• PERTAMA •
(Name) point of view
Aku keluar dari rumah sakit, dan langsung di titipkan di panti asuhan terdekat. Perkiraan ku memang benar. Menghela nafas kasar aku masuk kedalam panti asuhan tersebut.
pengurus panti mendekati ku serta seorang yang menjadi wali ku sementara untuk menitipkan ku di panti asuhan ini. Pengurus panti tersenyum dan menyuruh ku menunggu— mereka membuat kontrak dan menandatangani.
"(Name), betul bukan?" Ucap pengurus panti, aku mendongak ke arahnya dan mengangguk pelan. dia menuntun ku ke lantai atas.
"Hari ini jadwalnya istirahat, tidak ada kegiatan. (Name) bisa istirahat di ruangan ini— semoga senang dan ikhlas ya berada disini." Ucapnya dan mengelus pucuk rambutku, aku mengangguk mengerti.
membuka pintu, terlihat dari ruangannya berisik menjadi hening sementara. Terlihat sekitar empat anak melihat ku antusias. Mereka mulai mengelilingi ku.
"Astaga! Lihat— ada anak baru." Ucap salah satu dari mereka, berambut kribo dengan kulit sawo matang. "Benar! Mukanya terlihat pucat, apa dia sakit?" Jawab teman disebelahnya, rambutnya keriting kecil-kecil hitam dengan kulitnya yang putih.
"Perkenalkan nama mu wahai gadis baru." Ucap si kribo, aku tak menghiraukannya dan menggeletakan tas ku ke sembarang arah, masih lelah dan shock atas apa yang terjadi pada ku, dunia tak jelas ini membuat ku hidup berada di dalam tubuh gadis krempeng tak bergizi.
"Hah! Dasar tidak sopan." Ucap salah satu dari mereka, lagi-lagi aku tak menghiraukannya, mereka memaksa dan mengancam akan membully ku, aku mengerti itu gurauan, mereka terlihat seperti anak berumur 5 tahun.
"Aku (name), pergi sana," Jawab ku ketus, mereka terlihat kaget— tak bisa berkata-kata. Walau begitu, mereka tetap menurut mengerti dan kembali berbincang-bincang di atas ranjang tingkat, tidak besar tapi cukup untuk tidur anak kecil dan orang tua, aku mendengar nama ku disebut disana.
Sungguh aku masih merasa kesal dan tidak ikhlas, aku sungguh belajar mati-matian demi mimpi ku, masuk universitas terkenal dan ternama tapi dalam sekejap mimpi ku hancur berkeping-keping.
Semuanya terasa cepat, kemarin malam aku masih didepan laptop terbaru ku tetapi pagi ini sudah berada di panti asuhan dengan pakaian khas dari rumah sakit, tak ada teknologi mewah sedikit pun.
Langkah kaki terdengar membuyarkan lamunan ku, lalu pintu terbuka menampilakan pengurus panti yang sebelumnya, pengurus panti mulai menjelaskan bahwa esok, aku akan bersekolah, pihak rumah sakit iba kepada ku, mereka memutuskan untuk membiayai ku sekolah, sekolah dasar.
"(Name), berbahagialah dan bersyukur." Ucap dari pengurus panti, aku mengangguk mengerti. Tak lupa dengan pengurus panti yang membawakan barang ku serta alat-alat bersekolah ku, pihak rumah sakit juga yang membelikannya.
Setidaknya aku bisa melangkah menuju mimpi ku lagi, itu lebih baik dari pada harus terjebak didalam panti asuhan dan berkerja di pinggir jalan nantinya.
Esok nya aku terbangun, hampir kesiangan jika pengurus panti yang ternyata bernama suri tidak membangunkan ku, aku mengangguk dan segera bersiap-siap.
Sekolah yang akan ku tempati bukan sekolah yang cukup bagus, aku mengetahuinya dari bu suri— jadi jika aku merasa tidak nyaman harus tetap sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession || LOOKISM
FanfictionDimana kamu terjebak di dunia Lookism, mencari jalan keluar- tapi sayangnya kamu bukannya mendapat jalan keluar, kamu semalin masuk kedalam jebakan dengan laki-laki yang obsesi dengan mu. LOOKISM X READER Warning ⛔️ - Out of character - Harem - 13+...