enam

195 11 0
                                    

Hari ini raina berangkat kekampus seorang diri. Ia membuat haechan marah dan memutuskan berangkat sendiri meninggalkan raina diapartemen gadis itu. Raina mengurut keningnya lelah, akhir akhir ini ia dan haechan sering adu mulut dan berakhir haechan yang mendiaminya.

Raina tahu kalau dirinya kini menjadi keras kepala dan lebih tertutup. Bahkan sering mengutarakan alasan alasan aneh seperti turun dihalte dekat kampus, menunggu haechan menjemput dipertigaan lebih tepatnya dikedai boba itu. Dan juga melarang keras haechan menemuinya di area kampus atau menghampiri raina difakultasnya. Lalu, setiap seminggu sekali kerumah sakit dengan alasan menjenguk seseorang yang sempat bertemu dengannya. Dan tak jarang raina menolak ajakan kencan haechan dengan berbagai alasan.

Sepertinya ia membuat haechan menjadi kesal dengan itu semua. Tapi hanya itu yang bisa dilakukan raina.

Lagi lagi ia menghela nafas menatap pesannya yang tak kunjung dibaca haechan. Kepalanya pening, ia merasa lelah dengan keadaan seperti ini.

Bahkan lebih parahnya lagi, karena trauma akibat pelecehan itu, raina selalu menolak jika haechan memeluknya. Ia akan mendorong haechan menjauh   dengan tubuh bergetar dan mengunci diri didalam kamar.

Ia sering merutuki dirinya yang selalu berbuat spontan seperti itu. Bergandengan pun ia juga akan melakukan gerakan penolakan spontan dengan menepis tangan haechan.

Ia mengingat kapan terakhir berpelukan dan saling bergandengan, semua itu sudah sekitar sebulan yang lalu saat raina keluar dari rumah sakit.

Setelahnya, ia akan menolak psycal touch yang haechan lakukan padanya.

Raina mengusap wajahnya pelan. Berusaha fokus pada materi yang diterangkan dosennya didepan. Ia menyimpan ponselnya kedalam laci dan mulai fokus mencatat.

Kelas raina hari ini selesai jam lima sore. Tangannya masih sibuk berusaha menghubungi nomor haechan, namun sepertinya ponsel laki laki itu mati.

Kakinya terus bergerak tanpa memerhatikan jalannya.

"Ow ada cewek lewat bro, sendirian lagi"

Suara itu menghentikan langkah raina dengan tubuh menegang. Dalam hitungan detik, dirinya sudah dikepung enam laki laki yang selalu dihindarinya.

Tubuhnya berubah kaku dengan wajah pias penuh ketakutan. Mereka menyeringai melihat reaksi yang ditunjukkan gadis itu.

"Ey, santai aja. Kita cuma mau nyapa kok" ujar salah satu dari mereka sambil merangkul pundak raina. Sedangkan gadis itu sudah menggigil ketakutan, tangannya meremas ponsel digenggamannya kuat.

Laki laki yang raina tau sebagai ketua digerombolan itu bernama satria. Ia menyeringai didepannya.

Satria menunduk mensejajarkan tingginya dengan raina. Lalu mengangkat wajah gadis itu dengan telunjuknya didagu raina.

"Kemana aja? Lo ngehindarin kita ya?" Tanyanya dengan senyum licik. Raina menggelengkan kepala saja.

"Gimana? Udah putus belum? Kalo udah bagus deh, tapi kalo belum...." satria menjeda kalimatnya, lalu menatap lekat kedua mata raina yang memandangnya ketakutan.

"Kita gilir lo sekarang dibelakang kampus" sambung satria dengan smirk dibibirnya.

Tubuh raina menggigil seketika. Kepalanya menggeleng kuat dengan mata menatap gusar kearah satria. Ia mendorong pria yang merangkulnya dan bergerak lari. Namun karena dikepung dari depan dan belakang oleh mereka. Tak ada jalan untuk raina lari.

Tubuhnya kembali ditahan, suara tawa mereka seakan memenuhi kepalanya saat ini. Wajahnya sudah basah air mata, ia benar benar berharap pertolongan tuhan saat ini untuk menyelamatkannya.

"Ey tenang dong. Kenapa lari? Belum putus ya? Hahaha mau lagi dong main sama kita?"

Suara ejekan memenuhi telinganya, kakinya sudah lemas dadanya pun ikut sesak. Hatinya terus berdoa bahkan berteriak frustasi tapi tidak dengan mulutnya yang terkatup rapat menahan air mata yang terus mengalir.

"Woi lo semua! Lepasin temen gue!" Teriakan itu membuat keenam laki laki yang mengelilingi raina menoleh tak suka.

"Apa lo? Gk usah sok pahlawan" sahut salah satu anak buah satria.

"Apa? Mau adu jotos? Sok, gue ladeni lo semua" tantang jaemin dengan wajah tegas.

"Gk ada hubungannya sama lo jaem" ujar satria yang kini memasang wajah serius.

"Heh bangsat, lo taukan gue kayak apa. Sekali lo ganggu temen temen gue mau cewek atau cowok sekalipun. Gue yang bakal maju" sahut jaemin.
"Pergi sana lo, bawa nih anjing anjing lo. Dan ingat, jangan berani berani ganggu raina lagi. Lo bahkan tau dia pacar siapa goblok. Cari mati banget lo" usir jaemin sambil mendorongi antek antek satria. Mereka akhirnya pergi atas perintah satria yang meminta mereka mundur.

Raina terjatuh lunglai, jaemin yang memang tidak sendiri segera membantu raina untuk duduk pada kursi yang tersedia dikoridor. Chenle memberikan air mineral miliknya pada raina serta membantunya untuk minum. Jaemin memungut ponsel gadis itu yang layarnya tampak retak. Lalu menyimpankannya kedalam tas raina.

Hening terjadi sejak dua puluh menit lalu. Raina sudah menceritakan semuanya pada jaemin dan chenle yang kini terdiam. Raina menghela nafas pelan lalu menunduk.

"Tolong, tolong rahasiain ini ke haechan dan yang lain. Gue percaya sama kalian berdua, please" suara lirih dan isakan kecil terdengar dari gadis itu, membuat jaemin menepuk pelan pundak raina.

"T-tapi nih ya, sorry nih sorry. Eum lo masih perawan kan kk?" Celetuk chenle yang langsung dihadiahi tendangan oleh jaemin.

"Ngapain nanya sih?" Omel jaemin pada chenle yang duduk dilantai menghadap raina.

"Kan gue udah bilang sorry, lagian cuma nanya" gerutu chenle sambil mengusap pahanya yang ditendang jaemin.

"Gue masih virgin kok, mereka gk sampai perkosa gue. Gue cuma dipukulin sama digerayangin mereka" sahut raina dengan pandangan kosong menatap botol dipangkuannya.

"Laporin aja sih, susah amat" lagi lagi chenle ditendang jaemin dengan kesal.

"Diem aja deh lo, le. Kita anter pulang aja ya?" Tawar jaemin yang diangguki raina.

Ketiganya bergegas beranjak meninggalkan koridor menuju parkiran. Lalu chenle menjalankan mobilnya setelah diberi kode oleh jaemin untuk segera jalan.



Next?

Heart Bond- LEE HAECHAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang