lain karena sering berpapasan saat makan siang, pergi, atau pulang kerja. Namun, bagaimana bisa mereka diundang?

"Iya. Gue nggak nyangka, loh, acaranya bakal seheboh itu," sahut yang lainnya tak kalah antusias.

Kalila mengabaikan mereka. Perempuan itu bergegas melewati kedua orang tersebut. Saat sampai di lantai tempatnya bekerja, dia disambut oleh Lea. Suasana kantor masih sepi, hanya beberapa karyawan saja yang baru datang. Hal itu membuat mereka lebih leluasa mengobrol.

"Kal, kok, nggak dateng ke bridal shower-nya Tami?" Lea yang penasaran to the point bertanya. Pasalnya, saat makan di warung soto, Kalila pamit terlebih dulu. Dia bilang ingin mencari hadiah untuk Tami. Namun hingga acara usai, Lea tidak menemukan batang hidung juniornya tersebut.

Kalila tersenyum masam. "Hubungan kami nggak sedeket itu, Mbak, sampai gue harus diundang ke acara bridal shower-nya."

Tentu saja Lea bingung mendengar jawaban Kalila, karena saat itu mereka menerima undangan yang sama pada waktu yang sama juga. Bagaimana ceritanya bisa jadi seperti ini? "Hah? Maksudnya bagaimana, Kal?"

Kalila malas menjelaskan, dia pun merogoh ponsel dari saku celana, lalu menunjukkan chat yang dikirim Tami beberapa menit sebelum acara dimulai. "Gue udah datang, loh, Mbak. Saat itu posisi gue lagi di dalem taksi, di depan rumahnya. Udah beli hadiah juga, tapi ... begitulah. Akhirnya gue balik. Gengsi, lah, nggak diundang, kok, dateng."

Lea yang membaca pesan di ponsel Kalila sontak saja murka. Dia merasa kasihan pada Kalila, sekaligus geram pada Tami. "Gimana ceritanya itu anak bisa kirim chat kayak begini, orang kemarin yang dateng aja banyak tuh yang statusnya bukan sahabat dia. Gue saja nggak sedeket itu sama dia diundang."

Kalila hanya bisa tersenyum sinis. "Udahlah, Mbak. Males gue bahas dia. Bawaannya jadi bad mood."

Lea pun mengangguk. Perempuan itu merangkul bahu Kalila, menuntun perempuan itu memasuki ruang kerja. Satu per satu karyawan menduduki tempat kerja masing-masing, hari ini acara bridal shower Tami masih hangat menjadi bahasan. Tidak hanya di kantor saja, tapi nyaris semua orang di kantor meng-upload foto-foto saat acara berlangsung.

"Haloha! Tami udah datang." Tidak berapa lama, orang yang tengah hangat menjadi perbincangan memasuki ruangan. Perempuan itu terlihat amat bahagia, dia bahkan menyempatkan diri menghampiri meja kerja Kalila. "Kal, jangan lupa, ya, lo dateng ke acara nikahan gue. Secara, lo, kan, nggak diundang ke bridal shower gue kamarin. Jangan lupa bawa gandengan, ya. Ups, sorry, gue lupa, lo, kan, lagi jomlo. Azab tuh gonta-ganti cowok mulu."

Jika biasanya Kalila akan menanggapi, kali ini perempuan itu tidak menyahut. Dia fokus menatap layar komputer dengan tangan menari-nari di atas keyboard, bersikap seolah tidak mendengar suara Tami.

Pina ColadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang