Alana Caroline, gadis dengan luka mendalam akibat trauma jatuh cinta, bagi Alana, cinta tak pernah berpihak padanya. Setiap hubungan yang ia jalani terasa seakan hanya sekadar permainan di hati laki-laki. Namun, hadirnya Samuel Diaskara mengubah sem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALWAYS
Di pagi hari, tampak bentangan bumantara cerah membiru dengan masih menampakkan semburat warna jingga keunguan matahari terbit yang tampak indah di pandang. Saat ini jam menunjukkan tepat pada pukul 06:53, waktu dimana Samuel, Gavin dan Amora telah berkumpul tepat di halaman depan rumah Ezakiel, mereka tengah memeriksa satu persatu barang bawaannya agar tak terlupa akan apapun sembari menunggu Falenza dan Alana yang tak kunjung menampakkan dirinya disana.
"Alen sama Alana mana sih lama banget" gerutu Amora seraya mendengus kesal, gadis itu sudah tampak tidak sabar untuk berangkat camping, hingga terus menggerutu kesal kala kedua sahabatnya belum juga tiba.
"Sabar, paling ntar lagi juga dateng"sahut Gavin, laki laki itu kini tengah menata rapih tas dan barang bawaannya di dalam bagasi mobil milik Ezekiel.
"Yuhuu, Alana datang ada yang kangen gak?" Setelah penantian beberapa saat akhirnya sahutan antusias seorang gadis yang mereka tunggu tunggu akhirnya terdengar, suara teriakan melengking yang terdengar tak jauh dari mereka itu berasal dari mulut Alana yang baru saja tiba seraya tersenyum penuh kesenangan, gadis itu berjalan pelan seraya meremas kuat selempang tas nya, ia tampak kesulitan berjalan dengan tas berat yang menempel di punggungnya.
"Sorry ya telat, Alana nih bangunnya kesiangan" ucap Falenza merasa bersalah, gadis itu berjalan dengan langkah cepat menyusul Alana, sesaat setelah ia memarkirkan motornya tepat di sisi samping halaman rumah Ezekiel.
"Hehe ya maaf kan gue gak sengaja"balas Alana, gadis itu tersenyum canggung seraya menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.
"Bocah, sini gue bantuin"sahut Samuel saat ia kini berjalan menghampiri Alana kemudian dengan sigap laki laki itu meraih tas yang semula menempel pada punggung gadis itu lalu memasukkannya ke dalam bagasi.
"khm, bang Sam perhatian banget sama Alana, ini pertanda apa ya" goda Amora dengan nada suaranya yang sengaja di buat buat, gadis itu merasa gemas kala melihat Samuel yang tampak begitu perhatian dengan Alana.
"pertanda kiamat, Mor"celetuk Gavin yang secara tiba tiba menanggapi pertanyaan Amora tadi, membuat Amora yang berdiri di sampingnya sontak melotot dan menatap ke arahnya.
" Ehh mulut! Ngeri banget kalo ngomong"pekik Amora, secara sontak tangan gadis itu terangkat dan mendaratkan tamparan ringan pada lengan Gavin.
"Shh sakit bego, lo main pukul pukul aja" kesal sang pemilik lengan sembari mengusap-usap lengannya yang terasa panas dan perih akibat tamparan Amora.
"salah lo sih, siapa suruh ngomong yang enggak enggak, jadi gue mukul lengan lo tuh murni karena itu salah lo, bukan salah gue"balas Amora membela diri, ia bersedekap dada kemudian mendongak menatap Gavin dengan pandangan sinisnya.