Pemakaman

103 11 15
                                    

Beberapa orang berdiri di depan sebuah lubang, sebuah lubang yang menjadi penempatan akhir dari sebuah kehidupan.

Terdengar isak tangis dari anggota keluarga, Reina menatap peti mati Reika yang mulai dikubur kedalam tanah.

Air mata kembali mengalir dari matanya menuju pipinya.

Tiba-tiba sepasang tangan memeluk gadis itu dari belakang, saat Reina menoleh Terlihat Tia yang sedang menenangkannya sembari menangis.

Reina pun membalas pelukan ibunya dan terisak di pelukan sang ibu.

'seharusnya gak gini.......seharusnya yang pergi tuh Reina .....bukan Reika....'

Batin sang gadis di dalam hati membuat hatinya semakin sakit.

Besok adalah hari operasinya, dan dia berpikir bahwa dia tak kan kehilangan siapapun, tapi tuhan berkehendak lain.

Pemakaman berjalan lancar tanpa kendala, Reina bersama Tia dan Gio pun kembali ke Rumah sakit setelah pemakaman, mereka harus segera kembali karena besok adalah hari operasi Reina.

_-----_-----_-----_-----_-----_-----_-----_-----_-----_-----_-----_-----_

Operasi berjalan lancar, setelah cukup lama berada di Rumah sakit, keluarga itupun pulang kembali ke Rumah mereka yang berada di kota.

Saat di tengah perjalanan, Reina menatap sisi jalanan dari jendela mobil.

"Bun.....Ke makam Reika yuk....."
Ucap Gadis itu sembari tersenyum lembut menatap sang ibunda.

Tia pun mengangguk setuju, Mereka berhenti di sebuah jalan dekat pemakaman.

Ketiganya pun turun dari mobil, Rein memegang sebuah mawar putih yang disukai oleh saudarinya.

Keluarga kecil itupun berdiri di sebuah batu nisan Yang bertuliskan nama Reika.

"Reika....."
Gumam gadis itu sembari menaruh buket bunga mawar putih didepan Batu nisan.

Ketiga orang itu pun berdoa agar Reika tenang disana.

***
🤡
***

________________________________________________________________________

Hari ini adalah hari ulang tahun Reina yang ke 19 tahun tak terasa 2 tahun itu adalah tahun yang paling menyedihkan.

"Reina....happy birthday to you...."
Ucap Gion tersenyum sembari membawa kotak yang cukup besar, kotak itu terbungkus oleh kertas kado berwarna merah.

Tia juga tak kalah ia membawa Sebuah kotak berukuran sedang dengan Kertas kado yang menutupinya.

Kedua kado itu pun di taruh di atas meja makan, Reina duduk di kursi sembari memandang kue ulang tahun dengan lilin yang menyala diatasnya.

Reina menarik nafas dan perlahan memadamkan api dari lilin tersebut.

Reina merasa sedih namun ia tak menunjukannya pada orang tuanya.

"Bunda....ayah....."
Panggil gadis itu masih menatap kue ulang tahunnya.

Kedua orang tua gadis itu menatapnya bingung.

"Kenapa Reina?......"
Tanya Gion sembari memiringkan kepalanya ke kanan sedikit.

"Reina tahu Reina telat kelas tapi.....boleh gak Reina kuliah?......"

Kedua orang tua gadis itu pun saling memandang satu sama lain.

"Kok tiba-tiba?......."
Ucap Sang ibunda sembari Menepuk kedua pundak Reina.

"Reina pengen aja kuliah......"

Mendengar ucapan itu pun kedua orang tuanya tersenyum dan memeluk gadis itu.

"Reina boleh kok kuliah......Buat kamu apapun bakal kami usahakan"

Ucap Gion sembari membelai lembut rambut hitam gadis itu.

"Kamu mau kuliah apa?"
Ucap Tia sembari membelai Surai lembut sang putri semata wayangnya.

"Seni....."

Kedua orang tua gadis itu terdiam dan Menatap putrinya bingung, memang benar putri mereka itu cukup pandai dalam menggambar.

"Boleh aja kok....."
Jawab Gion tersenyum dan menepuk pundak gadis itu.

"Kalo itu yang kamu mau kami bakal izinin kok, gak usah sungkan....minta aja yang kamu mau...."

Reina yang mendengarnya pun tersenyum lembut, Rona merah kebahagian mulai muncul di pipinya.

"Makasih bunda,..ayah"

"Sama-sama......."

__________________________________________________________

Reina berjalan menuju kamar Bekas saudarinya, yaitu Reika.

Reina membuka pintu dengan pelan, terlihat semua barang-barang Reika masih berada di tempatnya.

Suasana kamar begitu sepi, Reina melangkah masuk Ia membuka Jendela dan duduk di kursi meja belajar Reika.

Reina melihat sekeliling Ruangan, menikmati kesunyian kamar.
Meski Reika tak bersamanya lagi tapi kenangan mereka akan selalu ada.

Terlihat papan Kecil di dinding depan meja belajar, semua yang ditempelkan disana adalah kenangan Reika dan Reina, Termasuk kedua orang tua mereka.

"Reika....."

Pandangan Reina tertuju pada sebuah poto saat mereka berusia 15, Itu adalah poto sederhana namun menyimpan sejuta kenangan.

Poto yang bergambarkan Reika yang tersenyum disampingnya, dan kedua orang tua mereka yang juga Tersenyum.
Itu semua indah namun kini tinggal kenangan.

Reina mencabut Foto itu dari Papan Dan mendekapnya erat tak ingin Poto itu hilang.

Cahaya mentari yang berasal dari jendela menerpa Wajah gadis itu, angin pun menghembuskan Rambut Reina beberapa saat.

Gadis itu memalingkan pandangannya menuju jendela, ia menatap matahari yang begitu bersinar.

Reina bangkit dari duduknya dan berjalan menuju Jendela, Reina memunculkan wajahnya ke jendela.

Hari begitu cerah, seakan dunia mulai membuka lembaran baru dan kehidupan yang baru untuknya.

Angin hangat menerpa Wajah gadis itu, Reina tersenyum melihat langit biru muda dengan awannya.

"....kehilangan bukan maksud akhir dari segalanya,.....asal kita masih hidup kita masih bisa terus melangkah"

"Mereka yang pergi tak akan kembali, Reina harus melangkah maju demi mereka yang pergi......"

Gumam gadis itu sembari menutup jendela, Reina berjalan keluar kamar Reika.

Suara pintu tertutup pun terdengar.

Ehehehe sorry lama up, author memiliki sifat pemalas ditambah otak author mentok.

Apakah kalian berpikir ini adalah akhir dari Reina? Oh tentu tidak!!

Justru inilah awal dari perjalanan baru Reina.....

Kita harus melangkah demi mereka yang pergi, buka halaman baru dalam hidupmu jangan terus berbalik ke belakang.

Buat yang setia baca, author mau mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya dari hati yang terdalam sedalam ginjal
Salam 🤡

Laut Pasang Surut (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang