Raina tengah memakan makan malamnya dengan tenang. Padahal jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun rasa laparnya tidak bisa ia tahan, belum lagi ia tidak bisa tidur dengan tenang walau sudah meminum obat tidurnya.
Tiba tiba ponselnya berdering tanda telpon masuk. Ia bangkit menuju ponselnya yang tengah raina charger disamping tv.
Keningnya mengerut kala nama renjun tertera sebagai si penelpon. Ia langsung mengangkatnya dengan cepat.
"Halo raina? Tolong bukain pintu cepetan!"
"Hah? Ngapai?"
"Ini gue didepan kamar apartemen lo. Buruan"
"Y-ya udah tunggu bentar"
Raina segera berlari kecil menuju pintu lalu membukanya.
Matanya melebar kala melihat jaemin dan jeno memapah tubuh haechan yang sepertinya tengah mabuk berat.
"Kenapa?" Tanya raina menatap cemas kearah mereka.
"Dia mabuk. Tapi gak mau dibawa pulang, malah ngamuk dimobil minta diantar kesini" jelas renjun.
"Bawa masuk aja dulu" kata raina membuka pintu lebih lebar dan membiarkan mereka memasuki ruang apartemennya.Jaemin dan jeno melempar tubuh haechan keatas sofa lalu keduanya duduk diseberang sofa yang ditempati haechan sambil menggerak gerakan lengan.
Raina segera membantu renjun yang memperbaiki tubuh haechan diatas sofa. Ia juga melepaskan sepatu dan jaket kulit laki laki itu.
"Kenapa bisa gini ren?" Tanya raina menatap wajah bersemu haechan.
"Ini bukan yang pertama kali dia kayak gini. Sebelumnya juga sudah pernah pas dia ngilang waktu itu. Semenjak kabar putusnya lo berdua, dia mulai bolak balik masuk club" terang renjun sembari menyandarkan diri pada sofa yang haechan tiduri dengan menyelonjorkan kaki diatas karpet bulu.
"Bokap nyokapnya pasti marah kalo mereka tau ren" lirih raina ikut mendudukkan diri disamping renjun.
"Emang. Dia sudah pernah ketahuan. Tapi ya.. emang anaknya aja yang bandel, keluar diam diam. Biasanya kalo udah tepar gini pulangnya keapartemen gue atau gak mansion chenle. Tapi gak tau tuh tadi ngamuk minta kesini" kata renjun melirik kearah haechan yang mendumel, raina hanya mengangguk kecil.
Jeno membuka sebelah matanya melirik kearah raina yang tengah melamun lalu kembali memejamkan mata.
"Lo kenapa mutusin haechan?"Suara berat jeno menyadarkan lamunan raina. Ia menoleh pada pemuda itu lalu kembali menunduk.
"Gue punya alasan"
"Tapi lo mutusin haechan tanpa dia tau alasan lo" balas jeno cepat.
"Kalian bukan cuma pacaran doang, lo berdua sudah tunangan. Ikatan kalian sudah menyangkut pautkan dua keluarga sampai waktu dimana kalian bakal nikah nanti. Dan lo, bilang putus gitu aja tanpa alasan yang jelas sampe buat dia kayak gitu" sambung jeno dengan intonasi yang mulai naik.Raina menunduk dalam, menahan sesak didadanya. Yang diucapkan jeno semua adalah kebenaran. Namun ia harus apa?
Renjun melirik raina yang terdiam, lalu menghela nafas.
"Jangan dihakimi jen. Kita gak tau perasaan orang" tegur renjun. Jeno membuka matanya lalu menegakkan diri menyorot raina dengan tajam.
"Kenapa? Dia ngerasa terancam? Kalo iya, kenapa dengan tololnya dia malah mutusin haechan? Kalo dia percaya sama haechan, kalo dia tau gimana haechan, harusnya serahkan semua ke mantan tunangannya itu. Haechan gak mungkin nelantarin dia dan ninggalin dia kayak apa yang dia lakuin ke haechan sekarang ren" jawab jeno penuh penekanan.
Jaemin yang sedari tadi diam dengan mata terpejam ikut bangun lalu menepuk nepuk pundak jeno menenangkan emosi pemuda itu."Dia lagi butuh waktu aja jen" sahut jaemin.
"Gue kesel aja. Bisa bisanya dia masih gak percayain haechan, harusnya hubungan yang dua tahun itu sudah bisa buat dia tau sikap dan sifat haechan. But she.." jeno membuang muka tak melanjutkan kalimatnya, ia mengusap wajahnya kasar. Jeno berdiri dari duduknya lalu menatap raina sejenak."Sorry" ucap jeno, ia langsung berbalik menuju pintu dan keluar dari apartemen raina.
Jaemin dan renjun saling pandang, kemudian jaemin ikut memposisikan diri duduk dilantai berhadapan dengan raina yang tak membuka mulut sedikit pun.
"Raina, lo jangan peduliin omongan kasar jeno. Dia cuma lagi emosi ditambah ngeliat lo sama haechan yang lagi bermasalah. Sebelumnya gue minta maaf, karena yang seharusnya rahasia yang lain sudah tau sekarang. Tapi gue udah mastiin ke yang lain buat jaga ini dari haechan"
"Gue tau maksud lo baik buat haechan. Gue juga paham dia gimana, emang gak gampang buat dia tau sudah pasti bakal ngamuk dikampus" sambung jaemin.Raina menggeleng pelan, lalu menatap jaemin dan renjun gantian.
"Gue...gue takut. Gue bingung" lirihnya yang kembali menunduk.
Renjun menepuk pundak raina pelan.
"It's ok, na. Semua pasti ada jalannya. Lo jangan sungkan kalo butuh sesuatu datangin kita aja" kata renjun."Lo istirahat aja sekarang. Maaf ganggu waktu tidur lo. Kita balik dulu, besok pagi habis kelas kita kesini jemput haechan" ujar jaemin.
Raina hanya mengangguk kecil. Kemudian kedua laki laki itu beranjak menuju pintu apartemen raina dan keluar.
Raina menyandarkan tubuhnya sambil menghela nafas. Ia menoleh kearah haechan yang tepat dibelakang kepalanya.
Sesak didadanya kembali menyeruak. Ia benar benar merindukan pria ini, namun tak ada yang bisa dilakukannya selain diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Bond- LEE HAECHAN ✔
FanficLee haechan_ #10 in exboyfriend #8 in exboyfriend #6 in exboyfriend #4 in exboyfriend🔥 #12 in exboyfriend #43 in leedonghyuck #20 in posesive Thank you💚