= Selamat Membaca =
[ Bantu sisir typo, ya :) ]
Yogyakarta, 1996Bapak Jamal - Tukang Parkir tanpa bayaran.
Sehat selalu!SG
Yogyakarta, 1996
Seorang kakak perempuan yang berjuang untuk adiknya.
Tumbuh subur kebahagiaan!SG
Yogyakarta, 1996
Mie Ayam Pak Thoha
Kesukaan Ghufran
<3SG
Netranya menatap jurnal merah yang terbuka dengan pikiran yang mengawang. Shanum mengambil mangkuk sereal yang ada di sebelahnya. Setelah terakhir kali, Shanum langsung membuka beberapa halaman sekaligus. Dirinya seperti tidak ingin menunggu terlalu lama lagi untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang Sraddha.
Dari yang dibacanya di jurnal, Sraddha hanya menulis sesuatu yang memang berkesan untuknya. Entah karena dia memang sibuk dan tidak memiliki banyak waktu untuk menulis kegiatan hariannya atau memang Sraddha bukan orang yang suka menulis kesehariannya. Apa pun itu, hal yang paling penting adalah tentang hubungan jurnal merah itu dengan dirinya.
Shanum meminum teh hijau yang sudah nyaris dingin. Salah satu hal yang wajib ada di pagi harinya adalah teh hijau, dirinya hanya merasa nyaman jika memulai harinya dengan teh hijau. Shanum mengambil ponselnya, menekan beberapa kali lalu meletakkannya di telinga.
“What are you doing?” ucap Shanum pada orang di ponselnya. “Bisa tolong ke sini?” ucapnya setelah beberapa saat. “Oke.”
Shanum lalu fokus di ponselnya. Sejak kemarin, Shanum belum membalas pesan dari siapa pun. Cukup banyak pesan yang menanyakan tentang jasa design yang ditawarkannya. Namun, dengan isi kepala yang fokus ke hal lain, Shanum tidak bisa menyanggupi pesanan design-nya.
“Kenapa?” suara itu muncul di belakangnya.
Shanum segera menoleh ketika mendengar suara orang ditunggunya. “Good morning, Sunshine!” sapanya ceria.
Karin hanya memutar mata malas. Kakinya lalu dilangkahkan menuju kursi yang ada di sebelah Shanum. “Apa?” katanya sembari menguap.
“I need your help,” kata Shanum. “Aku butuh rekomendasi tempat buat pesen nasi kotak, kamu tau tempatnya?”
Karin mengambil satu suap sereal yang ada di meja, dirinya mengunyah dengan berusaha memikirkan tempat yang diketahuinya. “I don’t know.”
Shanum melemparkan tatapan datar. “Aku membangunkanmu bukan untuk ini, ya.”
“Aku nggak nyuruh kamu untuk membangunkanku, ya.”
“Kamu pasti tau tempat yang jual makanan enak di sekitar sini,” kata Shanum.
Karin mengerutkan keningnya. “Tumben kamu pesen nasi kotak.”
“Bukan buat aku.”
Karin membuka ponselnya, menggeser-gesernya beberapa kali. “Aku kirim alamatnya ke nomor kamu, ibu pernah pesen nasi kotak di situ.”
Shanum memeriksa kotak masuknya. “Ini harus pesen dulu apa bisa langsung?”
“Itu restoran, kalo stoknya masih ada mungkin bisa langsung.”
Shanum membalasnya dengan anggukan kepala.
“Kamu mau pergi hari ini?” tanya Karin.
“Iya,” jawabnya. “Kamu nggak mau ikut?”
KAMU SEDANG MEMBACA
SRADDHA [TERBIT]
Ficção Histórica- Sraddha - Keputusan tanpa rencana untuk pergi ke Yogyakarta membawa Shanum kepada satu fase yang mempertanyakan seluruh hidupnya. Jurnal merah dengan inisial SG menuntunnya pada masa lalu yang harusnya terkunci rapat dan terlupakan. Shanum, freel...