Tiga tahun kemudian....
Jalanan kota seoul, menjadi sangat ramai sekarang. Musim libur sekolah membuat jalanan menjadi macet.
Decakan pelan terlontar begitu saja dari pria tampan bermarga Park itu. Memukul stirnya karena terlalu kesal.
Park Jisung, pria tampan berdarah korea dan jepang itu. Kini sudah mengambil alih perusahaan milik sang ayah dan juga kepemimpinan sang kakek di kelompok Yakuza mereka yang ada di jepang beberapa bulan yang lalu setelah kematian sang kakek.
Ia memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Park Jeno.
Sangat cantik untuk di pandang wajahnya.
Perlahan ia mengambil hp yang ada di sakunya lalu menekan kontak dengan tulisan "my beautiful wife" disana.
"Hallo, sayang"
Panggilan tersambung membuat Jisung tersenyum senang.
"Aku akan segera pulang. Di sini macet, tunggu aku sebentar ya?"
Ucapnya.Cukup lama hp itu masih menempel pada telinganya. Hingga akhirnya panggilan itu berakhir dengan senyuman manis yang Jisung tunjukan.
Hari ini adalah hari ulang tahun istrinya. Ia sudah membawa semua yang di perlukan di dalam mobilnya. Tapi jalanan macet ini malah menghalangi kepulangannya ke rumah.
Istrinya pasti sudah menunggunya sedari tadi.
Pukul 20:30 malam. Jisung baru sampai ke rumahnya. Para maid terlihat bergotong royong membawa semua barang-barang yang Jisung bawakan.
Terlihat pria tampan itu yang langsung berlari menuju kamarnya. Mencari sang kesayangan yang sedari tadi menunggunya.
Membuka pintu, Jisung tersenyum, melihat Jeno yang juga tersenyum menatapnya. Sambil meletakan rajutan yang ia buat sedari tadi, ia meminta sang suami untuk memeluknya.
"Maaf, sayang.."
Ucap Jisung dengan lirih. Memberikan pelukan pada si manis yang terus berbaring di tempat tidur itu."Maaf kenapa? Kamu nggak salah apa-apa. Kenapa minta maaf?"
Ucap Jeno dengan senyuman manisnya. Mengelus rambut suaminya dengan lembut. Jisung hanya diam saja, namun ia masih memeluk sang istri dengan lembut."Jisung, biarkan Jeno minum obat dulu. Setelah itu kita potong kuenya"
Suara lembut dari arah pintu membuat keduanya menoleh. Terlihat tuan Lee yang datang dengan air putih dan obat di nampan yang ia bawa. Berjalan perlahan menghampiri keduanya. Jisung melepas pelukannya dengan sang istri lalu menatap kearah ayah mertuanya."Obat apa, pa?"
Tanyanya."Pereda nyeri. Dari tadi istri mu itu ngeluh kakinya sakit terus. Jadi papa telpon Karina untuk meriksa Jeno.."
Ucapnya yang kini meletakan nampan berisi obat dan air itu di meja kecil yang ada di sebelah Jeno.Jeno tersenyum tipis.
"Makasih, pa"
Ucapnya menerima obat yang ayahnya berikan padanya. Lalu meminumnya dengan cepat.Tatapan Jisung terus tertuju pada sang istri. Perasaaan sedih dan menyesal tiba-tiba saja kembali menghantuinya.
"Hei jangan melamun! Turun ke bawah sana papa mu mencari mu!"
Ucap tuan Lee menghentikan lamunan Jisung. Jisung mengangguk lalu segera turun ke bawah setelah mencium kening sang istri.Sesampainya di bawah. Jisung sudah melihat sang ayah yang tengah menyusun semua barang-barang yang Jisung bawa tadi, bersama para maidnya.
"Makasih, pa"
Ucap Jisung yang kini berdiri di sebelah ayahnya.Tuan Park, pria itu mengangguk lalu mengelus rambut Jisung dengan lembut.
"Papa sampai lupa jika Jeno sudah 24 tahun sekarang"
Ucapnya dengan kekehan pelan. Ia menatap lembut kearah lilin yang ada di atas kue itu.Jisung ikut tersenyum.
"Jisung sama Jeno kan sudah ulang tahun pernikahan empat kali. Masa papa lupa?"
Ucapnya.Tuan Park hanya menggeleng pelan lalu tersenyum.
Kedua pria itu menatap kosong kearah kue yang ada di depan mereka. Tiba-tiba saja keduanya diam dalam keheningan.
"Sudah empat tahun, kamu tidak berniat memberikan papa keturunan?"
Tanya sang ayah tanpa melihat kearah Jisung. Jisung menghela nafas, mengepalkan kedua tangannya dengan perasaan sendu."Papa tau sendiri bagaimana kondisi Jeno saat ini. Kami tidak mungkin memiliki anak jika rahim Jeno saja sedang bermasalah"
Ucapnya. Tuan Park terdiam, tercekat dengan perkataan sang anak. Ia tidak ingin mendengar berita buruk itu, namun itu fakta. Menantu kesayangannya sedang berjuang mempertahankan rahimnya.Helahan nafas keluar dari bibir tuan Park. Menatap anak bungsunya dengan lembut.
"Dengar, papa tidak akan memaksa apapun dari kalian berdua. Papa hanya berharap kalian berdua bahagia. Lagi pula papa juga sudah dapat cucu dari Yuta, bukan? Kalian anak-anak kesayangan papa. Jangan terlalu di pikirkan perkataan papa barusan, oke?"
Jisung mengangguk lalu tersenyum lembut menatap sang ayah.
Pesta ulang tahun Jeno berjalan dengan lancar. Banyak sekali tamu yang datang. Yaitu keluarga Jisung dan juga keluarga Jeno.
Acara sudah berakhir. Jaehyun dan Yuta memilih untuk menginap, karena anak mereka masih cukup kecil untuk di ajak pulang ke rumah tengah malam begini. Belum lagi sang ayah yang sangat merindukan cucunya itu.
Jisung baru saja selesai mandi. Menatap lembut kearah sang istri yang masih saja menyulam sebuah baju rajutan di tangannya.
"Sudah berapa banyak baju yang kamu buat, sayang?"
Tanyanya yang kini tengah bercermin di kaca yang ada di kamarnya. Mengeringkan rambutnya disana."Sudah sangat banyak"
Jawab Jeno tanpa menoleh."Anak kita pasti sangat bahagia nantinya saat lahir, melihat banyak sekali pakaian yang ibunya buat"
Ucap Jisung yang melihat sebentar kearah istrinya. Jeno tersenyum manis. Lalu menyelesaikan rajutan terakhirnya."Aku juga membuat beberapa baju untuk Jeffrey. Kak Yuta sangat menyukainya, dia bahkan memamerkannya di sosial media miliknya"
Ucap Jeno. Jisung tertawa pelan. Lalu mulai merapikan rambutnya."Lagi pula. Ini semua akan menjadi peninggalan berharga dari ku untuk anak kita nanti"
Ucap Jeno dengan lirih. Namun hal itu berhasil membuat Jisung terdiam di tempat ia berdiri."Jisung, jika nanti dia lahir. Baik itu dari rahim ku atau dari rahim orang lain, aku ingin kamu menyimpan semua baju ini untuknya"
Ucapnya dengan sendu sambil terus memperhatikan hasil rajutan yang masih ada di pangkuannya. Jisung menoleh kearah sang istri lalu berjalan kearahnya."Apa maksud mu? Kamu tidak akan pernah meninggalkan ku"
Ucapnya yang kini memeluk tubuh kecil sang istri. Jeno ingin menangis namun ia coba untuh tahan. Ia tidak bisa menyakinkan Jisung bahwa pria itu akan baik-baik saja jika ia pergi nanti.Begitupun Jisung yang menolak semua itu terjadi.
"Dengar sayang, aku berjanji akan selalu bersama mu. Dalam masalah apapun. Jangan katakan lagi hal yang membuat jantung ku berhenti berdetak. Kamu itu hidup ku. Aku bisa apa jika kamu menyerah secepat ini? Kita bisa melewati ini bersama-sama. Kamu mau, kan?"
Tatapan dalam penuh dengan kelembutan Jisung berikan pada sang istri. Jeno mengangguk namun dengan air mata yang mengalir dari kedua mata indahnya."Apa aku akan sanggup?"
Lirih Jeno tanpa terdengar.
KevanoAlvynSuldarta
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Pure Love (SungNo)
Fiksi RemajaAwalnya Jisung dan Jeno bermusuhan, lalu mereka berdua berbaikan, mereka hidup bahagia bersama, lalu berpisah. Tapi kenapa..?